Mohon tunggu...
Gerardus Kuma
Gerardus Kuma Mohon Tunggu... Guru - Non Scholae Sed Vitae Discimus

Gerardus Kuma. Pernah belajar di STKIP St. Paulus Ruteng-Flores. Suka membaca dan menulis. Tertarik dengan pendidikan dan politik. Dan menulis tentang kedua bidang.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Corona Semakin Mengancam, NTT Harus Buat Apa?

16 Mei 2020   12:20 Diperbarui: 16 Mei 2020   12:18 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: health.detik.com

Penyebaran virus korona di NTT semakin meningkat dan meluas. Jumlah kasus semakin banyak dengan wilayah penyebaran semakin luas. Berdasarkan laporan gugur tugas penanganan Covid-19 NTT yang disampaikan juru bicara Jelamu Ardu Marius, hingga Jumat (15/04/20) jumlah pasien terkonfirmasi positif di NTT sebanyak 47 orang (https://www.sergap.id)

Jumlah tersebut dengan perincian sebagai berikut: Kota Kupang 14 orang, Manggarai Barat 12 orang, Sika 12  orang, TTS 2 orang, Rote 2 orang, Sumba Timur 2 orang, Flores Timur 1 orang, Nagekeo 1 orang, dan Ende 1 orang. Dari jumlah tersebut 2 orang telah sembuh dan 1 orang meninggal dunia sementara 44 orang sedang menjalani perawatan di RS daerah masing-masing.

NTT yang terdiri dari beberapa pulau pun semakin banyak yang terinfeksi virus korona.

Melihat data terkini di NTT, korona kini sudah menyebar di 4 pulau yaitu Timor, Flores, Rote, dan Sumba. Berdasarkan wilayah penyebarannya, pulau Flores memilki jumlah kasus positif terbanyak yaitu 27. Menyusul pulau Timor dengan jumlah 16 kasus. Kemudian pulau Sumba dan Rote yang sama-sama menyumbang 2 kasus.

Seiring meningkatnya jumlah kasus positif, kluster penyebaran korona pun bertambah. Beberapa kluster munculnya kasus korona di NTT beserta jumlah kasusnya adalah sebagai berikut: kluster Yogjakarta 1 kasus di Kota Kupang, kluster Sukabumi 9 kasus di Kota Kupang, kluster Magetan 2 kasus di TTS, kluster Lambelu 12 kasus di Sika, 1 kasus di Flores Timur dan Nagekeo, kluster Papua 2 kasus di Rote, kluster STT Grogol 2 kasus di Sumba dan transmisi local 4 kasus di Kota Kupang (PK.16/05/20).

Muncul dan bertambahnya kluster baru perlu diwaspadai. Terutama adanya transmisi lokal. Mereka yang tidak pernah melakukan perjalanan dari dan ke wilayah zona merah Covid-19 tetapi ikut terpapar korona. Ini berarti virus korona telah menyebar secara "diam" di wilayah NTT. Ada orang yang telah terinfeksi virus tetapi tidak terdeteksi keberadaannya. Orang tersebut merupakan pembawa virus (carrier) yang tidak menunjukkan gejala. Entah siapa dan dimanakah dia, tidak ada yang tahu.

Bagi sesama saudara yang pernah melakukan perjalanan dari dan ke daerah zona merah Covid-19 wajib memeriksa diri. Mewajibkan orang memeriksa diri tidak berarti bahwa kita menuduh semua orang yang datang dari zona merah adalah penyebar korona. Siapa saja berpoensi untuk tertular. Orang yang terpapar korona tidak selamanya menunjukkan gejala sakit. Ada orang yang walau pun terlihat sehat tetapi sesunguhhnya telah terpapar virus korona (OTG). Dan untuk memastikan apakah kita benar-benar bebas dari korona hanya dengan cara memeriksa diri melaui rapid test atau swab test.

Bayangkan, bila ada orang tanpa gejala bebas berkeliaran di tengah masyarakat. Sudah pasti akan semakin banyak orang yang berpotensi terpapar korona. Tanpa bermaksud menyalahkan, kita memang sudah kecolongan sejak awal dalam penanganan korona. Beberapa pelaku perjalanan dari zona merah Covid-19 hanya melakukan karantina mandiri tanpa ada pemeriksaan kesehatan yang memadai. Mereka ini setelah selesai masa karantina, lalu berbaur dengan masyarakat. Namun dikemudian hari setelah dilakukan rapid test dan swab test terbukti mereka telah terpapar korona.

Saya tidak punya wewenang dalam upaya penangan Covid-19 ini. Paling hanya upaya pencegahan pribadi yang bisa saya dilakukan. Namun pemerintah NTT dan Pemda di NTT disarankan agar penangaan Covid-19 harus lebih difokuskan pada upaya pencegahan.

Spirit perlawanan terhadap Covid-19 - meminjam George Aditjondro -- harus menggunakan prinsip "palang pintu" bukan "palang merah." Artinya jangan menunggu sampai jatuhnya korban baru bergerak tetapi harus bergerak untuk mencegah jatuh dan bertambahnya korban.

Upaya pencegahan itu dapat dilakukan dengan pertama, tracing semua pelaku perjalanan dan orang yang telah berkontak dengan pasien positif korona dan lakukan rapid test. Untuk tidak mengulangi kecolongan dan mencegah penyebaran virus korona semakin meluas, pengadaan alat rapid test harus segera diperbanyak agar dilakukan rapid test masal terkhusus bagi para pelaku perjalanan dan orang yang telah berkontak dengan pasien.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun