Mohon tunggu...
Gerardus Kuma
Gerardus Kuma Mohon Tunggu... Guru - Non Scholae Sed Vitae Discimus

Gerardus Kuma. Pernah belajar di STKIP St. Paulus Ruteng-Flores. Suka membaca dan menulis. Tertarik dengan pendidikan dan politik. Dan menulis tentang kedua bidang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memaknai Hari Kartini di Tengah Corona

26 April 2020   14:15 Diperbarui: 26 April 2020   14:14 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://www.google.com/search?q=gambar+Kartini

Sosok Kartini tidak asing di mata bangsa Indonesia. Ketokohan Kartini begitu fenomenal perempuan Indonesia. Jasanya yang besar bagi kaumnya menjadikan Kartini sangat familiar di seluruh Indonesia. Perjuangan Kartini membebaskan kaumnya dari penindasan sudah tidak diragukan. W. R. Supratman mengambarkan pahlawan nasional ini dalam lagu Ibu Kita Kartini sebagai pendekar kaum Ibu se-Indonesia; Cita-citanya bagi bangsa Indonesia sungguh besar.

Terlahir dari keluarga ningrat, Kartini merasakan diskriminasi terhadap kaum perempuan di zamannya. Budaya patriatki yang sangat kuat membuat perempuan mendapat perlakuan yang tidak adil. Dalam budaya partiarki, laki-laki ditempatkan sebagai pemegang kekuasaan. Sementara kaum perempuan dianggap sebagai subordinasi kaum pria. Perempuan adalah manusia kelas dua.

Masyarakat yang menganut system partriaki menempatkan laki-laki pada hirarki tertinggi dan memiliki peran dominan sebagai pengontrol utama dalam kehidupan social. Sementara perempuan selalu berada di bawah bayang-bayang laki-laki. Hak mereka juga dibatasi. Kondisi ini membuat perempuan hidup dalam penindasan dan tanpa kebebasan sebagai manusia. Kebebasan kaum perempuan dibelenggu dan mereka tidak memiliki hak seperti laki-laki. Bila laki-laki dapat memperoleh pendidikan, perempuan tidak. Laki-laki boleh mengembangkan karir, perempuan dilarang. Bahkan dalam perkawinan pun jodoh perempuan ditentukan oleh laki-laki.

Melihat nasip kaumnya yang diperlakukan sewenang-wenang, Kartini bangkit memelopori gerakan emansipasi wanita. Melalui tulisan, Kartini gigih memperjuangkan keseteraan gender. Berkat jasanya memperjuangkan emansipasi wanita, kaum perempuan Indonesia mendapat hak dan kedudukan yang setara dengan kaum pria.

Buah perjuangan Kartini akan keadilan dan keseteraan gender dirasakan dan dinikmati perempuan Indonesia sekarang. Ada kemajuan yang dicapai; Setidaknya dapat dilihat dalam tiga hal ini. Pertama, pendidikan. Perempuan Indonesia telah mendapat kesempatan yang luas untuk mengenyam pendidikan. Akses pendidikan formal sampai jenjang tertinggi terbuka bagi perempuan. Tercatat banyak perempuan yang menuntut ilmu hingga jenjang doctoral.

Dalam upaya memperluas pengetahuan, perempuan zaman now memiliki kesempatan yang setara dengan laki-laki. Kebebasaan perempuan mewujudkan impiannya mengasah ketajaman intelektualnya dijamin. Untuk memperkaya ilmu, perempuan bebas memilih dimana ia ingin menempuh pendidikan. Tidak hanya di dalam negeri, kesempatan menempuh pendidikan ke luar negeri juga terbuka bagi perempuan. Berkat kebebasan mengenyam pendidikan, perempuan tidak mengalami ketertinggalan dalam hal pemikiran dan pengetahuan.

Kedua, karir. Terbukanya akses terhadap pendidikan memberi kesempatan bagi perempuan untuk mengembangkan karir. Perempuan zaman now telah berkiprah di berbagai bidang pekerjaan. Dalam pentas ini, perempuan tidak hanya sekedar tampil di "panggung" karir tetapi mampu merebut "panggung" tersebut dari tangan laki-laki. Dalam karir, peran wanita saat ini semakin luas dan mengukir prestasi di berbagai bidang pekerjaan.

Perempuan memiliki kesempatan untuk berkarir dimanasa saja dan dalam bidang apa saja. Banyak kisa sukses ditorehkan perempuan Indonesia hebat dan luar biasa di berbagai bidang pekerjaan. Banyak perempuan hebat dan luar biasa negeri ini yang sukses dalam berkarir entah di bidang endidikan, politik, militer, kesehatan, dll.

Kesuksesan karir tersebut tidak hanya di pentas local dan nasional tetapi juga international. Tercatat sederet srikandi yang menjadi prototype kesusksesan perempuan dalam berkarir. Ijinkan saya menyebut beberapa nama dari sekian juta perempuan Indonesia sebagai inspirasi dalam berkarir: Megawati Soekarno Putri, Susi Pudji Astuti, Puan Maharani, Sri Mulyani, Retno Marsudi, dll.

Ketiga, perkawinan. Dibandingkan dengan zaman Kartini, perempuan saat ini jauh lebih bebas dalam membuat keputusan membangun rumah tangga. Dalam memilih pasangan hidup, perempuan tidak tunduk patuh pada jodoh pilihan orangtua. Perempuan bebas menentukan pasangan dalam hidup berkeluarga. Mereka berhak untuk memilih dengan siapa dan kapan akan menikah. Bahkan ketika perempuan memilih untuk tidak memilih siapa pun untuk menikah dengannya, ia tetap dihormati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun