Mohon tunggu...
ACJP Cahayahati
ACJP Cahayahati Mohon Tunggu... Insinyur - Life traveler

tukang nonton film, betah nulis dan baca, suka sejarah, senang jalan-jalan, hobi jepret, cinta lingkungan, pegiat konservasi energi dan sayang keluarga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ada Apa di Balik Harga Minyak Dunia Terus Turun?

1 Januari 2015   12:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:03 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Harga minyak mentah yang menukik jatuh (dok https://www.iea.org/oilmarketreport/omrpublic/)

Tahun baru 2015 di Indonesia diawali dengan harga bensin premium turun, tentulah pembuka tahun yang menggembirakan. Turunnya harga premiun mulai 1 Januari 2015 ini bahkan membuat premium tidak lagi disubsidi, dari Rp 8500 per liter menjadi Rp 7600 per liter, yeaaayyy ..... Di Jerman, kami minggu lalu pun mengisi bensin super E10 dengan harga 1,19 Euro per liter sama dengan harga bensin super tahun 2005 di Jerman padahal biasanya kami mengisi dengan harga di atas 1,40 Euro per liter.

Bagi konsumen bensin dunia, turunnya harga bensin dunia tentu kabar baik yang perlu dirayakan, tapi untuk para produsen minyak mentah turunnya harga minyak sebuah momen mendebarkan. Tapi kenapa harga minyak dunia turun? Akankah harga minyak dunia di tahun 2015 terus turun?

Bulan Juni 2014 harga minyak mentah masih seharga 115 USD per barrel, pertengahan Desember 2014 sudah mencapai 59 USD per barrel. Para anggota OPEC bulan November 2014 berkumpul di Wina untuk membicarakan langkah selanjutnya, memotong produksi minyak untuk menjaga harga tidak turun atau tetap pada produksi minyak mentah sebanyak 30 juta barrel per hari. Ternyata pertemuan para produsen minyak dalam OPEC tidak mencapai mufakat, yang artinya kondisi dibiarkan berlanjut seperti sebelumnya sehingga penawaran minyak mentah melimpah tersedia di pasar.Padahal OPEC menyuplai hampir 40% minyak mentah dunia.

Seperti pada umumnya mekanisme pasar, penawaran melimpah, permintaan turun maka harga pun turun. Demikian juga dengan minyak mentah, padahal sejak tahun 2010 harga minyak mentah melambai-lambai di atas 100 USD per barrel, karena sejak tahun 2000 permintaan minyak meningkat sejalan dengan meningkatnya perekonomian di Cina dan terhentinya ekspor minyak dari Libia karena konflik di sana. Sejak itulah kebutuhan minyak mentah menanjak dan harga pun terus naik seperti terlihat dari grafik milik IEA di bawah. Maka mulailah banyak negara mulai mencari sumber minyak mentah lain.

1420051971255630813
1420051971255630813
Penawaran lebih tinggi dari permintaan (dok https://www.iea.org/oilmarketreport/omrpublic/)

Menurut Wirtschaftswoche, antara tahun 2000-2013 industri minyak dunia telah meningkatkan investasi tahunannya untuk eksplorasi dan produksi dari 250 milyar USD menjadi 750 milyar USD. Di USA bahkan 30% dari investasi dilakukan untuk sektor energi, karena itu fracking boom pun sulit dihentikandari modal pinjaman.

Ketika harga minyak mentah tinggi, tentu saja investasi untuk mengeksplorasi minyak dari tempat yang sulit menjadi menjanjikan. Hal ini pun memberikan hasil, karena sejak tahun 2008 USA telah menambah produksi minyak mentahnya sebanyak 4 juta barrel per hari ke pasar global, sementara total dunia sebesar 75 juta barrel per hari.

Namun sejak bulan Juli 2014, pemberontak Libia membuka 2 keran minyak mentahnya dan mulai berproduksi dan mengekspor kembali, ditambah dengan menurunnya permintaan minyak mentah dari Cina dan Jerman karena krisis ekonomi, maka penawaran minyak dunia pun menjadi berlebih di pasar global menyebabkan turunnya harga minyak mentah. Sampai kapan minyak mentah akan terus turun ?? Mengapa Saudi Arabia menolak menyetop produksi walaupun harga turun dan sampai harga minyak mentah berapa ?? Pertanyaan demi pertanyaan yang sulit dijawab.

Harga minyak mentah turun ini telah membuat Iran, Venezuela dan Rusia yang tidak masuk dalam OPEC pusing tujuh keliling. Rusia yang masukan negaranya sangat tergantung dari produksi minyak dan gas tentu saja menjadi kelimpungan dan mulai mengalami resesi. Iran dan Venezuela pun tidak jauh berbeda dari Rusia, sedang memikirkan jalan keluar untuk menghindari resesi di dalam negerinya.

Ada beberapa teori konspirasi muncul dengan kondisi minyak mentah dunia ini. Ada yang menyebut untuk menyentil Rusia yang telah menduduki Ukraina, ada yang menyebut untuk menahan produksi minyak mentah USA lewat fracking, ada yang menyebut untuk menjatuhkan negara-negara tertentu. Ah .... pusing juga ya, apa pun yang terjadi dengan harga minyak mentah dunia ke depan, sulit diprediksi dan tampaknya kita tunggu saja ke depan. Untuk saya dan kita, para konsumen, cukuplah sekarang ini bersenang ria saja dulu untuk merayakan turunnya harga bensin, ya kan. Yipiiii ... (ACJP)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun