Mohon tunggu...
Kukuh C Adi Putra
Kukuh C Adi Putra Mohon Tunggu... Lainnya - Praktisi Pendidikan

Alumni TK Budi Lestari Semarang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bersikap Iri Secara Benar, Seperti Apa?

2 Maret 2019   13:12 Diperbarui: 6 Maret 2019   09:37 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.holyspirithouse.org

Saya mencoba membayangkan zaman dahulu belum ada televisi, bahkan sosial media. Betapa susahnya sekedar membandingkan kepemilikan kita dengan orang lain. Betapa tersiksanya kehidupan berumah tangga yang kebetulan memiliki tetangga yang keponya kelewat batas. Mungkin bisa saja tanpa pikir panjang langsung sidak ke rumah kita sekedar lirik kanan kiri apakah ada piranti yang baru dibeli. Repot juga ya.

Sekarang, semua serba modern. Tak perlu kemana - mana lewat tayangan televisi kita bisa membandingkan diri dengan siapa saja, bahkan artis sampai tokoh nasional sekalipun. 

Dengan sosial media, jangankan tetangga sebelah, teman sejahwat yang lama tak bersua bisa kita monitor secara periodik. Gairah memamerkan apa yang kita miliki sangat tinggi belakangan ini, sehingga dampak daripadanya adalah sifat iri hati dan suka membanding-bandingkan. Lebih jauh lagi, bahkan sampai rela memalsukan gaya hidup demi terlihat ''wah''.

Sikap iri susah dibasmi, setidaknya kita punya panduan agar tidak kelewat batas.  Jika iri yang dimaksud adalah kepada ketenaran, status sosial, sampai kekayaan orang lain, tentunya perlu adanya pedoman khusus cara bersikap iri secara benar. Penting sekali, agar kita tetap sehat dan mawas diri menghadapi tekanan sosial dunia nyata maupun maya.  Di antaranya:

Tempatkan Sesuai Tempatnya

Terdapat nalar yang keliru, "Saya lebih kaya, artinya saya lebih baik dari kamu" atau "Saya lebih berpendidikan, artinya saya lebih tahu daripada kamu". Ekstremnya begitu. Tentunya tidak benar, alangkah lebih baik nalar tersebut dirubah menjadi. "Saya lebih kaya karena saya memiliki lebih banyak aset daripada kamu" atau "Saya lebih berpendidikan karena kebetulan saya memiliki kemampuan untuk melanjutkan studi lagi".

Perbedaannya apa ? Kekayaan hanyalah tolok ukur kuantitas aset, harta benda. Tidak lebih. Masalahnya adalah sebagian orang masih tidak bisa memisahkan kekayaan dari kualitas pribadinya. Seolah-olah, mereka yang lebih kaya otomatis kualitasnya sebagai manusia juga lebih baik.

jika sikap iri hati muncul, hal di atas sangat membantu. Bahwa kekayaan, kecantikan, dan ketenaran, bukan lantas membuat mereka jauh lebih baik dari kita. Jadi tempatkan rasa iri sesuai tempatnya. Sudahkah kita tepat menempatkan rasa iri itu ?

Dikotomi Kendali

Dalam Enchiridion, Epictus menjelaskan terdapat dua hal yang harus kita sadari yaitu hal - hal yang berada di bawah kendali dan hal - hal yang tidak berada dalam kendali kita.

Praktisnya, kekayaan, kecantikan, ketenaran, bisa diusahakan, tetapi tidak ada yang bisa menjamin tidak bisa diambil dari hidup kita, maka dari itu termasuk dalam hal - hal yang di luar kendali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun