Mohon tunggu...
Kukuh Bintoro
Kukuh Bintoro Mohon Tunggu... Dosen - Blog Pribadi

Haaii gaesss, perkenalkan saya kukuh bintoro. saat ini saya masih menjadi mahasiswa di salah satu perguruan tinggi negeri di yogyakarta. saya masih belajar di dunia blog, jadi misalkan masih banyak kesalahan mohon di maklumi ya gaeess.. wkwk

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Kewarganegaraan Tidak Cukup Hanya Teori Saja

16 Desember 2019   00:40 Diperbarui: 16 Desember 2019   00:50 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pernahkah anda mengikuti pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan atau Pancasila saat sekolah? Bila belum, maka perlu dipertanyakan kualitas sekolah anda terdahulu. Karena, setiap sekolah baik negeri maupun swasta di Indonesia diharuskan menerapkan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di lingkungan institusinya.

Saat ini, negara sedang berkoar-koar tentang pembentukan karakter dan penerapan rasa nasionalisme yang lebih nyata di setiap lini kehidupan masyarakat, khususnya di bidang pendidikan. Lebih utama lagi dalam bidang Pendidikan Kewarganegaraan.

Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.

 Dengan demikian setiap sekolah wajib menanamkan sikap kebangsaan kepada siswa-siswanya. Hal tersebut tidak akan tercapai cika hanya dilakukan dengan metode pembelajaran teori saja, sekolah perlu memberikan pendidika dan pelatihan supaya tujuan dari PKN dapat tercapai. Selain itu dengan adanya pelatihan juga berimbas pada pembentukan mental para peserta didik dan menambah pemahaman yang lebih jelas tentang bagaimana cara bersikap sebagai warga negara yang baik.

Definisi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air memiliki arti yang sangat luas, tetapi pada dasarnya Pendidikan Kewarganegaraan memiliki 3 komponen utama, yaitu pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic skills), dan sikap kewarganegaraan (civic disposition).

Dibawah ini merupakan salah satu contoh sikap yang ditunjukan kurangnya pengetahuan tentang bagaimana cara untuk melakukan demonstrasi yang bisa jadi disebabkan karena cacatnya Pendidikan Kewarganegaraan di negara kita.

Aksi demo yang dilakukan ribuan pelajar sekolah teknik menengah (STM) di sekitar Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (25/9/2019) berujung ricuh. Sepeda motor salah seorang wartawan online atau dalam jaringan (daring), Puteranegara Batubara dibakar massa.

Motor Supra X-125 itu awalnya diparkir di dekat Pos Polisi Palmerah yang berada di Jalan Tentara Pelajar, Jakarta Pusat saat ditinggal meliput aksi demo pelajar STM. Dia terpaksa memarkirkan motornya di tepi jalan lantaran gerbang masuk ke kompleks Gedung DPR ditutup.

Motor tersebut terbakar setelah massa mencoba merangsek ke pintu belakang Gedung DPR sekitar pukul 14.25 WIB. Bentrokan antara polisi dan massa tak terhindarkan. Putera bersama jurnalis lainnya mencari perlindungan. 

Sementara massa semakin beringas dan melempari polisi dengan batu. Massa juga merusak barang-barang yang ada di depan mereka, termasuk motor Putera. (dikutip dari Liputan6.com, Jakarta -)

 

Dengan sikap arogan yang ditunjukan pada kasus diatas sangat terlihat jelas jika pelajaran pkn yang membahas tentang demokrasi tidak benar-benar ditanamkan di dalam masing-masing siswa, seakan teori yang diajarkan para guru hanya seklibat angin segar dan cerita fiktif di pagi hari.

Oleh kaerna itu dalam Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan perlu ditambahkan jam praktik yang berupa kegiatan semacam pelatihan atau bimbingan supaya para siswa mendapat didikan mental dan pemahaman yang melekat tentang bagaimana menjadi warga negara yang baik. Mereka harus dilatih bagaimana cara berfikir kritis, mengambil sikap yang tepat dan turut andil dalam mengawasi kebijakan pemerintah.

Sekolah juga perlu mendatangkan mentor dari luar sekolah supaya bimbingan yang diberikan lebih maksimal, misalkan menunjuk TNI, Jurnalis, Aktivis untuk dijadikan mentor. Sehingga dimata siswa pendidikan kewarga negaraan bukan hanya sebatas teori belaka melainkan ada aksi nyata.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun