Mohon tunggu...
Kristorius Bernaris Mali
Kristorius Bernaris Mali Mohon Tunggu... Lainnya - untuk public

laki-laki

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Padang Rumput Fulan Fehan Penyejuk Hati

6 April 2021   10:30 Diperbarui: 6 April 2021   10:34 846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kusambut pagi yang indah bersama sang fajar dengan hati yang riang dan penuh semangat, karena hari itu adalah hari dimana saya bersama kakak dan teman saya akan pergi ke salah satu tempat wisata yang hampir terlupakan yaitu Padang Rumput Fulan Fehan. Fulan Fehan atau yang biasa disebut dengan panggilan manja FF ini, membentangkan padang rumput hijau yang sangat luas dan sangat indah. Udara alami yang segar menyapa dan menyejukan hati setiap orang yang datang mengunjunginya. Padang rumput Fulan Fehan (FF) ini berada di suatu desa yang kurang lebih berbatasan dengan negara Timor Leste yakni desa Dirun, kecamatan Lamaknen, kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur.

Keberadaan padang hijau ini tidak semata terletak di dataran yang rendah, namun sebaliknya, padang ini berada di atas bukit yang berlatar belakang gunung Lakaan dan bukit-bukit yang lain. Matahari menyembunyikan diri dan Langit pun mulai menyapa kita di atas kepala, dengan menebarkan keindahan warna biruhnya yang membuat hati terasa nyaman. Pagi itu mengantar kami pada suatu keindahan yang mungkin tidak pernah terlupakan oleh kami. Jaraknya yang lumayan jauh tidaklah menjadi suatu kendala bagi saya dan dua orang teman saya. Disetiap perjalanannya pun dihiasi dengan keindahan hutan, berbagai pepohonan yang unik dan menarik, serta jalannya yang mendaki menandakan bahwa padang rumput Fulan Fehan ini sudah semakin mendekat. Ketika di Fulan Fehan (FF), langsung kami memarkir motor kami dan mengambil karcis yang disediakan dengan harga Rp. 5.000,00 per kendaraan. Kami pun langsung masuk ke area padang rumput yang indah itu melalui gerbang kecil sederhana dan mungil yang telah disediakan.

Kuda dan sapi di FF-dokpri
Kuda dan sapi di FF-dokpri
Hal yang paling mengangumkan juga adalah di padang rumput Fulan Fehan ini dilepaskan banyak kuda dan sapi yang berkeliaran secara bebas di padang rumput ini. Berbagai jenis kuda dan sapi hampir dapat kita jumpai di padang ini. Karena letaknya yang di atas bukit, maka padang rumput yang hijau permai ini pun tiada henti memberikan kesejukan yang dihembuskan melalui udara segar.

Bagian bawah bukit-dokpri
Bagian bawah bukit-dokpri
Ketika melihat ke kaki bukit yang di atasnya terletak padang Fulan-Fehan ini, berbagai pemandangan yang indah pun mulai merajuk hati. Saya pun merasa seperti di atas separuh dari langit yang dapat melihat keseluruhan dari kota Atambua dan berbagai perkambungan yang ada di bawah kaki bukit yang di atasnya terbentangkan padang hijau ini. Kali Panjang yang melilit kaki bukit ini memberikan sebuah keindahan tersendiri. 

Belum lagi berdiri sebuah gunung yang melatarbelakangi padang rumput Fulan Fehan (FF), yang akhirnya menghiaskan kesan tersendiri bagi padang rumput Fulan Fehan. Biasanya setahun sekali terdengar bunyi festival yang indah, dimana hampir seluruh masyarakat kabupaten Belu menggelarkan festival di Fulan Fehan (FF) tersebut.

Sebagian kecil dari padang hijau dengan bentuk seperti wajan adalah tempat yang digunakan untuk menggelarkan festival tersebut. Hal inilah yang sering menambah keramaian di Fulan Fehan setiap tahunnya. Selain keramaian yang bisa dilihat pada saat festival, di hari-hari biasa pun banyak orang yang berdatangan untuk mengunjungi dan menikmati keindahan padang rumput Fulan Fehan khususnya di hari Minggu. Tidaklah heran jika padang rumput Fulan Fehan ini dikenal sebagai salah satu tempat yang paling indah dan menyejukan di kabupaten Belu.

Pulau kecil di tengah Padang Rumput FF-dokpri
Pulau kecil di tengah Padang Rumput FF-dokpri
Selain dari semua itu, adapun beberapa pulau kecil di tengah-tengah padang sabana yang luas, yang juga tidak hentinya memikat hati kami yang mengunjunginya. Dua di antara pulau-pulau kecil yang saya kunjungi adalah Kikit Gewen yang sering dijadikan oleh para ketua adat untuk melaksanakan ritual adatnya sebelum pergi berperang. Yang berikut adalah Benteng Tujuh Lapis atau Holhara Ranu Hitu dalam bahasa Marae, Bahasa yang digunakan masyarakat setempat. 

Benteng ini sering disebut dengan nama Benteng Makes. Benteng ini  memiliki banyak cerita sejarah yang biasanya diceritakan turun temurun. “Benteng ini sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Dulu benteng ini digunakan sebagai tempat untuk merencanakan penyerangan, musyawarah, dan juga bertahan dari serangan musuh waktu perang antar suku masih sering terjadi.” Kata Robert, salah seorang yang tinggal dekat Fulan Fehan. “Sekarang benteng ini dibiarkan begini saja dan sesekali digunakan untuk upacara adat seperti ritual adat pasca panen atau adanya rumah adat yang ingin dibangun di Dirun.” Lanjut Robert. Benteng Tujuh Lapis ini terus dilestarikan keberadaannya sehingga masih menjadi salah satu tempat yang digemar oleh kami para pengunjung.

Benteng Tujuh Lapis/Holhara Ranu Hitu-dokpri
Benteng Tujuh Lapis/Holhara Ranu Hitu-dokpri
Sebenarnya masih ada banyak bagian dari padang rumput Fulan Fehan yang belum saya telusuri secara jauh hingga saat ini. Salah satunya gunung Lakaan yang menjadi background bagi padang rumput ini. Gunung ini dihiasi dengan awan yang memberikan pancaran warnah putih kemilau nan indah. Itulah gunung yang berdiri melatarbelakangi padang rumput Fulan Felan yang saya ceritakan sebelumnya.

Gunung Lakaan yang melatarbelakangi Padang Rumput FF sedang tertutup oleh awan-dokpri
Gunung Lakaan yang melatarbelakangi Padang Rumput FF sedang tertutup oleh awan-dokpri
 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun