Mohon tunggu...
Mawan Sastra
Mawan Sastra Mohon Tunggu... Koki - Koki Nasi Goreng

penggemar fanatik Liverpool sekaligus penggemar berat Raisa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Tiada Setia yang Bodoh di Dunia Ini Selain Dia

4 April 2019   10:02 Diperbarui: 4 April 2019   10:06 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Anak kerabat orang tua saya datang melamar. Tidak ada paksaan dari mereka, saya malah diberi kebebasan untuk menentukan sendiri jalan hidup saya. Setelah memikirkan masak-masak. Hati kecil saya condong untuk menerima, dan memang seharusnya saya membuka lembaran baru. Tidak lagi terjebak dalam kenangan bersamamu.  

"Kami pun menikah. Dan itu adalah pilihan yang tidak pernah saya sesali. Saya sangat bahagia hidup bersamanya. Saya berada di kota ini setelah suami saya dipindahtugaskan. Perbedaan-perbedaan di antara kami disatukan oleh ikatan pernikahan. Tidak seperti saya, dia adalah orang yang beragama. Tidak pernah ada paksaan darinya kepada saya untuk mengikut agamanya. Sampai saat ini saya belum memiliki alasan yang mengharuskan saya untuk memeluk agama, tidak tahu esok hari. Akan tetapi kedua anak kami olehnya diajarkan agama. Saya tidak pernah masalah dengan itu." Aku menghela nafas panjang, "Sekali lagi maafkan saya."

Dia hanya mengangguk, perasaan syoknya belum hilang dari raut wajahnya. "Dan ini adalah anak ketiga kami. Tidak lama lagi akan segera mencicipi kehidupan di dunia penuh sandiwara dan penuh kekonyolan," aku mengusap perutku, dia menatapnya dengan seksama. Kemudian matanya agak liar pada bagian payudaraku yang membengkak di balik gaun yang kukenakan. Kami memiliki kenangan yang tidak mungkin dilupakan pada tubuh kami masing-masing ketika kami masih pacaran.

"Bagaimana denganmu? Saya berharap kau sudah memiliki kekasih," kataku memancingnya untuk berbicara, sekalipun aku tahu dari suratnya kalau tidak ada perempuan yang membuatnya jatuh hati. 

"Sudah saya katakan dalam suratku. Tidak ada wanita lain yang saya harapkan untuk menemani kehidupan saya selain kau."

"Tetapi saya sudah memiliki suami. Kau saksikan sendirilah keadanku seperti ini. Banyak perempuan di luar sana, jauh lebih baik daripada saya. Apa lagi yang mau kau harapkan dari saya? Saya sudah sejelek ini. Dan mustahil saya mengabulkan harapanmu itu."

"Inilah namanya mencintai, Marliang." Aku cepat-cepat memotongnya, "Bukan cinta tetapi kebodohan."

"Cinta yang membuat saya bodoh bertahan pada satu perempuan yang telah bersuami dan akan memiliki tiga anak," katanya mendekatkan suaranya yang lirih padaku.

Dia membuka tasnya. Aku memerhatikan tangannya bergerak, mengeluarkan dua botol minuman dan pada sebuah kemasan di dalamnya ada pempek, serta tiga buah novelnya.

Pertama-tama diserahkan padaku novelnovelnya itu. "Selamat membaca!" Kuperhatikan salah satu sampul dari novel itu ada gambar perempuan yang tidak asing bagiku. Memang menyerupai diriku ketika tidak sebengkak sekarang. "Sudah sepantasnya pertemuan ini kita rayakan dengan makan pempek," katanya.
Dia selalu punya cara membuat kejutan. 

Tiba-tiba aku teringat kebersamaan kami dahulu, selalu kutekankn padanya; suatu hari kita harus menikmati pempek di kotanya sendiri. Aku ikut makan bersamanya, terwujudlah semua itu. Dia begitu senang melihatku mengunyah, sedikit-sedikit tersenyum. Aku dibuat grogi. Bahkan kami tidak berbicara apa-apa sampai pempek itu kami habisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun