Mohon tunggu...
Kusworo
Kusworo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penjelajah Bumi Allah Azza wa Jalla Yang Maha Luas Dan Indah

Pecinta Dan Penikmat Perjalanan Sambil Mentadaburi Alam Ciptaan Allah Swt

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

"Menaklukkan" Gunung Tursina (Mount Sinai) di Usia Senja

20 Juni 2021   10:00 Diperbarui: 20 Juni 2021   14:15 1629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Berada dipunggung Onta (Doc.Pribadi)

Gambar 2. Gambaran Pendakian Gunung Tursina di pagi hari, bayangkan kalau dilakukan di malam hari (Doc.Pribadi)
Gambar 2. Gambaran Pendakian Gunung Tursina di pagi hari, bayangkan kalau dilakukan di malam hari (Doc.Pribadi)
Tidak nyamannya, bila onta mulai bergerak maka bagian perut akan terbentur kayu di bagian depan dan punggung belakang terbentur kayu di bagian belakang. Apalagi bila tubuh dan ukuran Sanggurdi benar-benar Pass atau “ngepres”. Siap-siap lah menahan nyeri. 

Karenanya, peziarah sudah dapat arahan membawa sesuatu yang lembut untuk mengurangi benturan kayu tersebut, bisa berupa bantalan kain, bantal kecil khusus yang sudah disiapkan dari rumah atau benda lain yang membuat nyaman.

Gelap pekat malam tidak mampu membuat peziarah mengidentifikasi ontanya, siapa teman yang naik onta di depan atau di belakangnya. Dimana posisi Tour Leader yang menjadi rujukan pendakiannya. 

Semua samar dalam gelap. Walau membekali diri dengan senter, tapi sudah diwanti-wanti untuk tidak dgunakan. 

Cahaya sinar sentar akan membuat penglihatan onta kabur saat melangkah mendaki jalan terjal pendakian. Ini berbahaya. Semua taat. Tak ada seberkas sinar pun keluar dari senter mereka.

Saat pendakian dimulai. Ada 5 atau 6 onta berjalan beriringan dipandu satu Badui Sinai yang piawai berkomunikasi dengan siulan khas mereka kepada onta. “Komunikasi” yang sudah terjalin secara unik. 

Setiap onta “mengerti” makna siulan bahkan desah si Badui.  Seakan tahu, kapan harus mulai berjalan, kapan harus berhenti, kapan harus duduk atau berdiri.

Dalam kesendirian di atas onta, saat malam gelap nan hening, peziarah akan sibuk dengan diri sendiri. Takut, resah dan gelisah. Seakan tanpa kawan dan teman sependakian. 

Sementara onta terus melangkah, sesekali terdengar siul atau desah Badui memberi perintah kepada rombongan onta yang bergerak membawa peziarah.

Gelap malam membuat mata menatap langit sebagai pilihan. Subhanallah! Langit terlihat indah dengan bertabur bintang. Kecil namun cukup terang tapi tak mampu membuat benerang alam  kelam. Teringat lagu “ku petik bintang dan akan ku bawa pulang”. Seakan dekat, seakan mudah dipegang.

Foto: Dokumentasi PribadiGambar 3. Group Peziarah siap mendaki puncak Gunung Tursina dari Basecamp (Doc.Pribadi)
Foto: Dokumentasi PribadiGambar 3. Group Peziarah siap mendaki puncak Gunung Tursina dari Basecamp (Doc.Pribadi)
Dalam gelap pendakian. Peziarah sudah disarankan sejak awal untuk menggunakan moment tersebut untuk berdzikir, bermuassabah mengintrospeksi diri.  Bila mungkin,  sholat sunnah atau tahajud di atas punggung onta seperti yang pernah dilakukan  Nabi saat ber musyafir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun