Mohon tunggu...
Kurnia Gus
Kurnia Gus Mohon Tunggu... Penulis/Jurnalis

Senang membaca dan menulis menyukai Seni..

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Paradoks Timur Tengah: Ketika Pemilik Nuklir Menyerang dengan Dalih Ancaman

24 Juni 2025   23:36 Diperbarui: 25 Juni 2025   09:43 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fasilitas pengayaan nuklir Iran di Fordo atau Fordow, selatan Ibu Kota Teheran, saat difoto dari atas pada 12 Februari 2025. Fordo merupakan salah satu fasilitas nuklir Iran yang diserang IDF dalam perang Israel-Iran, Jumat (13/6/2025) | KOMPAS/MAXAR TECHNOLOGIES via AFP)

Kita baru saja dikejutkan dengan serangan Israel ke negara Iran satu pekan kemarin. Dunia kembali diguncang oleh eskalasi militer di Timur Tengah. Zionis Israel melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap fasilitas militer dan nuklir Iran. Dalam serangan tersebut telah menewaskan beberapa pejabat militer dan ahli nuklir Iran.

Serangan yang terjadi pada Jumat (13/6/2015) dini hari, diklaim oleh Israel sebagai tindakan "pre-emptive" terhadap dugaan pengembangan senjata nuklir Iran.

Menurut laporan dari berbagai sumber, jet tempur Israel menghantam beberapa lokasi strategis di Iran, termasuk fasilitas nuklir Natanz dan pangkalan militer di Isfahan. Lokasi ini terkena serangan Israel pada gelombang pertama serangan tanggal 13 Juni lalu.

Pemerintah Israel mengklaim bahwa serangan ini dilakukan untuk "mencegah ancaman eksistensial" dari Iran, yang dituduhkan mempercepat program nuklirnya. Namun, banyak pihak mempertanyakan legitimasi tindakan ini, mengingat Israel sendiri tidak pernah secara resmi mengakui kepemilikan senjata nuklirnya. Meskipun berbagai laporan intelijen menyebutkan bahwa negara tersebut memiliki persenjataan nuklir yang cukup untuk mengubah keseimbangan kekuatan di kawasan.

Hipokrisi Nuklir dan Adanya Standar Ganda

Serangan zionis Israel yang kontroversial ini semakin memperkuat kritik terhadap standar ganda dalam kebijakan nuklir global. Israel, belum pernah menandatangani "Traktat Non-Proliferasi Nuklir" (NPT), tetap mendapat dukungan dari sekutu utamanya, yaitu Amerika Serikat.  

Para analis menyebut tindakan Israel sebagai bentuk "weaponized hypocrisy", di mana negara yang diyakini memiliki senjata nuklir justru menyerang pihak lain dengan dalih mencegah proliferasi. "Ini bukan sekadar serangan militer, tetapi pesan politik bahwa Israel akan bertindak tanpa batas terhadap siapa pun yang dianggap sebagai ancaman," ujar seorang pakar geopolitik dari London.

Bukti zionis Israel memiliki senjata nuklir adalah ketika bulan November 2023, di tengah berkecamuknya perang Gaza. Menteri Israel waktu itu Amihai Eliyahu secara terbuka mempertimbangkan untuk menjatuhkan bom nuklir di Gaza. Hal ini yang oleh beberapa orang dianggap sebagai pengakuan diam-diam bahwa Israel memiliki kemampuan untuk memproduksi senjata nuklir.

Ditambah The Sunday Times menerbitkan sebuah artikel pada bulan Oktober  1986, yang secara luas dianggap sebagai salah satu berita terbesar dalam jurnalisme Inggris. Artikel yang membongkar adanya senjata nuklir Zionis Israel, diterbitkan dengan judul "Revealed: the secrets of Israel's nuclear arsenal".

Dalam artikel tersebut teknisi nuklir Israel Mordechai Vanunu, mengungkapkannya dan mengonfirmasikan kecurigaan tentang kemampuan nuklir negaranya, yang mengindikasikan program senjata lebih besar dan lebih maju daripada yang diperkirakan sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun