Mohon tunggu...
Gerardus Kuma
Gerardus Kuma Mohon Tunggu... Guru - Non Scholae Sed Vitae Discimus

Gerardus Kuma. Pernah belajar di STKIP St. Paulus Ruteng-Flores. Suka membaca dan menulis. Tertarik dengan pendidikan dan politik. Dan menulis tentang kedua bidang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

BDR Rasa LDR

27 Februari 2021   15:02 Diperbarui: 27 Februari 2021   15:05 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa-siswi SMPN 3 Wulanggitang ketika BDR. Dok.pribadi

LDR itu berat biar kami saja yang menjalaninya, kalian jangan!

Kalimat ini sering kita dengar sebagai "warning" akan getirnya menjalankan hubungan jarak jauh. Long distance relationship. Atau lebih keren disebut LDR. Istilah ini disematkan untuk orang yang menjalin hubungan namun dipisahkan oleh jarak. Menjalani LDR berarti menerima konsekuensi jarang bertemu dank arena itu tidak selalu bersama. Biasanya menjalani LDR disebabkan oleh alasan tertentu. Orang dipisahkan dalam jarak karena tugas, pekerjaan, atau study, dll.

Indonesia pada umumnya dan daerah Flores pada khususnya yang terkenal dengan penghasil TKI, banyak pasangan/ keluarga harus menjalani LDR. Ini artinya banyak keluarga/ orang yang menjalani LDR. Di Flores, hampir setiap kampung selalu ada suami yang "merantau" menjadi TKI di Malaysia. Anak-anak harus rela ditinggal ayah mereka. Dan hidup dalam keadaan single parent. Diasuh dan dibesarkan hanya oleh seorang Ibu.

Bisa dibayangkan, suami harus meninggalkan istri (dan anak-anak) atau sepasang kekasih yang lagi kasmaran harus saling berpisah dalam jarak dan waktu yang lama. Bagaimana rasanya??? Berat!!! Ya, berat. LDR itu berat, biar kami saja yang menjalaninya, kalian jangan.

Setidaknya demikian pengalaman saya. Tiga tahun menjalani LDR. Saat ditempatkan pertama kali di Spentig Hewa saya harus menerima kenyataan berpisah dengan istri. Bertemunya setahun dua kali; setiap liburan semester. Kangen?? tentu saja... Rindu?? apalagi... Ya, LDR itu berat. Karena itu biar kami saja yang menjalaninya, kalian jangan.

Seiring perkembangan zaman, menjalani LDR tidak seberat sebelumnya. Bila dahulu sarana komunikasi hanya mengandalkan surat, maka perjumpaan dengan keluarga hanya dimungkin saat perjumpaan fisik. Di zaman digital sekarang, walau berada dalam jarak jauh, orang bisa berjumpa kapan saja. Dengan dan melalui alat komunikasi HP, misalnya, kita bisa saling menyapa dan melihat wajah walau secara fisik terpisah jarak.

Ternyata...bukan LDR saja yang berat, BDR juga berat.

Ketika korona datang, yang berat itu bukan LDR saja. Ada BDR. Belajar dari rumah. Di saat pandemic Covid-19 melanda dan siswa diharuskan belajar dari rumah (BDR), orang-orang yang terkait dengan pendidikan merasa berat. Orang tua mengeluh. Guru mengeluh. Pemerintah juga mengeluh. Anak-anak kalau belajar dari rumah tantangannya banyak. Berat.

Yang berat dalam BDR itu bukan hanya ketidaksiapan menjalankannya sebagaimana dikeluhkan selama ini. Tentang infrastruktur yang tidak mendukung pembelajaran jarak jauh. Wong, hingga kemerdekaan mendekati usia seabad pun masih ada daerah yang belum diterangi listrik dan dijangkau jaringan sinyal telepon. Atau soal lain tentang keluarga yang tidak mampu mendukung BDR karena ekonomi yang lemah lembut. Boro-boro beli HP, asap di dapur saja jarang mengepul. Namun itu semua hal umum.

Ada yang lebih berat lagi dalam BDR. Guru dan siswa harus berpisah. Ya, BDR rasa LDR...

Dalam pembelajaran, bukan hanya soal transfer pengetahuan. Pembelajaran adalah sebuah interaksi antar individu. Baik guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Interaksi secara langsung inilah yang turut membentuk pribadi dan karakter peserta didik. Perjumpaan dan interaksi secara langsung seperti ini membawa nuansa tersendiri dalam pembelajaran. Dari guru dan atau temannya, seorang siswa bisa menimba inpirasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun