Mohon tunggu...
KUNTJOJO
KUNTJOJO Mohon Tunggu... Lainnya - Saya menikmati menulis karena saya senang bisa mengekspresikan diri dan ide-ide saya.

"Menulis sesuatu yang layak dibaca atau melakukan sesuatu yang layak ditulis."

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori Belajar Konstruktivisme

4 Januari 2023   08:00 Diperbarui: 4 Januari 2023   08:01 1817
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Belajar berdasarkan perspektif kontruktivisme (Sumber: Instructional Coaches Corner, 2022)

1. Konstruktivisme Kognitif

Konstruktivisme psikologis atau kognitif bersumber dari pemikiran Piaget,  berpandangan bahwa belajar adalah proses kognitif aktif dimana setiap pembelajar membangun makna pribadi melalui pengalamannya. Piaget berpandangan bahwa anak-anak tidak dilahirkan dengan ide-ide bawaan tentang realitas, seperti yang diklaim beberapa filsuf yang menganut pandangan nativisme. Dia juga tidak sependapat dengan pandangan yang menyatakan bahwa anak-anak hanya diisi dengan informasi oleh orang dewasa, seperti yang diyakini oleh para ahli teori empirisme dan behaviorisme. Bagi Piaget, yang disebut konstruktivisme, adalah bahwa anak-anak secara aktif membangun pemahaman mereka sendiri tentang dunia berdasarkan interaksi mereka dengannya (Sigelman & Rider, 2018: 47). Salah satu prinsip Piaget adalah bahwa belajar merupakan proses adaptif dimana anak-anak membangun pengalaman mereka sebelumnya dan ini berimplikasi pada cara di mana informasi disajikan oleh guru (Ramsook & Thomas, 2016: 129).

2. Konstruktivisme Sosial

Konstruktivisme sosial bersumber dari pemikiran Vygotsky (1978), menekankan sifat kolaboratif dalam belajar dan peran lingkungan sosial dan budaya. Konstruktivisme sosial menghendaki belajar berlangsung dalam lingkungan sosial yang di dalamnya terdapat dialog, diskusi dan kegiatan pemecahan masalah (Ramsook & Thomas, 2016: 129). Belajar dan pembelajaran, menurut paradigma konstruktivisme sosial merupakan fenomena sosial dan pembelajar membangun hasil belajarnya melalui interaksinya dengan individu-individu lainnya, baik itu sesama pembelajar maupun guru. Dalam konstruktivisme sosial, pemahaman anak dibentuk tidak hanya melalui pertemuan adaptif dengan dunia fisik tetapi melalui interaksi antara orang-orang dalam hubungannya dengan dunia yang tidak hanya fisik dan ditangkap oleh indera, tetapi budaya, bermakna dan signifikan, dan dibuat terutama oleh bahasa (Akpan et al., 2020: 51). Belajar kooperatif, yang melibatkan kemandirian positif, akuntabilitas individu, partisipasi yang setara dan interaksi simultan merupakan komponen kunci dari konstruktivisme sosial. Konstruktivisme sosial juga disebut pembelajaran kolaboratif karena didasarkan pada interaksi, diskusi dan berbagi di antara siswa (Akpan et al., 2020: 51).

Meskipun pembedaan konstruktivisme seperti diuraikan di atas, dalam praktik pembelajaran cenderung tidak ada pembedaan. Bahwa Piaget dan Vygotsky sama-sama pemikir psikologi konstruktivisme dan hasil pemikiran mereka diterapkan ke dalam pembelajaran konstruktivistik.

C. Makna Belajar dan Pembelajaran Berdasarkan Paradigma Konstruktivisme

Menurut Suparno (2019: 61), berdasarkan paradigma konstruktivisme,  belajar dan pembelajaran memiliki arti sebagai berikut.

  • Belajar artinya membentuk makna. Makna diperoleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, alami, dst. Konstruksi arti tersebut dipengaruhi oleh pengertian yang telah mereka miliki. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru kepada siswa, kecuali hanya dengan keaktifan siswa itu sendiri untuk menalar. 
  • Rekonstruksi arti dalam belajar berlangsung terus-menerus. Setiap kali berhadapan dengan fenomena atau persoalan baru, terjadi rekonstruksi.
  • Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan suatu pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru.
  • Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada saat skema seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut.
  • Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahuinya.
  • Pembelajaran bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya.
  • Peran guru dalam proses belajar dan pembelajaran adalah sebagai mediator dan fasilitator. 

Mugambi (2018: 98-99) menegaskan bahwa ada beberapa prinsip panduan pemikiran konstruktivistik yang harus dipahami oleh pendidik, yaitu sebagai berikut.

  • Proses belajar membutuhkan waktu. Belajar tidak terjadi secara seketika. Untuk belajar yang signifikan, peserta didik perlu meninjau kembali gagasan, merenungkannya, mencobanya, bermain dengannya, dan menggunakannya.
  • Belajar adalah proses aktif dimana pembelajar menggunakan masukan sensorik dan mengkonstruksi maknanya. Peserta didik perlu melakukan sesuatu karena belajar melibatkan peserta didik yang terlibat dengan dunia.
  • Orang belajar untuk belajar saat mereka belajar. Belajar terdiri dari membangun makna dan membangun sistem makna, yaitu, setiap makna yang dibangun membuat peserta didik lebih mampu memberi arti pada sensasi lain yang bisa cocok dengan pola serupa.
  • Tindakan krusial dalam membangun makna bersifat mental. Konstruksi makna terjadi di dalam pikiran. Perlu disediakan aktivitas yang melibatkan pikiran serta tangan (aktivitas motorik).
  • Belajar melibatkan bahasa. Bahasa yang digunakan mempengaruhi belajar. Pembelajar berbicara kepada diri mereka sendiri saat mereka belajar, dan bahasa serta belajar saling terkait erat.
  • Belajar adalah kegiatan sosial. Belajar sangat erat kaitannya dengan hubungan sosial. Percakapan, interaksi dengan orang lain dan kolaborasi merupakan aspek integral dari belajar.
  • Belajar itu kontekstual. Belajar fakta dan teori tidak terisolasi dari pengalaman. Manusia belajar dalam hubungannya dengan apa yang diketahui, apa yang diyakini, apa yang dibayangkan, dan apa yang diharapkan.
  • Seseorang membutuhkan pengetahuan untuk dipelajari. Tidak mungkin untuk mengasimilasi pengetahuan baru tanpa memiliki beberapa struktur yang dikembangkan dari pengetahuan sebelumnya untuk dibangun. Semakin banyak pengetahuan yang telah dimiliki, semakin banyak yang bisa dipelajari.
  • Belajar bukanlah penerimaan pasif dari pengetahuan yang ada "di luar sana." Belajar melibatkan pembelajar  yang terlibat dengan dunia dan mengekstraksi makna dari pengalamannya.
  • Motivasi adalah komponen kunci dari belajar. Motivasi membantu belajar dan memiliki peran penting dalam keberhasilan belajar.

Konsep penting dari pandangan konstruktivis adalah bahwa belajar terjadi dalam konteks (pengalaman dunia nyata) dan pengetahuan itu tertanam dalam pengalaman (Instructional Coaches Corner, 2022).

Instructional Coaches Corner (2022) mengilustrasikan karakteristik belajar berdasarkan perspektif kontruktivisme dalam bentuk gambar sebagai berikut.

Gambar Belajar berdasarkan perspektif kontruktivisme (Sumber: Instructional Coaches Corner, 2022)
Gambar Belajar berdasarkan perspektif kontruktivisme (Sumber: Instructional Coaches Corner, 2022)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun