Mohon tunggu...
Kusuma Wardhani
Kusuma Wardhani Mohon Tunggu... -

merenung, adventure,baca, love cooking chocolate cake,chocolate...hot chocolate..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dangdut Erotis...Bahaya!

14 Januari 2012   14:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:54 664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya tertawa sendiri melihat tayangan local televisi Indonesia yang menampilkan atraksi dangdut heboh alatrio perempuanIndonesia. Cerdik juga sih, mengunakan nama hewan tertentu untuk menunjukkan gaya dangdut panggung merekayang “ganas” seronok dengan lirik-lirik yang “nyerempet” dantentu saja memancing hasrat kaum adam.Tapi trio-trio dangdut begini ternyata tidakcuma satu di Indonesia, ada belasan dan rata-rata mereka memang punya metode “berjualan” yang serupa.

Dangdut sebagai hiburan masyarakat kebanyakan saat ini mengalami mutasi gen, dimulai dari lagu-lagu melayu mendayu, kemudian diperkaya olehgendang India, dan kiniunsurepop dan rock juga mewarnai dunia perdangdutan di Indonesia sementara dari unsure goyangan, mungkin Inul lah yang pertama kali memberikan sensasi yang berbeda dari dangdut sebelumnya. Namun akhir-akhir ini, ada fenomena yang membuat miris perasaan saya.

Di pesisir utara pulau Jawa, maupun di beberapa tempat di Sumatera, muncul dangdut-dangdut yang lebih mempertontonkan erotisme daripada mempertunjukkan dangdut sebagai karya seni yang sopan dan memiliki etika. Keberadaan kelompok dangdut erotis ini sangatlah banyak, penyanyi wanita yang rata-rata cantik dan berbodi bagus, memang dipakai sebagai bahan jualan mereka. Tapi adakah korelasi antara lirik lagu, kemolekan tubuh dan goyangan yang sangat erotis dengan misi yang akan dicapai dari sebuah pertunjukan, kecuali uang dan uang. Seperti kita ketahui, bahwa pertunjukan dangdut erotis ini mewabah di pelosok pedesaan, yang disana tidak ada batasan usia dalam menontonnya.

Bisa dipastikan, kalau semua kalangan baik anak-anak, remaja dan yang tua akan mudah untuk menonton, toh tidak ada sensor yang melarang keberadaan mereka sebagai penonton.Saya hanya berpikir, apa yang ada di benak penonton anak-anak yang belum mengerti, dan penonton remaja yang sangat rentan jiwanya usai menonton pertunjukan semacam ini.Undang-undang pornografi mungkin masih terus digodok, dan masih terus menjadi perdebatandibalik kepentingan hak asasi manusia.Tapi satu hal yang menurut saya penting, janganlah mengorbankan jiwa-jiwa bersih dari generasi bangsa ini dengan sentilanpornografi yang masuk kedalam urat kehidupan masyarakat, termasuk dari musik dangdut erotis.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun