Mohon tunggu...
Sanad
Sanad Mohon Tunggu... Mahasiswa/Pelajar -

Penulis Cerita Pendek

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Nasi Goreng Pak Kasim

19 Juni 2017   05:14 Diperbarui: 29 Juni 2017   21:51 3515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: http://2.bp.blogspot.com

Ada yang bilang kalau Pak Kasim sebenarnya berasal dari Madura. Ada juga desas-desus bahwa ia bukanlah seorang asli Madura, hanya keturunan seorang perantau dari Madura yang entah siapa namanya. Tak banyak yang tahu, setiap penduduk di kota ini lebih umum mengenalnya sebagai seorang penjual nasi goreng. Tidak lebih, dan tidak kurang.

Perawakannya khas seorang bapak beranak empat dan berumur hampir setengah abad. Ia tak banyak bicara kepada pengunjungnya, kecuali teriakan untuk pemesan dengan racikan yang hanya diketahuinya bersama orang yang memesan khusus nasi gorengnya. 

Kehadirannya di tengah-tengah menjamurnya sajian instan pertokoan tidak membuat pelanggannya enggan berpindah haluan meski menunggu antre hingga berjam-jam lamanya. Ia tidak menaburkan sejenis ramuan pemikat pada rempah-rempah ataupun nasi yang akan dimasaknya dalam penggorengan. Ia juga tidak membakar dupa atau meninggalkan sesajian di sekitar tempatnya memarkir gerobak. Sehingga tampak alami bahwa setiap penduduk kota yang nyaris modern itu ikhlas rela menunggu lama hanya untuk dua bungkus nasi goreng khas Madura. 

~

Tidak banyak juga yang tahu mengapa lelaki paruh baya itu masih betah meladeni pelanggannya secara langsung, padahal ia memiliki dua orang putra yang sudah beranjak dewasa dan sudah memiliki kekasih. Ada yang bilang bahwa resep keturunan hanya akan diwariskan kepada anak-anak setelah mereka menikah nanti, agar lebih bijaksana. Ada juga yang seenaknya berkata bahwa pada dasarnya anak zaman sekarang tidak lagi ingin tampil di simpang jalan sebagai seorang pendorong gerobak nasi goreng, menggandeng spatula dan sesekali menghadapi gadis-gadis genit yang seenaknya menjarah seisi gerobak dengan seutas senyum dan sebuah kerlingan mata.

Tapi dari sekian banyak hal yang sering diperbincangkan oleh pengunjung nasi goreng Pak Kasim, adalah soal kekhususan nasi goreng buatannyalah yang paling bisa diterima oleh akal sehat. Pak Kasim sebagaimana orang mengenal namanya dari papan etalase, meracik nasi goreng tidak sekadar nasi goreng. Ia dengan spesial membuat sajian yang langsung pada perasaan pembelinya. Ia tidak hanya ingin mendengar apakah pembelinya menginginkan sajian pedas, sedang, atau sama sekali tak bercabai. Ia juga akan dengan takzim memandang lama pembelinya ketika mereka memesan, dan dari sana ia akan membuat nasi goreng khusus yang sesuai dengan suasana hati pembelinya. 

Pernah sekali kesedihan seorang wanita terlepas begitu saja ketika menyantap seporsi nasi goreng buatan Pak Kasim. Wanita itu pulang ke rumahnya dengan senyum yang merekah. Meski di awal-awal ia datang dengan bersungut-sungut, akan tetapi setelah meludeskan sendok-sendok per sendoknya nasi goreng buatan Pak Kasim, air mukanya perlahan berubah arah. Tak ada angin tak ada hujan, semua pengunjung dibuatnya penasaran hingga akhirnya terbentuklah antrean panjang di mana kini aku berdiri sambil memandang ke segala arah dengan penuh rasa takjub yang aneh. 

~

Aku sendiri datang mengantre hanya untuk mencoba khasiat nasi goreng yang didesas-desuskan itu. Warungnya sering kulewati kala berkendara dari rumah menuju kantor, atau sebaliknya ketika pulang. Tapi baru kali ini aku berniat untuk benar-benar mampir dan bertahan di tengah kerumunan orang-orang dengan berbagai macam perasaan yang tumpah tindih. 

Aku tidak percaya di kota ini hanya Pak Kasim sendiri yang bisa membuat nasi goreng. Aku bahkan percaya kalau membuat nasi goreng itu tidaklah serumit apa yang sering kutonton di warung-warung, termasuk warung Pak Kasim ini. Aku bisa membuat nasi goreng walau tidak sejalan dengan tekstur dan aroma buatan Pak Kasim. Namun, aku percaya setiap orang bahkan seorang anak sekolah menengah pertama pun pasti bisa membuat nasi goreng, kecuali khasiat yang didesas-desuskan itu, khasiat yang konon bisa membuat seorang wanita kehilangan beban hidup setelah disusupi oleh seporsi nasi goreng ke dalam tenggorokannya. Dan khasiat itulah yang kuinginkan. 

Selain itu, Pak Kasim hanya membuat nasi goreng dalam batas tertentu. Ia tidak memaksakan kehendaknya untuk menyelesaikan hasrat setiap pengunjungnya. Ia akan berhenti bila nasi dalam wadahnya sudah habis, dan orang-orang tanpa kata atau komando dari Pak Kasim akan berhamburan kembali ke rumah dengan rasa kecewa yang berulang. Sedang Pak Kasim akan melepas para pelanggannya seperti melepas anak-anak mujair ke arus sungai, tanpa rasa hutang budi yang melilit masa tuanya, Juga tanpa harap mereka akan kembali lagi nanti. Sungguh sosok sebuah cermin kebapakan yang sempurna mengalir dari sikap Pak Kasim yang pendiam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun