[caption id="attachment_266587" align="alignnone" width="496" caption="Salah satu adegan dalam pertunjukan wayang orang Sriwedari yang saya saksikan"][/caption] Menyaksikan wayang orang secara langsung adalah salah satu keinginan yang akhirnya terwujud ketika berada di Solo, untuk sebuah liburan singkat. Salah satu niat saya memang ingin menonton wayang orang Sriwedari, berhubung di Jakarta keinginan untuk menonton Wayang Orang Bharata malah belum kesampaian. Wayang Orang Sriwedari dipentaskan setiap hari, kecuali hari Minggu, pukul 20.30-selesai. Hari saya menonton saat itu adalah Jumat malam. Saya tiba di GWO (Gedung Wayang Orang) Sriwedari yang berada di kompleks THR (Taman Hiburan Rakyat) Sriwedari Jl. Slamet Riyadi, sekitar jam 20 kurang 10 menit. Saat itu pintu gedung belum dibuka, beberapa orang yang ingin menonton menunggu di teras gedung. Meski pintu gedung belum dibuka, loket penjualan tiket sudah dibuka. Saya kemudian bergegas ke loket untuk membeli tiket seharga Rp. 3.000,- (saya sempat bertanya mengapa harganya Rp. 3.000,- dan menurut penjaga loket dari dulu memang seharga itu, belum pernah naik). Jam 20.10 pintu gedung dibuka, dan saya serta beberapa orang yang sudah membeli tiket segera masuk ke dalam. Saya sampai tidak memperhatikan apa judul lakon yang akan dipentaskan malam ini. Di dalam gedung memang ada papan tulis yang bertuliskan jadwal dan judul pentas, tapi saat itu hanya saya lihat sambil lalu. Kemudian sampailah saya di dalam gedung pertunjukan, dengan penerangan yang ala kadarnya. Masuk kesana rasanya sepertinya kembali ke masa lalu, kursi penonton masih menggunakan kursi model lama yang ditulisi nomor kursi di belakangnya. Saya memilih kursi di baris ketiga sisi sebelah kiri panggung. Saat itu penonton lain juga sudah memilih tempat duduk masing-masing. Para penontonnya cukup beragam. Ada bapak-bapak dan ibu-ibu berumur 50-60 tahun, ada ibu muda yang membawa anak balitanya, ada juga yang berusia sekitar 30-an, 40-an, dan ada pula sepasang turis bule yang kelhatannya masih muda. Lama-lama jumlah penonton yang awalnya tidak banyak menjadi bertambah. Mungkin ada sekitar 60-70 orang yang menonton pertunjukan ini. Setelah menunggu selama hampir 20 menit, lampu dimatikan dan pertunjukan pun dimulai. Berhubung saya tidak tahu judul lakonnya saya berniat menyimak jalannya pertunjukan. Berhubung pertunjukan wayang orang ini menggunakan bahasa Jawa, saya hanya bisa paham sedikit-sedikit, sisanya menebak-terka. Sayang di pertunjukan ini tidak ada teks atau sinopsis yang dapat mempermudah penonton memahami isi cerita . Padahal di sisi kiri dan kanan panggung terdapat layar besar yang setidaknya bisa digunakan untuk sinopsis lakon yang sedang dimainkan. Bagian yang menurut saya cukup menghibur dari pertunjukan ini adalah penampilan para punakawan (Bagong, Petruk dan Gareng), yang cukup menyegarkan suasana dengan banyolan-banyolan khasnya. Mereka seperti tampil untuk menyeimbangkan pertunjukan agar tidak terlalu 'berat'. Sempat tidak bisa menahan kantuk di saat-saat akhir, pertunjukan selesai jam 22.15, ternyata tidak sampai 2 jam durasinya. [caption id="attachment_266606" align="alignnone" width="503" caption="Para punakawan: Bagong, Petruk, Gareng"]