Mohon tunggu...
kupasotomotif
kupasotomotif Mohon Tunggu... Teknisi - pengamat otomotif

Seorang peneliti / konsultan free energi, kesehatan alternatif dan pengamat otomotif

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Yang Kurang dari PSBB sehingga Gagal Mencegah Covid-19 dan Ekonomi Tetap Kolaps

14 Mei 2020   05:30 Diperbarui: 14 Mei 2020   05:38 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto: Liputan6.com/Bam Sinulingga)

Selama ini PSBB menjadi andalan pemerintah untuk mencegah penularan virus Corona sekaligus untuk mencegah hancurnya ekonomi. PSBB dilakukan karena dianggap situasi di Indonesia tidak sama dengan di luar negeri. Dikhawatirkan bahwa bila dilakukan metode lockdown seperti yang dilakukan di Cina, Italia atau Spanyol maka ekonomi di Indonesia akan hancur.

Namun sayangnya ekonomi di Indonesia tetap hancur dan PSBB juga terbukti tidak begitu efektif mencegah penularan virus Corona. Di beberapa daerah bahkan terbukti bahwa pemberlakuan PSBB sama sekali tidak mempengaruhi penyebaran virus Corona. Jadi secara keseluruhan bisa dibilang bahwa semua tujuan dari PSBB tidak tercapai.

Apa yang sebenarnya membuat PSBB gagal?

Menurut penulis yang paling utama adalah kecepatan respon. Bila mulai dari awal segera dilakukan isolasi atau pengecekan yang ketat terhadap warga yang masuk dari luar negeri, maka wabah tidak akan sampai menyebar di Indonesia. Kasus pertama penularan di luar negeri terdeteksi di bulan Januari, tapi di beberapa daerah di Indonesia baru diterapkan PSBB di bulan April. Sayangnya sampai sekarang pemerintah tetap menerapkan kebijakan untuk tidak terburu  - buru.

Yang kedua adalah usaha yang setengah - setengah. PSBB hanya menghentikan semua sektor usaha dan tidak membatasi aktifitas masyarakat karena berharap ekonomi tidak hancur. Namun terbukti bahwa ekonomi tetap hancur karena banyak dari masyarakat yang sudah tidak punya penghasilan lagi. Penularan virus Corona juga tetap gencar terjadi.

Yang ketiga adalah kurangnya sumber daya, terutama dari alat pengujian virus Corona. Bila bisa dilakukan uji virus Corona secara masal, maka akan bisa cepat diketahui di mana sumber penularan virus Corona. Namun sayang pemerintah tidak mampu. Bahkan untuk karantina saja sampai muncul karantina mandiri. Dan ada banyak kasus dimana seorang penderita yang harusnya melakukan isolasi ternyata masih beraktifitas dan menyebabkan kasus penularan virus Corona yang baru.

Yang keempat adalah terlalu meremehkan potensi penularan virus Corona. Selama ini dianggap bahwa menggunakan masker, sering bercuci tangan dan menjaga jarak sudah cukup untuk mencegah penularan virus Corona. Padahal ini terbukti salah besar. Sebelumnya bahkan gubernur Jawa Timur meminta jaga jarak ditingkatkan menjadi 2 meter setelah terjadinya kasus penularan masal di pabrik rokok Sampoerna di Surabaya.

Yang kelima adalah prediksi pemerintah sering meleset. Sudah beberapa kali kita dengar PSBB direvisi. Hal ini bisa terjadi dari data yang tidak akurat atau dari analisa yang tidak tepat. Selama prediksi masih sering meleset maka keadaan pasti akan sulit untuk pulih.

Semoga pemerintah bisa memperbaiki semua hal di atas agar keadaan bisa cepat pulih seperti semula.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun