Mohon tunggu...
Usman Kusmana
Usman Kusmana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang Lelaki Biasa Dan Pegiat Sosial Politik

Menulis itu kerja pikiran, yang keluar dari hati. Jika tanpa berpadu keduanya, Hanya umpatan dan caci maki. Menulis juga merangkai mozaik sejarah hidup, merekam hikmah dari pendengaran dan penglihatan. Menulis mempengaruhi dan dipengaruhi sudut pandang, selain ketajaman olah fikir dan rasa. Menulis Memberi manfaat, paling tidak untuk mengekspresikan kegalauan hati dan fikir. Menulis membuat mata dan hati senantiasa terjaga, selain itu memaksa jemari untuk terus bergerak lincah. Menari. Segemulainya ide yang terus meliuk dalam setiap tarikan nafas. Menulis, Membuat sejarah. Yang kelak akan dibaca, Oleh siapapun yang nanti masih menikmati hidup. Hingga akhirnya Bumi tak lagi berkenan untuk ditinggali....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Gairah Mencinta

14 Juni 2019   20:32 Diperbarui: 14 Juni 2019   20:55 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Gairah mencinta datang tiba-tiba dan begitu saja. Dari masa lalu yang mengampiri saat senja. 

dulu memintaku mengambil foto cantiknya, dalam terang sinar mentari di sebuah tenda

alunan petik gitar dan nyanyian cinta seorang pujangga menggema sekelilingnya.  Lalu Semuanya sirna tak tersisa

tak disangka sorot mata dan tarian pesona liuk tubuhnya, menebar wangi sekeliling ruang permainan kata-kata

Bersama perjalanan panjang atas nama kunjungan menikmati pesta, dibanyak kota dan beragam pemandangan dan lezatnya hidangan

aku menemukanmu kembali, merengkuh bayangan masa lalu yang menghampiri

bersama sejuta imaji gairah percintaan yang tertahan, memuncak dan membuncah bak tsunami

Kita memadu kelezatan surgawi, Bersama dingin sabda alam parahiyangan

membanjirkan keringat ke segala arah saluran, dan kau pun berteriak tak tertahan.

Gairah mencinta ini menjiwa takdir, dari rasa hilang yang mengambang

muasal segala yang mengirimku datang, mengikatmu dalam hasrat tiada akhir

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun