Mohon tunggu...
Kurnia Putri Mirani
Kurnia Putri Mirani Mohon Tunggu... Lainnya - a full time learner

Mahasiswa Akuntansi UPN Veteran Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Gengsi Perguruan Tinggi Negeri di Mata Calon Mahasiswa

30 Desember 2020   11:06 Diperbarui: 30 Desember 2020   11:27 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source: infokyai.com

Pengumuman kuota SNMPTN 2021 sedang hangat diperbincangkan sejak beberapa hari yang lalu. Fenomena tersebut terjadi setiap tahun karena antusias calon mahasiswa sangat tinggi untuk menjadi mahasiswa perguruan tinggi negeri. Lantas, apa itu perguruan tinggi negeri dan bagaimana pandangan mahasiswa mengenai hal tersebut? Mari kita ulas bersama, ya!

Perguruan tinggi negeri yang biasa disingkat menjadi PTN merupakan perguruan tinggi yang dikelola oleh pemerintah baik dari sisi pendanaan, pengelolaan, maupun pengaturan kebijakan secara keseluruhan. Setiap tahunnya, ratusan ribu calon mahasiswa mengikuti berbagai macam tes untuk dapat menjadi mahasiswa perguruan tinggi negeri idaman mereka. 

Mulai dari SNMPTN atau yang biasa disebut dengan jalur undangan, SBMPTN, sampai dengan jalur mandiri yang diadakan masing-masing perguruan tinggi. Seperti pada tahun 2020, berdasarkan data LTMPT, sekitar 700 ribu calon mahasiswa mengikuti SBMPTN untuk merebutkan 167 ribu bangku kosong yang tersedia di perguruan tinggi negeri seluruh Indonesia. Tujuh ratus ribu peserta SBMPTN tersebut tidak hanya berasal dari lulusan tahun 2020, tetapi juga lulusan tahun 2018 dan 2019. 

Antusias para calon mahasiswa untuk dapat menjadi mahasiswa perguruan tinggi negeri disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya paradigma dari masyarakat bahwa anak yang diterima di perguruan tinggi negeri sudah pasti pintar dan bersahaja, sedangkan perguruan tinggi swasta merupakan pilihan terakhir bagi mahasiswa yang sudah tidak diterima di perguruan tinggi negeri mana pun. Sering kali, orang tua calon mahasiswa juga mendesak agar anaknya diterima di perguruan tinggi negeri untuk menaikkan nama baik keluarga. Padahal, paradigma yang beredar di masyarakat tersebut belum tentu benar. 

Sejatinya, prestise dari perguruan tinggi negeri hanyalah bonus yang didapatkan oleh mahasiswa. Sebagai pelajar yang bijaksana, seharusnya tujuan melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi negeri adalah untuk menggapai masa depan yang lebih baik, mendapat pekerjaan yang sesuai dengan minat dan bakat, serta mengabdi untuk memajukan masa depan bangsa Indonesia. 

Paradigma yang beredar di masyarakat juga sering menimbulkan berbagai pengorbanan dari calon mahasiswa maupun orang tua calon mahasiswa. Tidak sedikit calon mahasiswa yang mengorbankan jurusan impian mereka demi masuk perguruan tinggi negeri favorit, ada yang berakhir lulus dengan nilai yang baik, ada pula yang berhenti di tengah jalan karena tidak dapat bertahan dengan metode pembelajaran di jurusan yang tidak diminati. 

Selain itu, orang tua calon mahasiswa juga harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit demi menyekolahkan anaknya di perguruan tinggi negeri, terutama biaya jalur mandiri yang mewajibkan Sumbangan Pengembangan Institusi (SPI) yang mencapai puluhan juta rupiah. Dari segi biaya, biaya kuliah per semester di perguruan tinggi negeri memang lebih murah dibanding perguruan tinggi swasta, tetapi fasilitas yang didapatkan sudah pasti tidak terlalu memadai. Perguruan tinggi swasta juga tidak selalu buruk, banyak konglomerat mendaftarkan anaknya di perguruan tinggi swasta karena menganggap fasilitas dan proses pembelajarannya jauh lebih baik dibanding perguruan tinggi negeri.

Hal unik lain yang sudah menjadi fenomena yang wajar di kalangan mahasiswa adalah mengikuti SBMPTN lebih dari satu kali. Hal tersebut dilakukan karena mereka merasa kurang puas dengan jurusan yang sedang dijalani saat ini. Bahkan, tidak jarang mahasiswa memilih meninggalkan kuliah beserta tugas-tugas mereka untuk kembali menjalankan bimbingan belajar SBMPTN. 

Akan tetapi, ada pula yang memakai strategi tersebut untuk menggapai jurusan impiannya. Contoh yang sangat umum di masyarakat adalah calon mahasiswa memilih jurusan kedokteran dan biologi saat SBMPTN dengan tujuan jika tidak diterima di pilihan pertama, ia dapat memperdalam ilmu biologinya untuk mempersiapkan SBMPTN kedokteran di tahun berikutnya.

Ada pula calon mahasiswa yang lebih memilih "istirahat" terlebih dahulu saat tidak diterima di PTN. Ternyata, tidak semua calon mahasiswa tersebut beralasan tidak adanya biaya untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi swasta. Ada pula calon mahasiswa yang hanya ingin masuk ke satu PTN saja bahkan malu jika masuk perguruan tinggi swasta. Pantang menyerah itu boleh, tetapi tetap dibutuhkan pertimbangan waktu, usia, dan keadaan. Jangan sampai menunda kuliah terlalu lama hanya karena gengsi yang terlalu tinggi, waktu akan terus berjalan dan usia kita akan semakin bertambah. 

Sebagai informasi, SBMPTN hanya boleh diikuti oleh pelajar yang lulus maksimal 3 tahun terakhir dari waktu pelaksanaan SBMPTN tersebut. Sedangkan SNMPTN hanya dapat diikuti oleh pelajar kelas 12 SMA. Jalur mandiri pun akhir-akhir ini banyak yang menggunakan skor SBMPTN sebagai sistem seleksinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun