Mohon tunggu...
kusairi ujey
kusairi ujey Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Antara Kepuasan dan Berkah

10 Maret 2019   09:29 Diperbarui: 10 Maret 2019   09:43 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Setiap hari kita tidak terlepas dari kegiatan mengalokasikan seumber daya alam untuk dimanfaatkan. Setiap penggunaan sumber daya alam di dasari oleh dua komponen tetap yaitu kebutuhan dan keinginan. 

Kebutuan adalah suatu hal yang harus didapat oleh para konsumen sehingga sifatnya harus dipenuhi. Seperti contoh manusia membutuhkan makanan untuk menambah tenaga agar bisa beraktivitas, manusia butuh pakaian untuk menutupi tubuhnya, dan manusia butuh tempat tinggal untuk berlindung dari matahari dan hujan. Lain dengan permintaan yang memang terlahir dari hasrat atau nafsu manusia sehingga sifatnya dibatasi/dikendalikan.

Dalam konvesional konsumen diasumsikan dalam menkonsumsi suatu barang/jasa agar mencapai kepuasan yang maksimum sehingga sifatnya individualis dan dengan cara apapun akan ditempuh untuk mencapainya, kepuasan yang akan diperoleh hanya terbatas pada kehidupan jangka pendek(duniawi). 

Hal ini tidak sejalan dengan konsep islam yang mengasumsikan para konsumen cenderung terhadap barang/jasa yang memberikan kemaslahatan maksimum, dan tidak mengesampingkan kepentingan orang lain. 

Sehingga bukan hanya kepuasan duniawi saja yang diperoleh melainkan kemaslahatan juga terpenuhi. Disinilah letak perbedaan konvensional dan konsep islam dalam memperoleh suatu kepuasan maksimum.

Maslahah sendiri adalah manfaat dan barakah yang diterima apabila nilai-nilai dalam islam diformulaskian dengan tepat. Setiap konsumen bebas memenuhi semua kebutuhan dan keinginannya, namun hal tersebut tidak berarti bebas seutuhnya karena kita tidaklah hidup sendiri melainkan ada orang lain yang memiliki kebebasan sama dalam memenuhi kebutuhannya. 

Artinya kebebasan individu terikat dengan kebebasan individu lain sehingga dituntut untuk menaati aturan yang berlaku agar pendistribusian sumber daya alam merata.

Eksistensi islam dalam menkonsumsi suatu barang/jasa harus  diterapkan dengan sungguh-sungguh , islam mengajarkan dalam hal mengkonsumsi harus melihat kualitas barang yang akan dikonsumsi seperti kehalalan barang tersebut (halal dari dzatnya, halal dari cara memperolehnya,  dan cara kita menkonsumsinya) dan kebaikan barang tersebut(tidak mengandung unsur-unsur yang menyebabkan cedera fisik maupun psikologisnya). 

Disamping itu islam menganjurkan agar tidak berlebihan(isrof) yang memang secara empiris bukan hanya berdampak terhadap ketersediaan sumber daya tetapi juga berdampak terhadap konsumen itu sendiri. Hal lain yang harus kita perhatikan dalam menkonsumsi barang adalah kesuciannya. Para ekonom kurang membahas hal ini dalam bentuk kemaslahatan konsumsi. 

Barang bersih belum tentuk memenuhi kemaslahatan suatu barang, bersih berkaitan dengan suci tidaknya suatu barang yang akan dikonsumsi. Terkadang bayak orang tidak paham antara suci dan bersih dan bahkan diantara mereka berpendapat bahwa kalau bersih sudah pasti suci. 

Pandangan ini amatlah keliru karena suci sendiri memiliki pembahasan khusus tersendiri dalam kitab fiqih kerena itu haruslah memang diperhatikan. Hal kecil seperti inilah yang membuat konsumen tidak mencapai maslaah yang maksimum. Oleh karena itu para konsumen harus begitu teliti dan hati-hati dalam menkonsumsi suatu barang agar apa yang diharapkan(maslahah maksimum) terpenuhi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun