Dua garis pada tes pack yang ia amati di dalam kamar mandi membuatnya menangis. Bukan tangisan luapan kebahagiaan. Melainkan kehamilannya kali ini tidak ia inginkan. Di dalam kamar ia sesenggukan, bersamaan dengan tangisan anaknya dalam ayunan belum genap tujuh bulan. Ia menendang-nendang lantai, memukul perutnya. Amat menyayangkan kehadiran janin itu.
Namanya kehamilan adalah perkara yang tidak bisa dirahasiakan. Seiring waktu tetangga dan keluarganya akan tahu kalau ia hamil lagi. Ia dapat memastikan reaksi mereka akan berlebihan. Bisa saja ia mendapat semprotan.
"Astaga! Anakmu saja masih belum tahu apa-apa, kamu hamil lagi?"
"Hamil? padahal anakmu masih minta perhatian yang lebih pada ibunya."
"Aku tidak bisa membayangkan bagaimana repotnya kamu setelah anak keduamu lahir. Terlalu rapat jaraknya. Harusnya kamu menunggu satu atau dua tahun."
"Suamimu hanya buruh kasar, Kamalia. Tanggungannya akan bertambah kalau begitu."
Berkelebat dalam telinganya ungkapan seperti itu. Terus terang saja ia tidak tahan bila mendapat serangan-serangan dari mereka. Makanya ia menangis, selalu membayangkan tanggapan orang-orang nantinya.
"Kenapa matamu sembab? Tidak terjadi apaapa kan pada anak kita?" tanya suaminya setelah pulang kerja. Terpancar kelelahan dari wajahnya. Ia menjadi buruh kasar di Toko Subur. Tugasnya mengangkut karung berisi jagung, kakao kering dan gula dari gudang dimasukkan ke dalam kantong truk. Setiap hari ia dihadapkan tugas angkut mengangkut. Pekerjaan yang sangat melelahkan.
Kamalia hanya diam enggan menjawab pertanyaan Barlian. Tiga kali Barlian mengulangi pertanyaannya itu tapi istrinya hanya bisa diam. Sampai tiga hari Kamila mogok bicara. Barlian mengingat-ingat kesalahan apa yang diperbuatnya sehingga membuat istrinya rada-rada benci padanya.
Malam keempat, Barlian tidak tahan pisah ranjang lagi dengan Kamalia. Nafsu dalam dirinya memuncuk. Ia mendatangi Kamalia menyelinap ke dalam kelambu. Belum juga sempurna tubuhnya masuk ke kelambu, ia mendapat tendangan keras dari istrinya sehingga ia tersungkur ke lantai.
"Jangan berani mendekati aku!" ketus Kamalia.