Mohon tunggu...
KUNTJOJO
KUNTJOJO Mohon Tunggu... Lainnya - Saya menikmati menulis karena saya senang bisa mengekspresikan diri dan ide-ide saya.

"Menulis sesuatu yang layak dibaca atau melakukan sesuatu yang layak ditulis."

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peranan Memori dan Otak dalam Belajar

25 Januari 2023   19:00 Diperbarui: 25 Januari 2023   19:01 1125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar  Model pemrosesan informasi versi Baddeley(Sumber : Woolfolk (2016: 319)

5. Struktur lain dalam MTL juga terlibat dalam memori. Area parahippocampal penting untuk mengingat informasi spasial, seperti gambar gedung atau ruangan, dan area enthorhinal, seperti area perirhinal, terlibat dengan pengenalan penyimpanan.

6. Yang penting tentang sifat memori yang tersebar luas di otak adalah bahwa meskipun area tertentu mungkin memiliki fungsi tertentu, area yang berbeda berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain. Salah satu aspek ingatan yang melibatkan interaksi antar area adalah konsolidasi, proses yang mengubah memori yang baru terbentuk dari keadaan rapuh menjadi keadaan yang lebih permanen.

E.  Peranan Otak dan Memori dalam Belajar

Proses belajar tidak akan pernah terjadi tanpa otak dan memori. Berbagai bentuk ativitas belajar dari yang sederhana misalnya mendengarkan penjelasan guru, sampai yang kompleks, misalnya memecahkan masalah dan menciptakan produk baru,  semuanya  terjadi karena aktivitas terpadu sel-sel sistem saraf otak. Proses tersebut juga tidak akan berjalan tanpa memori. Memori memungkinkan setiap individu belajar dari pengalaman terdahulu dan menggunakan kemampuan memprediksi, untuk memutuskan bagaimana mereka akan merespons kejadian-kejadian di masa depan (Sousa, 2012: 95). Memori merupakan salah satu cara kerja otak, tanpa otak tidak pernah ada memori. Belajar, otak, dan memori tiga hal yang tidak terpisahkan. Belajar dan memori adalah adaptasi seumur hidup dari sirkuit otak terhadap lingkungan (Bear, Connors, & Paradiso, 2016: 824). Kemampuan otak untuk memproses informasi (menangkap, menyimpan, dan mengambil catatan informasi di sirkuit sel-sel otak yang terhubung) adalah  yang memungkinkan belajar (Westwood, 2004: 35).

1. Belajar Melibatkan Komunikasi Neuron

Otak manusia padat dengan sekitar seratus miliar neuron, yang membentuk triliunan koneksi di antara mereka (Nevid, 2018: 44). Ketika anak-anak  mulai belajar tentang realitas di sekitarnya, otaknya menjadi jaringan yang semakin kompleks dari miliaran neuron yang saling terkait. Kumpulan sel-sel otak yang kompleks ini adalah sirkuit yang terjalin rumit yang memungkinkan dirinya berhubungan, mengenal, dan menafsirkan realitas yang dia hadapi, berpikir dan juga bertindak, dan seterusnya dan dalam proses tersebut, neuron melakukan semua tugas dengan mengirim pesan satu sama lain (Nevid, 2018: 44).

Neuron adalah sel yang bertindak sebagai pembawa pesan, mengirimkan informasi dalam bentuk impuls saraf (seperti sinyal listrik) ke neuron lain. Misalnya, saat seseorang menulis, beberapa neuron di otaknya mengirim pesan "gerakkan jari" ke neuron lain dan pesan ini kemudian berjalan melalui saraf (seperti kabel) sampai ke jari-jari tangannya.  Oleh karena itu, sinyal listrik yang dikomunikasikan dari satu neuron ke neuron lain memungkinkan dia melakukan semua yang ingin dia lakukan: menulis, berpikir, melihat, melompat, berbicara, menghitung, dan seterusnya. Setiap neuron dapat dihubungkan dengan hingga ribuan neuron lain, yang mengarah ke sejumlah besar koneksi di otak. 

Ketika seseorang belajar, maka berlangsung perubahan-perubahan di otaknya, terutama penciptaan koneksi baru antar neuron. Fenomena demikian disebut neuroplastisitas. Semakin sering berlatih, maka semakin kuat koneksi antar neuron. Saat koneksi neuron menguat, pesan (impuls saraf) ditransmisikan semakin cepat, membuat proses kognitif lebih efisien. Semakin sering belajar dan berlatih, semakin mudah dalam belajar selanjutnya dan semakin terampil dan itu menunjukkan semakin menguatnya hubungan antar neuron. Hubungan antar neuron dan fungsinya dapat diumpamakan dengan jalan setapak yang yang ada di hutan.  Berjalan melalui hutan tanpa jalan setapak itu sangat sulit, karena pejalan harus memadatkan dan mendorong tumbuh-tumbuhan dan dahan-dahan untuk memotong jalan. Tetapi semakin sering jalur yang sama digunakan, maka mudah untuk dilewati. Sebaliknya, saat jalan tadi lama tidak digunakan, rumput dan tanaman-tanaman lainnya tumbuh kembali dan jejak jalan tersebut perlahan menghilang sehingga menjadi sulit lagi untuk dilewati. Kejadian yang digambarkan di atas mirip dengan yang terjadi di otak. Ketika seseorang berhenti mempelajari atau berlatih sesuatu, koneksi antara neuron melemah dan pada akhirnya dapat terputus, sehingga dirinya mengalami kesulitan ketika belajar atau berlatih lagi. Namun demikian, beberapa jaringan saraf menjadi begitu kuat sehingga jalur atau koneksi tidak pernah benar-benar hilang      (Sarassin et al., 2020: 3). Buktinya, ada berbagai pengetahuan dan keterampilan yang tetap dimiliki seseorang meskipun pengetahuan atau keterampilan tersebut lama tidak digunakan atau tidak dipelajari lagi.

2. Memori Memproses dan Menyimpan Hasil Belajar di Otak

Kelangsungan hidup manusia bisa dicapai dengan keberhasilannya dalam memenuhi kebutuhan dan menyesuaikan diri. Kunci dari keberhasilan tersebut adalah belajar. Namun manusia tidak akan pernah bisa belajar    kecuali mereka dapat mengingat apa yang sudah diketahui dan dipelajari sebagai dasar untuk mempelajari apa yang sedang dihadapinya. Berbagai benda, peristiwa, dan masalah dalam kehidupan manusia yang harus dihadapi dengan pengetahuan yang telah dimiliki dan tersimpan dalam sistem memorinya.  Memori adalah dasar dari belajar. Tanpa produksi memori, belajar dan pemahaman tidak dapat terjadi. Hirarki otak adalah: memori, belajar, dan pemahaman (Sloan & Norrgran, 2016: 30). Tanpa memori belajar menjadi sangat sulit karena apa dihadapi untuk dipelajari menjadi sesuatu yang baru. Berkenaan dengan hal ini, Sousa (2012: 95) menegaskan bahwa memori memungkinkan setiap individu belajar dari pengalaman terdahulu dan menggunakan kemampuan memprediksi, untuk memutuskan bagaimana mereka akan merespons kejadian-kejadian di masa depan.  

Belajar dimulai ketika indra menangkap realitas tertentu, memprosesnya,    menyimpan ke dalam memori jangka panjang, dan mengambilnya di lain waktu ketika diperlukan. Pemahaman adalah kemampuan mengambil materi memori jangka panjang dan menerapkannya pada situasi baru (Sloan & Norrgran, 2016: 30). Memori memegang peran krusial bagi peserta didik. Sebagai suatu keterampilan, memori tidak dapat dipisahkan dari fungsi intelektual dan belajar, seseorang yang kekurangan dalam keterampilan memori akan mengalami kesulitan pada sejumlah tugas akademik dan kognitif (Lee, 2005: 314).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun