Mohon tunggu...
KUNTJOJO
KUNTJOJO Mohon Tunggu... Lainnya - Saya menikmati menulis karena saya senang bisa mengekspresikan diri dan ide-ide saya.

"Menulis sesuatu yang layak dibaca atau melakukan sesuatu yang layak ditulis."

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peranan Faktor Kepribadian dalam Pencapaian Akademik Peserta Didik

1 Februari 2023   08:00 Diperbarui: 1 Februari 2023   08:55 715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar The Big Five Personality Traits(Sumber: https://blog.adioma.com/5-personality-traits-infographic/)

3. Teori Humanistik 

Istilah psikologi humanistik (Humanistic Psychology) diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinan Abraham Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh atas pemikiran intelektual dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud adalah psikoanalisis dan behaviorisme. Maslow menyebut psikologi humanistik sebagai "kekuatan ketiga" (a third force).

Meskipun tokoh-tokoh psikologi humanistik memiliki pandangan yang berbeda-beda, tetapi mereka berpijak pada konsepsi fundamental yang sama mengenai manusia, yang berakar pada salah satu aliran filsafat modern, yaitu eksistensialisme. Eksistensialisme menolak paham yang menempatkan manusia semata-mata sebagai hasil bawaan ataupun lingkungan. Sebaliknya, para filsuf eksistensialis percaya bahwa setiap individu memiliki kebebasan untuk memilih tindakan, menentukan sendiri nasib atau wujud dari keberadaannya, serta bertanggung jawab atas pilihan dan keberadaannya.

Beberapa pokok pikiran berhubungan dengan kepribadian menurut perspektif psikologi humanistik, menurut Coon dan Mitterrer (2010: 424) antara lain sebagai berikut.   

  • Teori humanistik menekankan pengalaman subjektif, pilihan bebas, aktualisasi diri, dan model positif dari sifat manusia.
  • Studi Abraham Maslow tentang aktualisasi diri menunjukkan bahwa mereka  berbagi ciri-ciri yang berkisar dari persepsi realitas yang efisien hingga pengalaman puncak yang sering terjadi.
  • Teori Carl Rogers memandang diri sebagai entitas yang muncul dari pengalaman pribadi. Pengalaman yang sesuai dengan citra diri dilambangkan (diakui kesadaran), sedangkan mereka yang tidak sesuai dikecualikan.
  • Orang yang tidak selaras memiliki citra diri yang sangat tidak realistis dan / atau ketidaksesuaian antara citra diri dan diri ideal. Orang yang kongruen atau berfungsi penuh fleksibel dan terbuka terhadap pengalaman dan perasaan.
  • Dalam perkembangan kepribadian, kaum humanis terutama tertarik pada kemunculan citra diri dan evaluasi diri.
  • Sewaktu orang tua menerapkan syarat-syarat berharga pada perilaku, pikiran, dan perasaan anak, anak mulai melakukan hal yang sama. Kondisi nilai yang terinternalisasi kemudian berkontribusi pada ketidaksesuaian dan mengganggu proses penilaian organisme.

4. Teori Sifat

Teori sifat (traits theory) memandang bahwa kepribadian dapat dipahami dengan menyatakan bahwa semua orang memiliki sifat tertentu, atau cara berperilaku yang khas. Ada beberapa tokoh teori sifat: Sheldon, Allport, Cattel, Eysenck, Robert McCrae dan Paul Costa. Gordon Allport dipandang sebagai pelopor  teori sifat modern, mengklasifikasikan sifat menjadi: common traits,  cardinal traits, central traits, dan secondary traits (Coon & Mitetter, 2010: 394).

 Common traits (sifat-sifat umum) adalah sifat-sifat yang dimiliki oleh sebagian besar anggota suatu masyarakat. Sifat-sifat umum memberi tahu kita bagaimana kemiripan orang-orang dari bangsa atau budaya tertentu, atau ciri-ciri mana yang ditekankan oleh suatu budaya, di Amerika, misalnya, daya saing merupakan sifat yang cukup umum (Coon & Mitetter, 2010: 394). Cardinal traits atau sifat-sifat utama mendominasi dan membentuk perilaku individu, misalnya altruisme atau keserakahan. Sifat utama sangat kuat, tetapi hanya sedikit orang yang memiliki kepribadian yang didominasi oleh satu sifat. Sebaliknya, kepribadian umumnya terdiri dari banyak sifat. Sifat-sifat utama juga sangat mendasar sehingga semua aktivitas seseorang dapat dilacak ke sifat tersebut, misalnya, welas asih (compassion) merupakan ciri utama dari kepribadian Bunda Teresa (Coon & Mitetter, 2010: 394).

Central  traits atau sifat-sifat sentral muncul berikutnya dalam hierarki. Ini adalah karakteristik umum yang ditemukan dalam berbagai tingkatan pada setiap orang, misalnya: mudah bergaul, jujur, ceria, cerdas, licik, dan optimis. Sifat-sifat sentral adalah blok bangunan dasar kepribadian (Coon & Mitetter, 2010: 394). Sifat sekunder (secondary traits) ada di bagian bawah hierarki dan tidak begitu jelas atau konsisten seperti ciri-ciri utama. Mereka banyak tetapi hanya ada dalam keadaan tertentu; mereka memasukkan hal-hal seperti preferensi dan sikap. Sifat-sifat sekunder adalah kualitas pribadi yang lebih dangkal seperti preferensi makanan, sikap, pendapat politik, selera musik, dan lain sebagainya (Coon & Mitetter, 2010: 394). Sifat-sifat sekunder ini menjelaskan mengapa seseorang terkadang menunjukkan perilaku yang tampaknya tidak sesuai dengan perilaku biasanya.

Cervone dan Pervin (2013: 232) berpendapat bahwa sifat mengacu pada pola yang konsisten dalam cara individu berperilaku, merasa, dan berpikir; jika menggambarkan seseorang dengan istilah sifat baik, yang dimaksudkan adalah bahwa individu ini cenderung bertindak baik dari waktu ke waktu (berminggu-minggu, berbulan-bulan, mungkin bertahun-tahun) dan di seluruh situasi (dengan teman, keluarga, orang yang baru dikenal, dan seterusnya). Banyak yang berpandangan bahwa sifat adalah inti dari kepribadian. Demikian juga, peneliti kepribadian yang terkait dengan pendekatan sifat menganggap sifat sebagai unit utama kepribadian. Jelas, lingkupnya lebih besar kepribadian daripada sifat-sifat, tetapi kajian tentang sifat-sifat nampak dominan sepanjang sejarah psikologi kepribadian (Cervone & Pervin, 2013: 232).

Berkenaan dengan sifat Maltby, Day, & Macaskill dalam bukunya berjudul Personality, Individual Differences and Intelligence (2017: 166) antara lain menyatakan:

  • Menurut Burger, sifat adalah dimensi kepribadian yang digunakan untuk mengkategorikan orang-orang menurut sejauh mana mereka memanifestasikan karakteristik tertentu.
  • Singkatnya, dalam psikologi, sifat-sifat dianggap sebagai unit dasar kepribadian. Mereka mewakili disposisi untuk merespons dengan cara tertentu.
  • Ada dua asumsi mendasari teori sifat. Pertama, bahwa karakteristik kepribadian relatif stabil dari waktu ke waktu, yang kedua adalah bahwa sifat menunjukkan stabilitas di berbagai situasi. Perilaku seseorang dapat berubah pada kesempatan yang berbeda, tetapi asumsinya adalah bahwa ada beberapa konsistensi internal dalam cara individu berperilaku.
  • Beberapa ahli teori sifat lebih tertarik untuk mendeskripsikan kepribadian dan memprediksi perilaku dari pada dalam mengidentifikasi apa yang menyebabkan perilaku.

E. Model Lima Faktor Kepribadian 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun