Mohon tunggu...
Kuncoro Maskuri
Kuncoro Maskuri Mohon Tunggu... Dosen - Doktor Linguistik Pragmatik

Pembelajar Bahasa/Linguistik, Sosial Budaya, Pendidikan, dan Keagamaan. (email: dibyomaskuri@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mudik Lebaran, Gerakan Budaya, Spiritual, dan Kolosal

18 Maret 2018   22:34 Diperbarui: 18 Maret 2018   23:10 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bulan Ramadhan 2018 diperkirakan akan jatuh di minggu ketiga  bulan Mei, lebih kurang dua bulan lagi. Ini berarti hari raya idul fitri atau  hari lebaran  akan jatuh pada bulan Juni_ masih kira-kira tiga bulan lagi. 

Namun demikian gaung atau gema bulan Ramadhan 2018 ini sudah mulai  terdengar ketika PT.KAI mengumumkan bahwa tiket mudik lebaran sudah mulai dipesan secara daring mulai 8/9 Maret 2018 yang baru lalu. 

Maka masyarakat calon pemudik seolah bergerak cepat bersama-sama secara alamiah untuk melakukan pemesanan tiket kereta api, ada yang datang langsung ke stasiun ada pula yang melalui media internet. Mereka melakukan pemesanan tiket jauh-jauh hari sebelum hari raya idul fitri tiba, guna ingin memastikan bahwa mereka akan bisa mudik atau sudah berada di kampung halaman saat hari raya lebaran nanti. 

Luar biasanya, hanya dalam waktu dua sampai tiga  hari setelah pengumuman tersebut, masyarakat atau para calon pemudik yang bermaksud menggunakan kereta api untuk mudik  lebaran 2018  mulai mengalami kesulitan untuk memperoleh tiket yang diharapkan alias kehabisan tiket. Fenomena ini tidak hanya terjadi pada saat memesan tiket kereta api, tetapi juga terjadi saat memesan tiket kapal terbang, kapal laut, dan bus. 

Ini menunjukkan betapa besarnya hasrat, keinginan dan harapan  masyarakat untuk bisa mudik atau pulang ke kampung halaman masing-masing guna merayakan hari raya idul fitri bersama keluarga dan handai tolan. Mudik lebaran atau pulang ke kampung halaman untuk merayakan hari raya lebaran selalu dinanti-nanti oleh sebagian besar masyarakat kita di Indonesia setiap tahun. 

Dan ini akan selalu menjadi hajatan nasional yang bersifat kolosal kultural-spiritual yang akan berlangsung terus-menerus di Indonesia. Makna kata 'mudik' sendiri dalam web kamus besar bahasa Indonesia (kbbi.web.id) menunjukkan sebuah kata kerja yang berarti  berlayar, pergi ke udik (hulu sungai pedalamanan), dan  juga bisa bermakna pulang ke kampung halaman_dalam ragam bahasa percakapan;  orang yang melakukan mudik disebut pemudik. 'Mudik' yang bermakna pulang ke kampung halaman inilah yang menjadi sorotan dalam tulisan ini.

Mudik lebaran, oleh sebagian besar masyarakat Indonesia   dimaknai sebagai aktivitas pulang ke kampung halaman untuk merayakan hari raya idul fitri atau lebaran bersama-sama keluarga dan handai tolan. Kampung halaman dalam kamus besar Bahasa Indonesia versi daring (kbbi.we.id) berarti tempat kelahiran. Namun dalam  praktek sosial pemakaian bahasa di masyarakat, makna kampung halaman mengalami perluasan.  

Makna tempat kelahiranyang dimaksud mengacu pada tempat kelahiran dari orang tua atau ibu dan ayah. Jadi bila ada seorang anak yang lahir di Jakarta atau Sumatera namun ayah atau ibunya berasal dari atau lahir di kota Solo maka kampung halaman si anak tersebut dianggap bukan Jakarta atau Sumatera tetapi Solo. 

Begitu pula sebaliknya, seorang anak yang lahir di kota Solo namun ayah atau ibunya berasal dari atau lahir di kota Pontianak Kalimanta Barat maka kampung halaman si anak tersebut bukan di  kota Solo tetapi kota Pontianak Kalimantan Barat.

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, khususnya yang beragama Islam, mudik lebaran merupakan  bentuk peristiwa tradisi kultural yang kolosal dan  mengakar kuat  yang terjadi setiap tahun dan merupakan bagian dari rangkaian hari raya idul fitri atau lebaran.  Peristiwa hari raya idul fitri atau hari lebaran memang identik dengan hari keagamaan umat Islam. Namun seiring dengan berjalannya waktu, peristiwa hari raya idul fitri ini tidak hanya dirayakan oleh umat Islam saja, tetapi juga oleh umat agama lain.

Khusus di negeri kita,  dalam peristiwa hari raya idul fitri atau lebaran terdapat rangkaian peristiwa berupa tradisi mudik lebaran, dilakukan sebelum hari raya idul fitri, dan tradisi saling maaf memaafkan antar anggota keluarga dan  handai tolan  yang dilakukan setelah ibadah sholat idul fitiri, masyarakat menyebutnya sebagai tradisi halal bi halal. 

Tradisi mudik lebaran dan  halal bi halal atau saling memaafkan di momen hari raya idul fitri inilah yang mampu menembus sekat perbedaan suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA) yang terjadi di negeri kita. Sehingga kedua tradisi itu baik di masa sekarang maupun yang akan datang menjadi salah satu khasanah kebudayaan bangsa  Indonesia yang menggambarkan dan selalu menjunjung tinggi nilai-nilai  keharmonisan, kedamaiaan, toleransi, kerukunan dan penghormatan terhadap keberagaman.   

Bila kita memperhatikan situasi mudik lebaran pada tahun 1990an dengan situasi tahun 2000an sekarang ini, maka peristiwa mudik lebaran pada tahun 1990an belum sekolosal seperti pada tahun 2000an sekarang ini. 

Kejadian macet total  di area jalan tol Brebes Timur selama  lebih dari 24 jam dalam mudik lebaran pada tahun 2016 lalu ataupun membludaknya jumlah pemudik di bandara-bandara, stasiun-stasiun kereta api, terminal-terminal hingga pelabuhan-pelabuhan menjadi fakta yang sulit dibantah bahwa peristiwa mudik lebaran bagi masyarakat Indonesia merupakan peristiwa kolosal spiritual-kultural secara nasional yang terjadi setiap tahun. 

Fakta lainnya adalah gencar dan intesifnya  media elektronik maupun cetak yang meliput, menyiarkan, memberitakan, maupun mengupas secara khusus peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan  mudik lebaran  selama kurang lebih setengah bulan, biasanya dilakukan tujuh hari sebelum hari raya idul fitri (H-7) dan tujuh hari sesudah hari raya idul fitri (H+7).  

Peristiwa mudik lebaran tersebut menunjukkan kepada masyarakat di Indonesia maupun di luar Indonesia adanya gerakan sosio-kultural  yang begitu dahsyat bersifat alamiah, kolosal dan   spiritual yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia dengan mesin penggerak berupa energi batiniah, rohaniah, atau spiritual  dari tiap-tiap individu masyarakat, bukan energi lahiriah, material atau nafsu duniawi. 

Energi batin-rohaniah dari tiap-tiap individu masyarakat tersebut seakan-akan saling berinteraksi untuk bersepakat pulang ke kampung halaman bersama-sama guna bertemu kembali dan bersilaturahmi  dengan keluarga besar masing-masing dan handai tolan. 

Tidak ada orasi-orasi sosio-kutltural yang bersifat mengajak-ajak atau membakar semangat untuk melakukan mudik lebaran yang dilakukan oleh tokoh-tokoh agama, sosial dan budaya ataupun kelompok sosial, budaya dan keagamaan. Mudik lebaran itu terjadi betul-betul secara alamiah karena adanya energi rohaniah atau spiritual dari tiap-tiap individu masyarakat.  

Para pemudik memiliki keinginan yang sama, kesamaaan hasrat yang muncul secara alamiah untuk mudik, pulang ke kampung halaman, kampung asal muasal pertama kali mereka hadir di dunia sebagai hamba Allah melalui rahim seorang ibu terkasih, untuk bertemu, bersilaturahmi dengan orang-orang terkasih. Adanya energi rohaniah atau spiritual inilah yang menjadikan peristiwa mudik lebaran bersifat atau mengandung nilai-nilai spiritual sekaligus kultural yang membentuk sebuah gerakan kolektif, gerakan mudik lebaran. 

Dan gerakan mudik lebaran ini menggambarkan  suatu wajah budaya masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai kehidupan_ keharmonisan atau kebersamaan, gotong royong/ tolong menolong, perjuangan dan kebahagiaan.

Keharmonisan gerakan mudik lebaran  bisa dilihat dari adanya keselerasan, keserasian ataupun kebersamaan gerak/mobilitas masyarakat ketika sedang berada di jalan.  Mereka tampak berjalan beriringan atau bersama-sama menuju ke satu tujuan yang sama yaitu kampung halaman  spiritual, meskipun secara fisik tempat atau kampung halaman yang dituju berbeda-beda. 

Kampung halaman spiritual merujuk pada kembali ke pangkuan orang tua,  ibu dan ayah yang membesarkan, menuntun, dan mendidik seorang anak menjadi orang yang bermanfaat bagi sesama. Nilai  gotong royong atau tolong menolong dalam mudik lebaran bisa terlihat, misalnya,  beberapa unsur masyarakat dari perusahaan swasta maupun pemerintah (BUMN) menyediakan angkutan gratis bagi pemudik. Ini merupakan salah satu contoh wujud nilai gotong royong yang memang sudah menjadi tradisi kultural, turun temurun di  masyarakat kita. 

Nilai-nilai perjuangan mudik lebaran dijumpai mulai dari sejak persiapan mudik hingga pada pelaksanaan mudik. Menyiapkan mudik lebaran tidaklah ringan,  kesiapan fisik atau material saja  tidak cukup  tetapi juga diperlukan kesiapan mental atau spiritual. Kesiapan fisik berkaitan dengan kondisi kesehatan tubuh, kesiapan material berkaitan dengan dana yang dibutuhkan untuk pembiayaan mudik lebaran. 

Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap momen hari raya lebaran idul fitri hampir semua biaya atau harga kebutuhan hidup sehari-hari selalu mengalami kenaikan yang tajam, misalnya,  biaya transportasi atau tiket angkutan penumpang bisa mencapai lima puluh sampai seratus persen dari biaya normal. 

Bagi pemudik lebaran yang menggunakan moda transprotasi umum, biaya transportasi atau tiket mudik lebaran yang tinggi  meskipun mahal bukan menjadi rintangan untuk meperolehnya demi bisa pulang ke kampung halaman, hal ini tentu memerlukan perjuangan yang tidak ringan. Lebih dari itu, proses untuk mendapatkan tiket mudik pun butuh perjuangan yang tak kalah berat, bisa jadi malah lebih berat daripada harga tiket itu sendiri. 

Memesan tiket mudik lebaran juga bukan hal yang ringan, meskipun pemesanan tiket bisa dilakukan secara daring sehingga lebih efisien dari sisi waktu dan tenaga, ini bukan berarti mudah memperolehnya karena dalam melakukan pemesanan tiket harus  saling cepat-cepatan mendapatkannya belum lagi bila ada gangguan teknis di jaringan internet, ini menjadi semakin berat perjuangannya untuk mendapatkan tiket. 

Kemudian jika tiket pesanan sudah didapat, bukan berarti pula perjuangan sudah selesai, pemudik akan menghadapi tantangan baru yang harus diperjuangkan yaitu proses perjalanan mudik lebaranitu  sendiri.  Ketika seorang pemudik sudah berada di dalam kendaraan yang ditumpanginya, jiwa dan hatinya merasa bahagia karena gambaran kampung halaman terasa semakin jelas terlihat sehingga ingin segera sampai di tempat tujuan. 

Bila memang dalam perjalanan mudik lebaran itu tidak mengalami hambatan seperti kemacetan ataupun hambatan lainya sehingga bisa sampai di tempat tujuan sesuai rencana, perasaan bahagianya akan berlipat ganda. Namun bila sebaliknya yang terjadi, kemacetan lalu lintas yang panjang atau kerusakan kendaraan, maka rasa cemas, khawatir tidak bisa sampai di tempat tujuan menyelimuti jiwa dan perasaannya sehingga menjadi kesal hati. Ini tidak hanya dialami oleh pengguna transportasi umum tetapi juga oleh transportasi pribadi. 

Disinilah gambaran nilai-nilai perjuangan dan kebahagiaan dalam mudik lebaran bisa dijumpai. Adapun kesiapan mental spiritual untuk keperluan mudik lebaran merujuk pada kesediaan untuk menerima secara tulus atas segala sesuatu yang telah direncanakan yang apabila dalam pelaksanaan nanti ternyata tidak sesuai dengan yang diharapkan, misalnya di tengah perjalanan mudik lebaran mengalami hal-hal yang mengecewakan seperti kendaraan mogok, lalu lintas macet, dan lain-lain, hingga sampai pada hal yang paling menyedihkan gagal  mudik lebaran. Itu semua bisa terjadi, oleh karena itulah diperlukan kesiapan mental spiritual yang betul-betul prima sehingga spiritualitas mudik lebaran tetap terjaga. 

Meskipun bila gagal mudik lebaran, secara ragawi tidak bisa hadir  di kampung halaman tetapi secara rohaniah tetap hadir untuk bertemu dengan  kelurga dan handai tolan.

Mudik lebaran di Indonesia ini dikatakan sebagai sebuah gerakan  kolosal karena mudik lebaran melibatkan puluhan juta orang masyarakat Indonesia dalam periode waktu yang bisa dikatakan bersamaan melakukan gerakan masal atau migrasi masal secara temporer/sementara dari satu tempat perantauan  ke tempat asal muasal /kampung halaman  baik di dalam wilayah provinsi yang sama maupun provinsi yang berbeda di dalam satu pulau maupun di luar pulau di wilayah nusantara. 

Kedahsyatan gerakan mudik lebaran  yang terjadi setiap tahun ini menggambarkan realitas alamiah  yang paling luar biasa dahsyat dari segi kuantitas/ jumlah orang yang berperan serta, lebih dahsyat dari gerakan politik dalam peristiwa reformasi 1998 maupun peristiwa unjuk rasa '212' di akhir tahun 2016 lalu.

Energi batiniah, rohaniah, atau spiritual tiap-tiap individu yang berfungsi sebagai mesin penggerak mudik lebaran merupakan akumulasi dari pengalaman spiritual tiap-tiap individu dalam kehidupannya. Terlebih lagi pada setiap bulan ramadhan, ibadah puasa ramadhan makin menempa dan membangun kesadaran rohani mereka untuk senantiasa berusaha menjadi pribadi yang saleh, pribadi yang menjunjung tinggi nilai-nilai spiritual kehidupan: kerelijiusan, kesopansantunan, kejujuran, ketenggangrasaan, kebersamaan, kesetiakawanan, kebertanggungjawaban, maupun keegaliteran.

Nilai-nilai spiritual kehidupan inilah yang pada hakekatnya melandasi gerakan mudik lebaran di Indonesia. Mudik lebaran mengingatkan dan mengajarkan setiap manusia, yang beragama Islam,  dari mana dia berasal, dan asal muasal tersebut bukan sekedar merujuk pada suatu tempat kelahiran atau kampung halaman spiritual di dunia, namun juga merujuk pada  kampung halaman yang hakiki yaitu kampung akhirat. 

Gerakan mudik lebaran yang terjadi setiap tahun ini  merupakan wujud kultural-spiritiual masyarakat Indonesia dan akan terus  menjadi tradisi turun temurun, dari satu generasi ke generasi berikutnya.

(solo2718032018)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun