Mohon tunggu...
Kubus Ide
Kubus Ide Mohon Tunggu... lainnya -

desain grafis, kartun, ilustrasi, dongeng, cernak ::: twitter @kubusIDE ::: Novel Anak #LupiMissPalopa

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

7 Alasan Mengapa Kita Harus "Perang" Lawan Singapura

15 Februari 2014   21:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:47 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13924479921595940190

Membaca artikel Pak Gunawan yang berjudul "Mengajak Perang Singapura, Rakyat Juga yang Susah" sukses menghangatkan darah 'nasionalisme' yang membacanya.

Seingat saya pada pelajaran sejarah, gak ada perang antar negara gara-gara alasan kecil seperti pemberian nama. Ada perang gara-gara wanita (Troy), ada perang karena beda paham keyakinan (Iran - Irak), ada perang gara-gara ingin minyak (Amerika nyerbu Irak), tapi gak ada perang gara-gara sebuah nama. Dalam insiden yang melibatkan personel tentara dua negara (misalnya India - Paskitan) itu karena emosi sesaat. Mereka saling senggol di perbatasan lalu karena emosi saling memuntahkan peluru.

Dalam menghadapi masalah sepele seperti nama, itu bukan wilayah perang senjata tapi perang diplomasi. Dari situ kita bisa mengukur bagaimana kinerja kemenlu. Kalau belum apa-apa sudah minta maaf dengan mengganti nama, lalu apa kerja kemenlu?

Pak Gun mengambil contoh hubungan bertetangga, "Misalnya ada tetangga yang menamai anjingnya dengan nama yang mirip dengan nama anak kita. bagaimana perasaan kita?"

Masalahnya ia terlalu menyederhanakan persoalan bertetangga hanya di masalah pemberian nama. Masalah bertetangga Indonesia - Singapura sangat 'rumit' dan bisa diceritakan berikut:

Pak Karto dan Om LeeGoh rumahnya bersebelahan. Tanah Om Leegoh kecil tapi rumahnya mewah dan mentereng, sedangkan tanah Pak Karto luas dengan rumah yang sederhana. Selama ini Pak Karto jengkel pada tetangga sebelah rumah itu karena tikus-tikus yang memakan tanaman di tanah Pak Karto larinya pasti ke rumah Om Leegoh. Pak Karto sering minta Om Leegoh agar menyerahkan tikus-tikus pencuri itu, namun Om Leegoh menolaknya.

Nah baru-baru ini Pak Karto beli kucing dari luar desa dan memberinya nama USHAS. Om Leegoh protes karena menganggap nama itu melukai hatinya. Dulu pernah kejadian kucing Pak Karto yang bernama Ushas merusak kandang burung Om Leegoh. Dia berhasil menangkap kucing itu dan membunuhnya. Pak Karto menganggap nama Ushas sudah bersih, karena dulu utusan Om Leegoh juga pernah tabur bunga di makam kucing itu.

Om Leegoh protes, apa yang dilakukan Pak Karto?

Dari artikelnya, Pak Gun menyarankan ketimbang ribut-ribut, ganti saja namanya. Masalah beres.

Kalau menurut saya sih, sesekali ribut dengan tetangga itu hal biasa asal gak sampai melibatkan fisik. Ribut bisa menghangatkan pertemanan. Kita bisa ambil contoh di kompasiana ini. Sesekali Pakde Kartono ribut dengan Bulik Ira Oemar, bahkan pakde selalu memelihara agar api itu terus menyala kecil, misalnya baru-baru ini menulis tentang badge "Kompasiana of the year2013" yang muncul di profil bulik Ira Oemar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun