Mohon tunggu...
Kukuh C Adi Putra
Kukuh C Adi Putra Mohon Tunggu... Praktisi Pendidikan | @kukuhcadiputra

GTK Inovatif Kategori Guru SMK Tahun 2023 dan 2024 - BBGP Jawa Tengah | Pengisi Selepas Subuh dan Bukan Sekadar Absen | Certified Trainer and Asessor BNSP RI

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Bukan Sekadar Absen: Terlalu Jujur Justru Tersingkir, Mengapa?

1 Mei 2025   23:19 Diperbarui: 2 Mei 2025   17:03 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ilusi Meritokrasi (Sumber : Gemini Generated AI)

Pengantar: Paradoks Kejujuran Di Dunia Kerja

Kejujuran itu kekuatan, tetapi tanpa strategi, itu bisa jadi kelemahan. Di dunia ideal pekerja jujur seharusnya dihargai. Tapi di realitas dunia kerja :

  • Yang diplomatis lebih aman.
  • Yang pandai bermain kata lebih disukai.
  • Yang jujur mentah-mentah? Sering kali dianggap "tidak fleksibel."

Kejujuran seringkali didengungkan sebagai fondasi integritas dan nilai luhur yang dijunjung tinggi, tak terkecuali dalam dunia profesional.

Namun, sebuah ironi kerap menghantui: Individu yang dikenal paling jujur dan berpegang teguh pada prinsip justru tak jarang mendapati diri mereka terpinggirkan dalam dinamika kantor.

Fenomena ini bukan sekadar anekdot, melainkan isu kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari budaya organisasi hingga tekanan persaingan yang ketat.

Lantas, mengapa kejujuran yang seharusnya menjadi aset berharga justru dapat menjadi batu sandungan bagi kemajuan karier seseorang?

Salah satu alasan utama mengapa pekerja jujur bisa tersisih adalah ketidakselarasan dengan budaya organisasi yang kurang transparan atau bahkan permisif terhadap praktik-praktik kurang etis.

Dalam lingkungan di mana "lobi-melobi," "politik kantor," atau bahkan tindakan manipulatif dianggap sebagai bagian dari permainan, individu yang menolak berkompromi dengan nilai-nilai kejujuran dapat dianggap kaku, tidak adaptif, atau bahkan menjadi ancaman bagi status quo.

Riset terbaru dari Journal of Business Ethics (2023) menyoroti bahwa dalam organisasi dengan tingkat transparansi rendah, karyawan yang melaporkan perilaku tidak etis justru lebih berisiko mengalami ostracism atau pengucilan sosial dari rekan kerja dan atasan.

Dunia kerja tidak didesain untuk adil. Ia tidak memberi hadiah pada yang tulus, ia memberi ruang pada yang mengerti cara kerja kekuasaan. Anda boleh jujur, rajin, tetapi jika terlalu naif anda akan cepat tersingkir oleh yang lebih strategis.

Kita dibesarkan untuk percaya : Selama kita bekerja keras, tulus dan jujur, maka hasil akan datang. Sayangnya dunia kerja tidak bergerak berdasarkan harapan. Ia bergerak berdasarkan strategi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun