Mohon tunggu...
KUNTJOJO
KUNTJOJO Mohon Tunggu... Lainnya - Saya menikmati menulis karena saya senang bisa mengekspresikan diri dan ide-ide saya.

"Menulis sesuatu yang layak dibaca atau melakukan sesuatu yang layak ditulis."

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

E-Learning: Konsep, Keunggulan, Kelemahan, dan Problema dalam Implementasi

9 Januari 2023   08:00 Diperbarui: 9 Januari 2023   08:00 823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Permasalahan kedua, pembelajaran daring menghadapi kendala jaringan internet. Indonesia saat ini masih menghadapi kendala kesenjangan digital antar wilayah dalam akses internet. Berdasarkan kajian Kemendikbud, pembelajaran daring oleh perguruan tinggi selama masa pandemi covid-19 menghadapi kendala utama masih soal jaringan internet. Untuk menyiasatinya, Ditjen Dikti berusaha mempersiapkan pembelajaran semester depan dengan lebih baik, melalui kerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) untuk penyediaan internet di daerah blank spot. Di masa pandemi mahasiswa sudah kembali ke daerah mereka masing-masing di mana jaringan internet belum merata.

3. Belum Semua Perguruan Tinggi Memiliki Sistem Pembelajaran Daring

Pembelajaran daring di kampus bisa terlaksana jika didukung sistem yang fungsional namun belum semua perguruan tinggi memiliki sistem pembelajaran daring, baik secara infrastruktur maupun platform pembelajaran. Kemendikbud memiliki berbagai program kegiatan terkait pendidikan berbasiskan teknologi informasi ini. Kemendikbud berusaha memaksimalkan platform Sistem Pembelajaran Daring (SPADA). Platform digital ntarperguruan tinggi itu kini telah memiliki 3.000 modul yang bisa dimanfaatkan oleh mahasiswa maupun dosen dalam kegiatan belajar mengajar secara dalam jaringan (daring). Dosen dan mahasiswa dapat mengakses langsung sumber pembelajaran dari perguruan tinggi lain di www. spada.kemdikbud.go.id. Sementara, bagi perguruan tinggi dengan keterbatasan sumber daya pembelajaran daring, Dikti menyediakan: kuliahdaring.kemdikbud.go.id. Pemerintah juga bekerja sama berbagai platform swasta menyediakan aplikasi pembelajaran daring seperti Google, Huawei, Microsoft.

 4. Biaya untuk Jaringat Internet

Pendidikan daring membutuhkan jaringan internet yang seringkali biayanya mahal sehingga memberatkan kalangan mahasiswa. Ditjen Dikti dan berbagai perguruan tinggi mengupayakan pengurangan beban ekonomi mahasiswa untuk mengeluarkan biaya kuota internet tersebut dengan subsidi kuota dan/atau pulsa.

Berbagai permasalahan pembelajaran online pendidikan tinggi tentunya juga bias terjadi pada jenjang pendidikan di bawahnya bahkan bisa lebih berat, terutama untuk pendidikan dasar dan pendidikan anak usia dini. Ditinjau dari aspek sumber daya manusia, banyak guru dan peserta didik yang belum siap menghadapi pembelajaran secara online, terlebih lagi untuk peserta didik kelas rendah SD (kelas 1, 2, dan, 3) dan PAUD.  Masalah juga bisa dialami orang tua peserta didik. Selain faktor lemahnya  penguasaan teknologi informasi juga biaya yang harus mereka keluarkan untuk keperluan pembelajaran daring.

Untuk Lembaga PAUD, dalam rangka menghindari adanya kerumunan, jalan keluarnya adalah pembelajaran dalam jaringan (daring) dan pembelajaran luar jaringan (luring). Data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan Suhendro (2020: 137), para guru PAUD di Kabupaten Temanggung telah melaksanakan pembelajaran jarak jauh dengan menerapkan beberapa strategi pembelajaran dengan daring yaitu melalui sistem WhatsApp Group (WAG). Segala informasi terkait pembelajaran disampaikan guru  kepada orang tua peserta didik melalui WAG.  Kendala yang dihadapi guru adalah bahwa tidak semua orang tua anak memiliki HP android dan kalaupun  orang tua memilikinya masih ada kendala lainnya yaitu tidak adanya paket data dan lemahnya bahkan tidak adanya sinyal untuk koneksi internet yang menyebabkan komunikasi pembelajaran tidak berjalan (Suhendro, 2020: 137).

Masalah serupa juga ditemukan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Agustin dan koleganya. Subjek yang mereka teliti adalah 645 guru PAUD  di Wilayah Jawa Barat. Hasil penelitian terkait dengan kendala biaya dan penggunaan teknologi pada semua pernyataan menunjukkan persentase yang tinggi pada kriteria sangat sering dan sering yaitu pada pernyataan kesulitan dalam menggunakan media untuk belajar secara online, keterbatasan biaya untuk membeli kuota internet, kesulitan untuk memiliki alat mengajar secara online (HP dan atau laptop), dan terkendala jaringan/akses internet (Agustin et al., 2021: 342).

Problematika pembelajaran daring dan luring anak usia dini bagi guru dan orang tua di masa pandemi covid19 juga ditemukan berdasarkan hasil penelitian Harahap, Dimyati, Purwanta. Subjek penelitian mereka adalah guru dan orang tua peserta didik TK yang berada di daerah kota dan desa di Sumatera Utara yang berjumlah 45 responden, yang terbagi menjadi 14 guru dan 31 orang tua.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masalah yang dihadapi guru dan orang tua peserta didik TK dalam pelaksanaan pembelajaran daring pada masa pandemi adalah sebagai berikut:  1) kurang tersedianya sarana dan prasarana; 2) kurangnya pemahaman orang tua maupun guru; 3) ketidaksiapan guru maupun orang tua ditinjau dari segi waktu, media pembelajaran, komunikasi, maupun biaya media pembelajaran; 4) lemahnya fokus serta minat anak usia dini, dan 5) kesulitan dalam penilaian (Harahap, Dimyati, dan Purwanta, 2021: 1829).

Belum efektifnya pelaksanaan pembelajaran daring diatasi dengan blended learning, yang merupakan gabungan pembelajaran secara online atau virtual dengan pembelajaran tatap muka. Para guru PAUD melaksanakan pembelajaran tatap muka melalui kunjungan rumah (home visit) dan pembelajaran tatap muka di sekolah secara bergantian (shift). Dalam pembelajaran kunjungan rumah, kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari dari beberapa anak yang tempat tinggalnya berdekatan. Setiap kelompok mengikuti kegiatan belajar pembelajaran sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, misalnya dua kali dalam satu minggu waktunya disesuikan dengan jam pembelajaran di sekolah dengan tetap mengikuti protokol kesehatan yang berlaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun