Mohon tunggu...
Kristorius Bernaris Mali
Kristorius Bernaris Mali Mohon Tunggu... Lainnya - untuk public

laki-laki

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Seluk-beluk Kehidupan dari Seorang Seminaris dalam Menjalani Proses Perkuliahan

11 November 2020   15:25 Diperbarui: 11 November 2020   16:23 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menentukan suatu kehidupan bagi masa depan adalah sebuah pilihan. Setiap orang memiliki keinginan dan pilihan hidup yang berbeda-beda. Begitupun dengan kami yang memilih untuk hidup membiara yang bercita-cita untuk menjadi seorang Imam Biarawan atau Religius. Biara merupakan suatu tempat terbuka bagi orang-orang yang merasa ada panggilan untuk hidup secara khusus dengan mendedikasikan diri kepada Gereja dan melayani sesama untuk kemuliaan Tuhan. Namun demikian semua harus melalui proses, dan hasil akan selalu terlihat pada sebuah proses yang kita lalui. Di dalam hidup sebagai seorang seminaris, ada berbagai proses yang harus dilalui. Salah satu proses tersebut adalah proses dalam menapaki dunia perkuliahan.

Antara Kampus dan Biara.

Dalam menempuh setiap proses dalam kehidupan membiara, adapun sebuah proses yang harus dijalani oleh seorang seminaris di dunia Kampus dan Biara, dimana kampus sebagai tempat untuk menempuh pendidikan perkuliahan dan Biara sebagai tempat untuk menjalankan formasi. Hal ini sangat menuntut seorang seminaris untuk selalu bijak dalam mengatur diri, mengatur waktu yang ada, membuat agenda terhadap setiap aktifitas, baik itu dari kampus mulai dari berangkat ke kampus menggunakan sepeda sampai kembali dari kampus setelah perkuliahan. Demikian juga dengan kebijakan mengatur diri dan mengatur waktu di biara.

Romo Victor Gill Grande Sch.p. dalam wawancaranya mengatakan bahwa, "hidup di antara dunia kampus dan biara bukanlah hal yang mudah. Terkadang kita dilema berada di antara ke-dua ruang tersebut untuk memilih mana yang harus di prioritaskan terlebih dahulu." Ini adalah salah satu hal yang dialami oleh seorang seminaris dalam menjalani kehidupan di dunia kampus dan di biara.

Proses ini sebenarnya membutuhkan passion dari seorang seminaris dalam menghadapi situasi tersebut. Ada begitu banyak teman seminaris saya yang mengalami kesulitan dalam menjalani proses ini karena belum mampu menyeimbangkan jadwal aktifitas dari kampus dan jadwal kerja dari biara. Termasuk saya sendiri terkang masih kewalahan dalam mengatur aktifitas harian saya mengenai jadwal di kampus dan jadwal di biara. Namun dalam wawancara itu juga, Romo Victor mengatakan "sesungguhnya yang harus kita lakukan adalah menyeimbangkan ke-dua sisi kehidupan tersebut.

Semua itu akan berjalan dengan baik ketika kita betul-betul menjadi seorang seminaris dan betul-betul menjadi seorang mahasiswa."  Tentunya semua ini membutuhkan sebuah keseriusan dalam menghadapi proses menjadi seorang seminaris dan sekaligus menjadi seorang mahasiswa.

Penyebab seorang seminaris meninggalkan biara atau seminari selama berproses di kampus dan di biara.

Sebenarnya ada begitu banyak faktor yang menyebabkan seorang seminaris keluar atau tidak mampu melanjutkan panggilan untuk hidup membiara. Faktor-faktor antara lain: yang pertama, belum mampu untuk menyeimbangkan jadwal aktifitas di kampus dengan jadwal aktifitas di biara. Kewalahan dalam mengatur diri dan membagi waktu akhirnya membuat seorang seminaris merasa bosan, tidak mengetahui arah jalan kegiatannya, membuatnya menjadi malas, lalu akan berkibat buruk terhadap hasil yang diperolehnya.

Adapun seminaris yang karena belum mampu atau kesulitan dalam mengatur diri dan membagi waktu, hidup rohaninya menjadi krisis, dan merasakan kekosongan akan iman. Hal-hal inilah yang kemudian membuat seorang seminaris mengambil jalan keluar atau membuat keputusan keluar dari biara atau meninggalkan seminari.

Factor yang ke-dua adalah adanya keterpikatan dengan keistimehan duniawi. Menjalani proses perkuliahan di kampus tentunya tidak akan terlepas dari berbagai tantangan duniawi yang ada di sekitar. Ada banyak hal dari tantangan duniawi ini yang menyebabkan seorang seminaris keluar dari biara. Seorang frater keluar dari biara karena jatuh cinta dengan seorang gadis selama menjalani proses perkulihannya. Seorang lagi keluar karena ibunya meniggal dunia. Sebab alasan ia masuk biara hanya ingin memenuhi keinginan ibunya. Sehingga pada saat ibunya meninggal dunia, ia pun mengambil keputusan untuk keluar dari biara.

Seorang teman saya juga memilih untuk keluar karena ia merasa tertarik dengan gaya hidup yang dialami oleh teman-teman di kampus yakni memilih untuk bersenang-senang di luar, bebas untuk pergi kemana-kemana dengan sesuka hati, dll. Adapun para seminaris yang harus terpaksa dikeluarkan dari biara karena tidak memenuhi persyaratan-persyaratan yang ada di biara atau di seminari. Hal ini bisa berkaitan dengan pencapaian nilai-nilai dari kampus yang tidak sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh pihak dari biara atau seminari, dan juga berkaitan dengan perbuatan-perbuatan dari seminaris yang tidak sesuai dengan norma atau peraturan yang berlaku di biara atau di seminari. Semua ini kurang lebih adalah faktor-faktor yang menyebabkan seorang seminaris keluar dari biara atau dari seminari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun