Mohon tunggu...
Kun Indri
Kun Indri Mohon Tunggu... profesional -

suka jalan-jalan | kunindri.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Pasar Tumburuni: Keunikan Sebuah Pasar Tradisional di Papua

16 Oktober 2013   09:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:29 2412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_295038" align="aligncenter" width="415" caption="Bangunan Pasar Tumburuni (dok pribadi)"][/caption] Pasar Tumburuni atau kadang disebut Tambaruni yang berada di Fakfak, Papua Barat, kabarnya adalah pasar tradisional paling tertata dan rapi di seluruh Papua. Demikian pendapat seorang teman asal Papua yang sudah pernah menjelajahi pasar-pasar tradisional di Papua. Ketika berada di Fakfak, saya pun menyempatkan diri berjalan-jalan ke pasar ini.  Akses menuju ke pasar Tumburuni cukup mudah, cukup satu kali naik angkot dari daerah pertokoan yang berada di pusat kota, lalu turun di terminal yang berada persis di seberang pasar. Bangunan pasar Tumburuni sudah permanen, serupa dengan bangunan pasar-pasar tradisional yang ada di Jawa. Di dalam area yang cukup luas terdapat sebuah bangunan berlantai 3. Lantai bawah menjual kebutuhan pokok, sementara di lantai 2 dan 3 terdapat kios-kios yang menjual pakaian, peralatan sekolah, sampai handphone dan pernak-perniknya. Setelah melihat-lihat sebentar di lantai 2 dan 3, saya memutuskan ke lantai bawah yang menurut saya lebih menarik untuk dilihat dan diamati. [caption id="attachment_295041" align="aligncenter" width="417" caption="Lantai bawah pasar Tumburuni yang cukup tertata dan bersih (dok pribadi)"]

13818287942071682649
13818287942071682649
[/caption] [caption id="attachment_295094" align="aligncenter" width="415" caption=" Memilih-milih sayur (dok pribadi)"]
1381849815703020989
1381849815703020989
[/caption] Di lantai bawah, penuh dengan pedagang yang menjual sayuran, buah-buahan, dan berbagai jenis kebutuhan pokok lainnya. Pasar ini telihat bersih untuk ukuran pasar tradisional karena di luar tersedia tempat pembuangan sampah sehingga sampah tidak berserakan di mana-mana. Barang-barang yang dijual disini cukup berkualitas, setidaknya menurut pengamatan saya. Oya, salah satu dagangan khas di pasar ini adalah ikan asin dan ikan asap yang memiliki kualitas baik. Ini tidak mengherankan karena Fakfak memang dekat dengan laut. Kue khas Fakfak, yaitu kue lontar juga dijual di pasar ini. Begitu melihat bentuk kue lontar, saya cukup kaget karena kue ini sangat mirip dengan egg tart atau pie susu. Awalnya saya mengira kue lontar itu kue yang betul-betul kue tradisional, ternyata sejenis pie susu. Di pasar ini juga menjual paket sirih pinang yang terdiri dari sirih, pinang, kapur, gambir dan sedikit tembakau.  Sebagaimana di beberapa daerah di Indonesia, mengunyah sirih pinang merupakan kebutuhan pokok bagi sebagian besar orang Papua. [caption id="attachment_295103" align="aligncenter" width="362" caption="Kios yang menjual sirih pinang -di sebelah kiri (dok pribadi)"]
13818580001886616689
13818580001886616689
[/caption] [caption id="attachment_295052" align="aligncenter" width="363" caption="Penjual durian (dok pribadi)"]
1381834025352985852
1381834025352985852
[/caption] Sementara di bagian luar pasar terlihat penjual pisang dan salah satu buah legendaris: durian. Walaupun saat itu bukan musim durian, tetap ada yang menjual durian. Beberapa orang tertarik melihat-lihat durian lalu terjadi tawar menawar antara calon pembeli dengan penjualnya.  Gagal mencapai kesepakatan, si calon pembeli beralih ke penjual durian lainnya. Dari percakapan yang sempat saya tangkap sedikit, harga yang ditawarkan kalau tidak salah Rp 120.000 atau Rp. 150.000 untuk satu ikat. Satu ikat terdiri dari 6-8 durian. Selain penjual buah-buahan ada pula penjual burung nuri. Burung nuri sebetulnya tergolong jenis satwa yang dilindungi, tetapi di pasar ini burung nuri termasuk komoditi yang diperdagangkan. Mungkin karena menyadari hal itu, penjual burung nuri menutupi barang dagangannya dengan koran, kalau ada yang berminat barulah burung nuri diperlihatkan ke calon pembeli. Setidaknya itu yang saya amati. Sayang tidak sempat saya foto. Hal menarik lain yang saya amati di pasar Tumburuni adalah pasar ini juga menjadi tempat untuk mengkampanyekan seks aman dan tidak berganti-ganti pasangan. Sepertinya  sebagai salah satu upaya untuk mengurangi angka HIV-AIDS di daerah ini. Sepengamatan saya, terdapat poster-poster yang ditempel bagian atas dinding di lantai bawah. Di poster tersebut ada himbauan seperti: "kalo gonta-ganti pasangan ko bisa kena IMS dan HIV!".  Selain itu di poster lain yang tidak sempat saya foto  terdapat himbauan senada yang menggunakan bahasa lokal, mungkin supaya lebih mudah diterima masyarakat, seperti: "kitong harus setia deng pasangan", "kitong pake pengaman." [caption id="attachment_295096" align="aligncenter" width="222" caption="Di hampir tiap dinding di lantai bawah terdapat poster seperti ini (dok pribadi)"]
13818512801990444322
13818512801990444322
[/caption] Sekilas, pasar ini sama dengan pasar-pasar tradisional lainnya. Tetapi jika dilhat lebih lanjut, pasar ini juga punya keunikan tersendiri.  Tidak hanya berfungsi sebagai pasar tradisional biasa yang berisi transaksi jual beli, pasar ini ternyata juga berfungsi sebagai tempat untuk kampanye seks aman dan setia dengan pasangan untuk mengurangi angka HIV.  Lalu untuk menjaga kebersihan, memang sudah disediakan tong sampah di area pasar, yang betul-betul berfungsi sebagai tempat pembuangan sampah, dan umumnya para pedagang membuang sampah di tempatnya sehingga jarang ditemukan sampah yang tercecer. Secara umum, pasar Tumburuni, dengan segala dinamika dan keunikannya, adalah salah satu pasar tradisional terbaik yang pernah saya lihat, terutama di Indonesia bagian timur dan tidak kalah dengan pasar-pasar tradisional di Jawa. Bahkan setelah pasar tradisional di Kota Sorong yang merupakan kota industri dan perdagangan di Papua dan di Manokwari (ibukota propinsi), pasar tradisionalnya tidak serapi pasar Tumburuni. [caption id="attachment_295167" align="aligncenter" width="332" caption="Bagian luar pasar (dok pribadi)"]
1381891345486908168
1381891345486908168
[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun