Mohon tunggu...
Gerardus Kuma
Gerardus Kuma Mohon Tunggu... Guru - Non Scholae Sed Vitae Discimus

Gerardus Kuma. Pernah belajar di STKIP St. Paulus Ruteng-Flores. Suka membaca dan menulis. Tertarik dengan pendidikan dan politik. Dan menulis tentang kedua bidang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kisah Selamat Korban Banjir Adonara dan Solidaritas GGD Flotim

29 April 2021   21:22 Diperbarui: 29 April 2021   21:45 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua GGD Flotim (berompi) menyerahkan bantuan kepada pak Agus. Dok.pribadi

Bencana alam bisa terjadi di mana saja dan menimpa siapa saja. Bila alam sudah menghendaki, manusia tak kuasa menolaknya.  Bencana juga bisa terjadi kapan saja. Ia hadir tanpa disadari seorang pun. Entah manusia siap atau tidak. Di saat terjaga tau terlelap. Bencana selalu datang tanpa ada rencana.

Sebagaimana banjir bandang yang melanda beberapa wilayah di pulau Adonara Minggu (04/04/2021) lalu. Banjir itu terjadi di malam gelap, saat semua sedang terlelap. Tak ada yang menyangka bahwa malam itu bencana akan menghampiri mereka.

Bencana yang terjadi secara tiba-tiba selalu membawa dampak mengerikan. Hingga tiga minggu berlalu, kesedihan masih menyelimuti para korban. Dan rasa trauma masih menghantui mereka. Dampak lain yang masih membekas adalah endapan lumpur dan sisa-sisa puing reruntuhan rumah-rumah yang tersapu banjir. Juga sisa-sisa material bawaan banjir seperti lumpur, batu, batang pohon, dan potongan kayu masih berserakan di daerah yang dilalui banjir.

Menghadapi bencana yang biasa datang secara tiba-tiba, manusia seperti bertaruh nyawa. Sebagaimana kisah Pak Agus Priyanto bersama keluarga saat bandang di Adonara. Anggota komunitas Guru Garis Depan (GGD) Flores Timur ini berjuang menyelamatkan diri di tengah terjangan banjir malam itu. Di saat bencana hidup dan mati jaraknya cuma sejengkal.

Pak Agus bersama keluarga tinggal di rumah kontrakan di muara kali dusun 01, RT 01 desa Waiburak. Daerah ini merupakan jalur banjir bandang saat itu. Rumah yang sudah ditempati selama enam tahun oleh guru asal Cilacap, Jawa Tengah ini tertimbun lumpur. Beruntung, guru SMK Negeri Ile Boleng ini selamat bersama istri dan kedua anaknya.

Pembersihan rumah kontrakan pak Agus dari sisa material banjir. Dok.pribadi
Pembersihan rumah kontrakan pak Agus dari sisa material banjir. Dok.pribadi

Dikisahkan pak Agus, pada Sabtu (03/04/2021) malam sebelum peristiwa naas tersebut, bersama warga sekitar tidak pernah menyangka kalau banjir bandang akan melanda daerah mereka. Hujan dengan intensitas sedang mengguyur Waiburak dan sekitarnya. Namun tak ada firasat apa pun yang terlintas bahwa akan terjadi banjir bandang.

Sebagaimana warga yang lain, malam itu pak Agus dan keluarga tidur seperti biasa. Sekitar jam 1 (Minggu, 04/04/2021) dini hari, seorang (Pak Ridwan) memanggil nama anak pertamanya (Nehan) dan memberitahu bahwa ada banjir. Mendengar pemberitahuan tersebut, pak Agus bangun membuka pintu untuk mengecek keadaan di luar. Ternyata banjir di depan rumah sudah setinggi lutut.

Walau air mulai meninggi, belum ada niat untuk menyelamatkan diri. Tidak berselang lama, terdengar suara gemuruh air yang deras. Dan listrik tiba-tiba padam. Suasana menjadi gelap. Pak Agus menyalakan dua batang lilin. Menerangi mereka berjaga-jaga malam itu.

"Ketika pak Ridwan memberitahu bahwa ada banjir, saya sempat mengecek keadaan di luar. Walau air sudah tinggi, kami tidak ada firasat bahwa akan datang banjir bandang. Karena itu kami memilih untuk tetap berjaga-jaga di dalam rumah," kisah pak Agus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun