Mohon tunggu...
Kultsum AzZahra
Kultsum AzZahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hobi saya menonton dan memasak.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perjalanan Sang Perubah

25 September 2022   10:24 Diperbarui: 13 Oktober 2022   14:58 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kuputuskan naik bus paling murah, tidak ber AC dan terlihat tua. Ini hari pertamaku di Jogja, jangan sampai uang habis sebelum pulang. Jadi aku harus berhemat.

“Desa Manggilang! Sudah sampai!silakan turun!” suara teriakan sopir bus membangunkanku yang tertidur pulas. Segera ku bayar lalu turun dari bus dengan perasaan campur aduk. Aku berdiri tepat di depan gapura yang bertuliskan “SUGENG RAWUH WONTEN ING DESA MANGGILANG”. Aku tak tau artinya. 

Mungkin seperti kalimat sapaan. Ku langkahkan kakiku agar semakin masuk ke desa. Luarrr biasaa! Hawanya sejuk, lingkungannya bersih, rumah-rumah bersih dan rapih,bentuknya pun indah. Berkeliling desa kurang lebih 10 menit,langsung aku tersadar “untuk apa aku kesini?” “siapa yang akan kutemui?” “aku akan tinggal dimana?” “makan?buang air besar?”. 

Kembali ku ingat pesan dari grup. Segera kucari warga desa, dengan harapan dapat membantuku selama disini. Ku hampiri segerombol ibu-ibu sedang makan bersama. Seorang ibu menyambutku, terlihat seperti memang sedang menungguku. “Ratih kan?” melihatku yang bingung, ibu itu melanjutkan “kami diberi tahu Norma, bahwa cepat atau lambat akan datang seorang perempuan bernama Ratih,dari jakarta”. 

Ya Norma adalah nama anggota grup yang mengirimkan pesan tentang desa ini. Para ibu segera mengajakku makan bersama dan bertanya-tanya sedikit tentang masalahku dirumah. “tinggalah disini selama yang kamu mau, pilih lah rumah yang kamu suka untuk ditinggali, jangan khawatirkan makan. Kami akan menyediakan gratis untukmu. 

Sebentar lagi malam tiba, istirahatlah. Kamu terlihat sangat lelah” ucap seorang ibu. Aku bingung! Ya! Sangat bingung! Banyak pertanyaan yang muncul dari pikiranku. Apa gunanya aku disini jika hanya untuk tinggal dan makan? Katanya akan merubah hidupku! Mana?bohong!. Rasa jengkel pasti ada. Namun, kuputuskan untuk istirahat, didalam rumah indah berwarna putih.

Bangun tidur masih dengan perasaan jengkel. Tidak di Jakarta ataupun Jogja,sama saja!. Terdengar suara ramai anak-anak kecil memanggil satu sama lain dari rumah ke rumah. Segera aku keluar untuk melihat. Setiap anak menyapaku dengan senyuman indah. “ini yang aku dambakan, sederhana namun menyenangkan. 

Ditambah suasana Jogja yang sejuk dipagi hari” gumamku yang awalnya sedang jengkel. Aku kaget! Sangat kaget!. Setelah diperhatikan, kebanyakan anak itu adalah difabel atau cacat. Seorang ibu menghampiriku untuk memberi sarapan. Melihat muka ku yang kaget, ibu itu peka, dan langsung menjelaskan panjang lebar.

“mungkin kemarin kamu bingung untuk apa kesini. Biar saya jelaskan. Desa ini sudah ada sejak tahun 1980. Awalnya seorang warga desa melahirkan anak cacat fisik bernama Riza ditahun 2000. Anak itu merasa hancur. Karena dengan fisik yang dia punya, dia tidak akan bisa apa-apa. 

Orang tuanya pun sangat kekurangan dalam segala hal. Namun Riza anak yang sangat cerdas. Baginya pendidikan sangat penting apapun keadaannya. Saat ini anak itu di undang ke berbagai acara untuk membagikan kisah hidupnya. 

Dia juga bercita-cita ingin menjadi arsitek. Rumah-rumah didesa inipun adalah ide dia. Orang tua Riza meninggal karena kecelakaan bus lima tahun lalu. Dia merasa semakin hancur. Warga desa berusaha membantu kehidupan dia. Kita semua kaget saat mendengar apa permintaan Riza. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun