" Bukankah Mbak Saras sudah mengikat janji?", kata Sulistianing lirih.
" Itu dulu sulis, saat aku masih muda, memang kuakui sakit hatiku menerima kenyataan waktu itu!", kata Saraswati dengan pelan, terlihat matanya mulai berkaca-kaca. Ia menjelaskan hampir saja kulia kedokterannya gara-gara Asto Prasojo, menikah, tetapi ia harus tegar dan menerimah kenyataan hidup.
" Maaf  Mbak Saras!", kata Sulistianing Warni sambil menghapiri dan mememeluk Saraswati.
" Sudah Lis, aku tidak mau ada yang luka hatinya kembali, cukup aku!", kata Saras, juga memeeluk Sulistianing Warni.
" kalau begitu, aku rela Mbak Saras di madu Mas Asto!",
" Huus kau ngawur Saras!",
" Mbak takut Mas Asto tidak adil?",
" Tidak Sulis, sekarang kita sudah tua, aku tinggal di depok, kalian di Surabaya, kasihan Mas Asto!", kata Saraswati  sambil tersenyum getir.
" Iya tante, betul kata Mama, jadilah tante keluarga kami!", sahut Hesti, sambil berdiri dari tempat duduknya.
" Tidak Hesti, tante sudah punya keluarga di DepoK!", kata Saras menjelaskan.
Saraswati memang mengadopsi dua anak yatim piatu,  sebagai anaknya. Sekarang kedua anaknya tersebut  sudah menjadi dokter. Anak yang pertama perempuan dinas di Depok, dan membantu di klinik Saraswati jika sorehari, sedangkan adiknya dinas di Parung Bogor. Saraswati sudah punya dua cucu dari anak pertama dan satu cucu dari anak keduannya.