Kabar itu disuarkan ke antero negeri lewat televisi, radio, dan surat kabar. Lalu mencapai kuping Darmo dalam wujud kengerian.
"Kegilaan harus diberantas..."
***
Sudah sebulan Darmo mengulang kebohongan yang sama. Dituturkan kepada siapa pun yang menanyakan keberadaan istrinya.
"Ia kabur," demikian Darmo selalu membalas.
Semua bermula dari pemukulan seorang pemuka adat oleh lelaki tak dikenal pada satu sore yang lengas di penghujung Desember.
Sebab dari segala sebabnya tak pernah diketahui pasti. Hanya yang selalu dikatakan sang tokoh dan menjadi keyakinan masyarakat di seluruh negeri: "Pria itu gila."
"Ia menyerangku membabi-buta."
Dari mulut sang pemuka adat juga kemudian mengalir kabar lain, sepekan setelahnya. Tak jauh memilukan, katanya.
Bahwa tokoh adat di desa yang terletak di ujung negeri telah dianiaya pria tak dikenal, yang belakangan disebutnya mengalami gangguan jiwa.
Lalu dua hari setelahnya...