Mohon tunggu...
Sanad
Sanad Mohon Tunggu... Mahasiswa/Pelajar -

Penulis Cerita Pendek

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Kutukan Paling Mengerikan di Dunia

9 Mei 2018   10:22 Diperbarui: 10 Mei 2018   04:23 2435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: www.arabianbusiness.com

Gambaranku tentang sosok ayah semakin menjadi-jadi, membentuk semacam gumpalan keras didadaku, apakah ayahku sedang merasakan hal yang sama seperti kakek tua yang memanggul karung itu, setidaknya terseok memanggul beban hidup. Kakek tua itu kemudian ku lihat memutari jarak dari tempat ia melabur batu ke arah seorang mandor yang siap membagi uang pada pekerja paruh waktu disana, langkahnya tertatih ditambah punggungnya yang membungkuk serupa udang. 

Hatiku semakin teriris kala ku lihat kakek tua itu mendapat semacam bentakan atau mungkin caci maki dari mandor yang membagikan uang. Aku memang tidak bisa mendengar segala apa yang mereka bicarakan, atau tepatnya apa yang mandor itu katakan. Karena kakek tua itu hanya tertunduk lesu, wajahnya sendu seperti menegaskan sebuah penyesalan 'kenapa manusia harus menjadi tua'. 

Aku geram, sebatang kretek yang belum habis separuh kupatahkan didalam asbak. Asapnya menyembur keluar selaras dengan deru nafasku yang ingin mengeluarkan api.

Ku bayangkan kakek tua tadi harus menghidupi keluarganya, atau setidaknya seorang istri. Dan karena cinta, atau kesetiaannya, ia bahkan rela --atau barangkali terpaksa- harus memanggul beban yang barangkali tidak lagi pantas dipanggulnya dipenghujung kehidupan.

Aku kemudian beralih menuju ke ruang kerja. Aku tidak sanggup lagi bertahan lebih lama lagi diberanda. Bayang-bayang kakek tua tadi mengikutiku hingga ke draft buku-buku yang segera ku terbitkan. Semua penderitaan itu terlalu dekat, terlalu sehari-hari untukku, tapi kenapa aku sampai sekarang tidak bisa mengejawantahkannya dalam sebuah kata. Apa karena aku tidak sanggup jika kemudian menulis lantas yang terbayangkan olehku sosok kakek tua tadi berubah menjadi ayahku, atau lebih buruk, ia pada akhirnya sebenarnya ayahku.

Aku kemudian membuka laptop, membuka lembar kerja baru, dan mulai menulis sesuatu disana. Kutukan paling mengerikan didunia ialah menjadi batu sekarung, yang dipanggul seorang kakek tua.

/3/ SEBUAH BATU.

Hari ini kami sekeluarga kembali berduka. Ibu berpulang keharibaan-Nya setelah dua belas tahun menjalani kehidupan dalam gilasan roda penyakit. Semuanya berkumpul untuk prosesi pemakaman ibu, kecuali Bang Adi, suamiku. Sebagai anak tertua ia tidak hadir untuk menyolatkan dan bahkan menghantar jenazah ibu hingga liang lahat. 

Sementara itu, tamu undangan telah berkumpul diluar rumah. Ada yang membentuk semacam lingkaran dengan lima atau enam orang yang barangkali membicarakan perihal kematian yang tidak mungkin terhindar oleh apapun dan siapapun. 

Mereka ini terdiri dari beberapa orang tua yang telah uzur, rata-rata telah memiliki cucu dan salah satunya sudah punya cicit. Sementara itu dibagian lain, ada sekumpulan anak muda dalam percandaan yang hampir tiada henti-hentinya. Mereka saling menawarkan rokok pada satu dan banyak orang diantara mereka, sebelum akhirnya tenggelam dalam paduan tawa yang senada. 

Mereka ini, anak-anak muda yang belum merasa kehilangan, atau setidaknya belum memiliki rasa khawatir jika meninggalkan dunia dengan beban satu atau dua orang anak yang masih belia. Atau barangkali juga mereka telah merasakannya, mungkin salah satu diantara mereka tengah gaduh hati karena memikirkan ibu dan bapaknya, atau sanak saudaranya tengah dirongrong kematian, lantas tak bisa berbuat apa-apa kecuali tertawa dan tertawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun