Mohon tunggu...
Cahaya Kumalasari
Cahaya Kumalasari Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

belajar menjadi istri yang baik dan ibu yang penuh kasih sayang...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kredit Iman

28 Agustus 2014   22:55 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:15 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjalani beberapa waktu di negeri ini terasa sekali godaan dunia yang menerpa, menggerus iman dan keyakinan manusia yang tipis.  Manusia bagai berpijak di atas sebilah bambu di tengah arus deras suangai yang keruh tanpa ada keyakinan yang mendasar.

Manusia saat ini dihadapkan pada godaan materi yang begitu besar.  Mulai diawali dengan sifat dasar manusia, tradisi, pandangan hidup dan kebiasaan masyarakat negeri ini yang cenderung mengagungkan kehidupan dunia.  Tanah (rumah), kendaraan dan binatang peliharaan bukan lagi sebaga prasyarat kehidupan namun lebih kepada simbol status keberhasilan.  Rumah bukan sekedar tempat tinggal untuk membangun keluarga yang damai namun standar kepemilikan yang (diharuskan) dimiliki sebagai harta milik. Rumah dihuni oleh penghuni yang sibuk dan dingin, kadang menjalani kehidupan rumah tangga sebagai sebuah perjanjian bersekutu untuk bersama.

Diperkuat dengan berbagai tampilan kenikmatan dunia di televisi yang hampir menghiasi seluruh rumah tangga di negeri ini.  Setiap hari manusia dicekoki dengan kebutuhan sekunder atau bahkan tertier yang dipaksakan menjadi kebutuhan primer. Rendahnya ketersediaan sarana transportasi yang layak mendorong kepemilikan kendaraan menjadi salah satu sumber kebanggaan, kehebatan karena kepemilikan atas barang pokok yang sebenarnya mungkin sekunder atau tertier.

Manusia akhirnya makin jauh dari kearifan menjalani kehidupan.  Keikhlasan dalam langkah kehidupan semakin berkurang tergantikan oleh sejuta rasa terdesak untuk memiliki dan menguasai materi.  Rasa ini bukan lagi berasal dari setiap pribadi manusia namun secara intens didorong oleh lingkungan baik keluarga maupun masyarakat.  Kuatnya norma kebersamaan masyarakat negeri ini justru kadang mendorong manusia untuk bermaksiat bersama, melegalkan barang haram demi kepuasan atau bahkan mendorong perilaku haram untuk sebuah penguasaan materi.

Keyakinan manusia atas rizki Allah terkikis dan terkuras hingga diujung kuku.  Jauh pemikiran, perkataan dan perbuatan.  Iman, keyakinan atas keluasan rizki Allah yang memberikan penghidupan kepada setiap hamba-Nya.  Keyakinan bahwa Allah tidak akan mendholimi hamba-Nya.  Sulit untuk memahami itu saat di sekeliling manusia ada banyak dorongan yang mengharuskan seseorang memiliki rumah, kendaraan atau barang lain (yang kadang tidak fungsional).  Hingga saat ini ada banyak yang secara tanpa sadar  telah mengkreditkan imannya demi sebuah tempat tinggal atau kendaraan.

Sungguh sistem yang ada saat ini secara tak sadar membuat manusia secara sadar atau tanpa sadar mengabaikan keimanan di hatinya.  Dengan mudah manusia melupakan jaminan kehidupan oleh Yang Maha Hak dan memilih untuk menjaminkan hidupnya yang sementara di atas meja, dalam secarik kertas mengkreditkan iman.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun