Mohon tunggu...
Gerardus Kuma
Gerardus Kuma Mohon Tunggu... Guru - Non Scholae Sed Vitae Discimus

Gerardus Kuma. Pernah belajar di STKIP St. Paulus Ruteng-Flores. Suka membaca dan menulis. Tertarik dengan pendidikan dan politik. Dan menulis tentang kedua bidang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Natal, Penolakan, dan Toleransi Beragama: Belajar Dari Leuwayan

13 Januari 2023   08:58 Diperbarui: 13 Januari 2023   09:08 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Acara Natal bersama di gereja Santu Petrus Leuwayan tahun 2016. Sumber foto WA Beni Apeworen.

Umat Kristen telah merayakan Natal. Hari Natal, yang dirayakan tanggal 25 Desember, merupakan peristiwa kelahiran Yesus Kristus. Yesus, bagi orang Kristen, diyakini sebagai Mesias. Sang Penebus dosa umat manusia.

Dalam perisitiwa Natal, dikisahkan bahwa Yesus dilahirkan oleh perawan Maria di sebuah kandang hewan. Bayi itu dibaringkan di dalam palungan. Dan dibungkus dengan kain lampin. "dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dalam lampin dan dibaringkannya dalam palungan" (Lukas, 2:7).

Natal juga merupakan peristiwa penebusan. Yesus Kristus, Putra Allah menjelma menjadi manusia adalah Juruselamat. Dia rela meninggalkan ke-Allah-anNya untuk datang ke dunia guna menebus dosa umat manusia. Itulah misi utama kedatangan Yesus. "Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu, Kristus, Tuhan, di kota Daud" (Lukas, 2:11).

Natal, sebagai peristiwa kelahiran dan penebusan, adalah moment gembira. Sebagaimana kelahiran anak dalam sebuah keluarga, atau perisitiwa kesembuhan seseorang yang diterima dengan rasa syukur, Natal selalu disambut dengan sukacita oleh umat Kristiani.

Kisah Natal, yang merupakan warta gembira, juga  diwarnai kisah sedih: penolakan. Yosep dan Maria yang baru datang dari Nazareth, sangat membutuhkan tumpangan. Apalagi saat itu, sudah waktunya bagi Mari yang sedang mengandung untuk melahirkan.

Namun semua rumah yang diketuk pintunya oleh Yosep dan Maria tidak sudi membukannya bagi mereka. Setiap orang yang didatangi Yosep dan Maria tidak ada yang mau menerima mereka. Yosep dan Maria mengalami penolakan.

Penolakan Ibadah Natal

Sehari setelah hari raya Natal 2022 yang penuh sukacita, beredar video di group WA yang membuat siapa saja merasa prihatin dan sedih. Video tersebut adalah penolakan oleh sekelompok orang terhadap umat Kristen yang mau merayakan ibadah Natal. Dari berita yang beredar, pelarangan tersebut terjadi di wilayah Cilebut, kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Dalam video berdurasi 2,50 menit tersebut, terdapat beberapa orang, ada juga aparat kepolisian, tentara, dan polisi pamong praja. Terdengar suara seorang perempuan yang berdebat dengan seorang bapak dan menumpahkan kekesalannya atas pelarangan ibadah Natal. Syukurlah, lewat mediasi aparat keamanan, ibadah Natal tersebut bisa dijalankan.

Peristiwa pelarangan ibadah Natal dalam video tersebut mengingatkan saya akan peristiwa penolakan terhadap Yosep dan Maria dalam kisah kelahiran Yesus. Yosep dan Maria ditolak oleh tuan rumah yang mereka datangi. Umat yang hendak merayakan ibadah ditolak oleh sesama warga yang tidak mau ada kegiatan ibadah di sekitar mereka. Ya, Natal adalah kisah penolakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun