Mohon tunggu...
kupasotomotif
kupasotomotif Mohon Tunggu... Teknisi - pengamat otomotif

Seorang peneliti / konsultan free energi, kesehatan alternatif dan pengamat otomotif

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Mobil Kelas Ekonomi Kita Terlalu Overpowered?

7 Mei 2020   14:27 Diperbarui: 7 Mei 2020   14:20 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin judul artikel penulis kali ini terasa mengada - ada bagi banyak pembaca. Karena dalam anggapan banyak orang, mobil kelas ekonomi itu performanya jelas tidak baik. Namun perlu dipikirkan kembali, apakah performa mobil ekonomi sekarang ini memang mencerminkan kelas ekonomi?

Penulis merupakan salah satu pemilik mobil kelas ekonomi ini, yaitu Daihatsu Ayla. Mesin juga menggunakan mesin yang paling kecil kelasnya, yaitu 1000 cc 3 silinder, dengan tenaga maksimal di atas kertas 65 PS. 

Penulis memang tidak mencoba banyak mobil, namun penulis tidak pernah merasa bahwa mobil Ayla ini kekurangan tenaga. Apalagi karena mobil penulis sebelumnya adalah Toyota kijang tahun 1986. Apalagi karena yang penulis pergunakan tiap hari adalah motor matik 115 cc.

Dibanding mobil Toyota Kijang '86, akselerasi dari Ayla terasa luar biasa. Padahal secara keseluruhan standar. Modif pun hanya pro capacitor, yang seharga filter udara. Kecepatan 100 km/jam yang terasa sulit dicapai di mesin 1600 cc tahun 1986, terasa amat mudah dicapai dengan mesin 1000 cc tahun 2014.

Dibanding dengan motor matik 115 cc juga jauh sekali. Mungkin akan lebih imbang bila dibandingkan dengan motor matik yang harganya separuh dari harga mobil, matik maxi kelas 250 cc.

Dibanding dengan mobil kelas menengah, semacam dengan Toyota Innova Turbo juga tidak kalah jauh. Berikut perbandingan akselerasinya. Untuk 0-100 km/jam:

Berikut akselerasi 70-120 km/jam:

Terlihat bahwa untuk 0-100 walau pada Ayla terjadi kesalahan di gigi 1, tertinggal tidak banyak. Untuk 70-120 juga terlihat tidak ketinggalan banyak. Jadi sebenarnya dari sisi performa tidak tertinggal begitu jauh. 

Bila performa dialihkan ke usaha untuk membuat mobil menjadi irit maka pemakaian sehari hari dari kendaraan ekonomi tentunya bisa dibuat lebih ekonomis dari mobil listrik. Perhitungan emisi gas buang (standar Singapura, memperhitungkan gas buang pembangkit listrik juga) tentunya bisa dibuat bersaing. Tidak perlu lagi untuk bergerak ke mobil listrik, selama listrik dalam negeri masih diproduksi menggunakan bahan tidak ramah lingkungan.

Sekarang ini konsumsi bahan bakar luar kota mobil penulis sekitar 20 km/liter dalam gaya berkendara non eco. 25 km/liter dalam gaya berkendara eco. Tenaga baru terasa mulai keluar setelah 3000 rpm, padahal mobil sering dipakai (eco mode) di kisaran 2000 hingga 3000 rpm. Bila tenaga difokuskan di kisaran putaran mesin tersebut, maka pastinya mobil akan jadi lebih irit.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun