Mohon tunggu...
Kurnia Mahardika
Kurnia Mahardika Mohon Tunggu... -

tukang poto tukang nulis

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Bulutangkis Indonesia Krisis Pemain Tunggal

23 Mei 2015   22:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:40 751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Sejak menurunya performa pemain senior seperti Sony Dwi Kuncoro, Tommy Sugiarto dan Simon Santoso di lapangan bulutangkis membuat nomor tunggal semakin terpuruk. lambatnya regenerasi memaksa pemain-pemain muda digenjot diberbagai ajang bergengsi.

keputusan Tomi Sugiarto dan Simon Santoso mundur dari Pelatnas PP PBSI membuat kalang kabut nomor tunggal putra. bagaimana tidak, Tomi dan Simon adalah dua pemain senior pada nomor tunggal putra yang tersisa di pelatnas cipayung. sebagai pemain senior keberadaan mereka jelas sangat dibutuhkan sebagai tempat sharing dan sparing partner bagi pemain muda.  permainan yang belum matang dari pemain junior seperti Jonatan Cristi, Firman Abdul Kholik dan Ikhsan Maulana membuat indonesia dianggap enteng dalam event bergengsi Piala Sudirman maupun. nomor tunggal putra seolah sebagai pelengkap kontingen indonesia. berbagai statement yang dikeluarkan menyimpulkan bahwa nomor ini memang tidak diandalkan. terbukti, Indonesia hanya mampu meraih satu poin dalam 4 pertandingan yang berlangsung selama gelaran sudirman cup diadakan. Jonathan Cristi tidak berkutik saat melawan pemain inggris Rajiv Ousep. hal serupa juga dialami Firman Abdul Kholi, didepan Jan O jorgensen firman kalah kelas dan  takluk dengan staraigh games.

Krisis pemain tunggal tidak hanya pada nomor tunggal putra. sudah lebih dari 15 tahun indonesia sama sekali tidak bertaji dikancah dunia. sejak ditinggal, "si bola bekel" Mia Audina yang berganti kewarganegaraan menjadi belanda, nomor tunggal putri seperti tidak memiliki nyawa. tidak usah heran jika tidak ada bendera indonesia saat babak perempat final tournament kelas Grand Prix Gold, Super Series maupun Premire Super Series. bukan hanya kalah dari negara digdaya China, Korea, Denmark maupun Japan. beberapa kali pemain putri indonesia harus takluk dari pemain Singapura, Canada bahkan inggris.

krisis pemain tunggal ini seharusnya menjadi sorotan utama pengurus PP PBSI. tahun 2011 sempat ada angin segar dari tunggal putri. Elizabet Purwaningtyas berhasil menembus babak final pada laga World Junior Championship 2011. tidak main-main ocoy sapaan akrab Elizabeth Purwaningtyas berhasil mengalahkan carolina marin pemain spanyol yang tahun ini (2014) berhasil meraih gelar juara dunia. namun sayang, usai menjadi runner-up permainan ocoy justru menurun.  bahkan ocoy harus masuk list degradasi. mundurnya pemain senior memaksa pemain junior pelatnas menjadi tumpuan utama. bukan pekerjaan instan untuk menjadi pemain dunia. setidaknya butuh 3 atau 4 tahun untuk membuat jonatan dkk menjadi pemain dunia. bukan tidak mungkin Jonatan dan firman menduduki top 10 di jajaran dunia. melihat performa mereka dikelas grand prix gold firman dan jo layak menjadi ancaman untuk 3 atau 4 tahun kemudian di dunia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun