Mohon tunggu...
KUNTJOJO
KUNTJOJO Mohon Tunggu... Lainnya - Saya menikmati menulis karena saya senang bisa mengekspresikan diri dan ide-ide saya.

"Menulis sesuatu yang layak dibaca atau melakukan sesuatu yang layak ditulis."

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

E-Learning: Konsep, Keunggulan, Kelemahan, dan Problema dalam Implementasi

9 Januari 2023   08:00 Diperbarui: 9 Januari 2023   08:00 797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Selain memiliki berbagai keunggulan seperti diuraikan di atas, e-learning juga memiliki kelemahan. adapun beberapa kelemahan e-learning menurut  Arkorful  and Abaidoo (2014:403) adalah sebagai berikut.

  • E-learning sebagai metode pendidikan membuat peserta didik mengalami kontemplasi, keterpencilan, serta kurangnya interaksi atau relasi. Oleh karena itu diperlukan inspirasi yang sangat kuat serta keterampilan untuk mengatur waktu agar dapat mengurangi efek tersebut.
  • Berkenaan  dengan  klarifikasi, penawaran   penjelasan,   serta interpretasi, e-learning mungkin kurang efektif dibandingkan metode pembelajaran tradisional. Proses pembelajaran menjadi lebih mudah dengan penggunaan tatap muka langsung dengan instruktur atau guru.
  • Dalam hal peningkatan keterampilan komunikasi peserta didik, e-learning sebagai metode mungkin memiliki efek negatif. Para pembelajar, meskipun mungkin memiliki pengetahuan yang sangat baik di bidang akademik, mereka mungkin tidak memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk menyampaikan pengetahuan yang mereka peroleh kepada orang lain.
  • Karena tes untuk penilaian dalam e-learning mungkin dilakukan dengan menggunakan proxy, akan sulit, bahkan tidak mungkin untuk mengontrol atau mengatur aktivitas buruk seperti menyontek.
  • E-learning juga mungkin disesatkan untuk pembajakan dan plagiarisme, yang dipengaruhi oleh keterampilan seleksi yang tidak memadai, serta kemudahan salin dan tempel (copy and paste).
  • E-learning juga dapat menurunkan peran sosialisasi peran institusi dan juga peran instruktur sebagai direktur proses pendidikan.
  • Juga tidak semua bidang atau disiplin dapat menggunakan teknik e-learning dalam pendidikan. Misalnya bidang ilmiah murni yang mencakup praktik tidak dapat dipelajari dengan benar melalui e-learning. Hasil penelitian menunjukkan bahwa e-learning lebih sesuai dalam ilmu sosial dan humaniora daripada bidang ilmu kedokteran dan farmasi, di mana ada kebutuhan untuk mengembangkan keterampilan praktis.
  • E-learning juga dapat menyebabkan kemacetan atau penggunaan berat dari beberapa situs web. Hal ini dapat mengakibatkan biaya yang tidak terduga baik dalam kerugian waktu maupun uang.

F. Implementasi E-Learning dan Kendala yang Muncul

E-learning menjadi kebutuhan yang tidak terelakkan sejak awal tahun 2020, selama tahun 2021 sampai kira-pertengahan tahun 2022 ketika terjadi pandemi. Mewabahnya virus corona (covid-19) menimbulkan permasalahan serius dalam berbagai bidang, termasuk bidang pendidikan formal.  Proses belajar dan pembelajaran pada pendidikan formal  yang diselenggarakan secara klasikal, yang identik dengan kerumunan masa, dapat menyebabkan terjadinya penularan virus secara masif. Namun demikian, proses belajar dan pembelajaran yang merupakan kegiatan utama dari pendidikan formal tidak boleh dihentikan, proses harus tetap berjalan sesuai dengan kalender akademik. Jalan keluar untuk masalah tersebut adalah pembelajaran secara online.

Salah satu istilah yang paling sering digunakan pada saat pandemi adalah istilah new normal atau suatu tatanan baru. New normal adalah perubahan perilaku atau kebiasaan untuk tetap menjalankan aktivitas seperti biasa namun dengan selalu menerapkan protokol kesehatan di tengah pandemi covid-19. Bentuk tatanan baru dalam pendidikan  adalah  peningkatan  penerapan  pembelajaran  secara online atau e-learning.

Pada dasarnya e-Learning sudah diterapkan sebelum pademi namun penerapannya terbatas oleh institusi tertentu dan untuk kepentingan tertentu saja.  Dengan adanya pandemi covid19, e-learning masuk ke dalam sistem new normal, yang diterapkan dalam dunia pendidikan.  Di seluruh dunia, institusi pendidikan mencari platform pembelajaran online dipandang efektif untuk proses belajar dan pembelajaran. Saat ini, pembelajaran digital telah muncul sebagai sumber daya yang diperlukan bagi siswa dan sekolah di seluruh dunia. Bagi banyak lembaga pendidikan, ini adalah cara pendidikan yang sama sekali baru yang harus mereka adopsi, terutama berkaitan dengan revolusi industru 4.0. Berkenaan dengan keberadaan e-learning pada masa pandemi covid-19, Nurwardani menyatakan sebagai berikut.

Secara tak sadar, Covid-19 telah menjadi katalis untuk implementasi revolusi industri 4.0 pada bidang pendidikan tinggi. Dosen-dosen dituntut untuk lebih adaptif dengan teknologi sebagai medium pembelajaran tanpa mengurangi esensi pendidikan. Sementara mahasiswa diminta untuk tetap aktif dan mandiri dalam pembelajaran jarak jauh (Atmaja et al., 2020: 7).

Sebelum pandemi covid-19, Kemendikbud telah mendorong pemanfaatan teknologi untuk memperkaya pembelajaran dan meningkatkan kualitas pendidikan tetapi sedikit sekali perguruan tinggi yang telah melakukannya. Tetapi pada masa pandemi justru terjadi pencapaian yang membaggakan. Berdasarkan survei yang dilakukan Ditjen Dikti, 98 persen perguruan tinggi telah melakukan pembelajaran daring dan setali tiga uang, mahasiswa menilai pembelajaran daring berjalan cukup efektif (Atmaja et al., 2020: 8). Nampaknya wabah pandemi ini dapat mendorong praktik pembelajaran kampus lebih adaptif dalam pemanfaatan teknologi informasi.

Implementasi e-learning atau pembelajaran daring menghadapi sejumlah kendala di lapangan pada semua jenjang pendidikan.  Untuk pendidikan tinggi, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Atmaja et al., 2020: 9-10) telah melakukan identifikasi permasalahan di lapangan dan upaya mengatasinya sebagai berikut.

1. Masalah Budaya Belajar dan Pembelajaran 

Dari sisi budaya belajar dan pembelajaran, masih banyak dosen maupun mahasiswa yang belum terbiasa menggunakan sistem pembelajaran daring. Kondisi ini menggambarkan terjadi kesenjangan digital atau literasi digital. Dosen dan mahasiswa perlu adaptasi keras untuk mampu terampil dalam menggunakan pembelajaran daring.  Misalnya, dosen dituntut harus meningkatkan metode pembelajarannya agar proses belajar mahasiswa tidak berhenti karena pandemi dan hasil kualitas pembelajaran tidak turun meskipun tanpa tatap muka.

Untuk mengatasi masalah di atas, Ditjen Dikti proaktif menyiapkan pelatihan pembelajaran daring bagi 100 ribu dosen. Pelatihan ini merupakan salah satu upaya penyegaran dan peningkatan keterampilan para dosen dalam menyampaikan materi melalui berbagai platform dan teknologi pendukung pembelajaran daring. Pelatihan ini juga memperhatikan ketersediaan akses internet. Ditjen Dikti pun menyusun modul digital untuk Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Materi dalam modul digital tersebut mencakup lima sektor penggerak ekonomi di Indonesia, yakni agribisnis, pariwisata, layanan kesehatan, penjualan daring, dan ekspor tenaga kerja. Terdapat sekitar 600 modul terkait penggerak ekonomi tersebut.

2. Kesenjangan Digital antara Wilayah dalam Akses Internet 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun