Mohon tunggu...
Kromo Aji
Kromo Aji Mohon Tunggu... Guru - Keluargaku sebagian dari surgaku

Menuimbuhkan minat menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Buku Harian Karya Kromo Aji

18 Februari 2020   11:03 Diperbarui: 18 Februari 2020   11:09 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cerita Buku Harian

Karya : Kromo Aji

Kehadiran Hesti Cahyaning Sekar memang agak terlambat, karena suaminya telat pulang dari kantornya. Faktor lain biasa kalau sore jam pulang kantor Surabaya kota terbesar kedua setelah Jakarta jalanan macetnya minta ampun. Hesti anak terakhir dari keluarga  Bapak Asto Prasojo dengan Ibu Sulistianing Warni, yang belum dikaruniai anak karena masih baru sekitar enam bulan menikah. 

Anak pertama Pak Asto Prasojo adalah Dia Candra Pitaloka yang dikaruniai tiga anak laki-laki semua, anak keduanya adalah Endro Pangestu Aji yang dikaruniai dua anak, anak pertama  laki-laki dan adiknya perempuan. 

Malam itu 7 Nopember 1998 adalah hari ulang tahun Pak Asto Prasojo yang ke-60 tahun. Sengaja perayaan yang biasanya dilaksanakan di luar rumah, malam hari ini cukup dirumah besar Pak Asto Prasojo, rumah elit yang berada di kawasan jantung kota Surabaya.

Tepuk tangan dan ucapan selamat ulang tahun dari isteri, anak dan cucunya membuat pipi Pak Asto Prasojo dibasahi air mata bahagia. Hadiahpun diberikan pada Pak Asto Prasojo, bahkan Hesti memberi hadiah istimewa yaitu paket umroh bagi papa dan mamanya.

" Terima kasih semua, isteriku, anak-anakku juga cucu-cucuku!", kata Pak Asto Prasojo, dengan terbata-bata karena haru.

" Kalaian semua sudah dewasa, sudah berkeluarga dan sudah mapan, sengaja papa meryakan ulang tahun ini di rumah!",  lanjut Pak Asto Prasojo mulai lancer ngomongnya. Jelas terlihat kegugupan, ketidaktenagan, bahkan Pak Asto Prasojo beberapa kali menghelah napas dalam.

" Ada apa, sih Pa, kok bikin pesaran!", Kata Hesti

" Iya segera ngomong Pa!", Lanjut Pitaloka

Pak Asto Prasojo, menoleh pada isterinya yang sejak tadi menunduk dan mulai berlinag air mata. Sementara Endro mulai mendekati mamanya, dan member tisu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun