Mohon tunggu...
Gerardus Kuma
Gerardus Kuma Mohon Tunggu... Guru - Non Scholae Sed Vitae Discimus

Gerardus Kuma. Pernah belajar di STKIP St. Paulus Ruteng-Flores. Suka membaca dan menulis. Tertarik dengan pendidikan dan politik. Dan menulis tentang kedua bidang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sebingkis "Cinta" OSIS Spentig Hewa untuk Pengungsi Difabel Ile Lewotolok

31 Desember 2020   07:30 Diperbarui: 31 Desember 2020   10:46 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penggalangan dana OSIS Spentig Hewa. Dok.pribadi

Mother Theresa dari Calcuta pernah berujar, "Lakukanlah hal kecil dengan cinta yang besar." Pesan ini mengisyaratkan bahwa sekecil apa pun sesuatu yang dilakukan untuk orang lain, bila hal tersebut dilakukan dengan cinta dan ketulusan, sesungguhnya bernilai besar.

Minggu, 29 November 2020, gunug Ile Lewotolok meletus. Erupsi Ile Lewotolok ini membuat masyarakat harus mengungsikan diri ke tempat yang aman. Ketika sesama saudara di Lembata harus mengungsi, banyak pihak ikut berbela rasa. Uluran tangan kasih datang dari berbagai tempat. Dimana-mana orang terpanggil membantu sesama saudara yang mengalami bencana alam di Lembata.

Melihat sesama saudara yang tertimpa bencan alam di Lembata, OSIS SMPN 3 Wulanggitang tergerak membantu meringankan beban para korban. Spirit Mother Theresa coba dihidupi. Dengan cinta yang besar, OSIS Spentig Hewa melakukan hal sederhana menggalang dana bagi sesama yang sedang tertimpa bencana alam erupsi Ile Lewotolok.

Sebagaimana diungkapkan Kaur Kesiswaan SMPN 3 Wulanggitang, Bachtiar Aziz Syahbana yang menginisiasi penggalangan dana untuk korban Ile Lewotolok bahwa kegiatan ini adalah sebuah gerakan cinta, bentuk kepedulian siswa terhadap sesama saudara yang tertimpa bencana alam. 

Walau ini adalah hal sederhana, namun diharapkan bisa meringankan beban korban bencana Ile Lewotolok. Dari hal-hal sederhana ini diharapkan kelak akan terbentuk siswa-siswa yang memiliki karakter suka menolong dan berempati, ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.

Keterlibatan OSIS Spentig Hewa dalam kegiatan kemanusiaan adalah sebuah proses pendidikan. Pendidikan bukan hanya tempat untuk menimbah ilmu tetapi juga untuk mengasah kepekaan sosial. Di panti pendidikan siswa dididik untuk ikut berbela rasa. Di sini siswa dibentuk karakternya untuk menjadi pribadi yang suka menolong, dan bertanggung jawab.  

Demikian dikatakan Kepala SMPN 3 Wulanggitang, Kristina Sabu Punang. Karena itu lembaga sangat mendukung upaya penggalangan dana yang dilakukan OSIS untuk membantu para korban bencana alam erupsi gunung Ile Lewotolok. Selain sebagai bentuk empati dan rasa solidaritas, lembaga selalu memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan sikap sosial.

Dalam aksi solidaritas terhadap nasip korban erupsi Ile Lewotolok, selama lima hari pengurus OSIS Spentig Hewa secara bergantian mendatangi para guru, pegawai dan siswa-siswi SMPN 3 Wulanggitang. Selain di sekolah, penggalangan dana juga dilakukan di luar lingkungan sekolah. OSIS Spentig Hewa mendatangi tempat-tempat seperti kantor desa dan kios-kios yang ada di desa Hewa mengetuk hati setiap orang untuk membantu sesama saudara yang tertimpa bencana alam di Lembata.

Maria Fatima, Ketua OSIS SMPN 3 Wulanggitang yang memimpin teman-temannya menggalang dana mengungkapkan bahwa aksi ini mereka lakukan karena ingin membantu meringankan beban para korban bencana alam di Lembata. Kami sadar apa yang kami lakukan tidak sebanding dengan duka yang dirasakan dan dialami para korban. Secara materi, dana yang terkumpul ini sangat sedikit. Namun inilah bentuk cinta kami untuk para pengungsi. Semoga mereka menjadi kuat bahwa bencana yang menimpa mereka tidak hanya dialami mereka sendiri.

Pengungsi difabel. Sumber WA Fince Bataona. Dok.pribadi
Pengungsi difabel. Sumber WA Fince Bataona. Dok.pribadi

Dana yang terkumpul kemudian disalurkan kepada pengungsi melalui Forum Peduli Kesejahteraan Difabel dan Keluarga (FPKDK). Sebuah lembaga yang selama ini menaruh perhatian terhadap kesejahteraan keluarga dan difabel. Fince Bataona, relawan FPKDK menjelaskan bahwa ketika erupsi gunung Ile Lewotolok para difabel juga ikut terdampak. Dalam situasi kebencanaan, difabel adalah kelompok rentan yang justru sering terabaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun