Mohon tunggu...
Kristopel yanto bora
Kristopel yanto bora Mohon Tunggu... Petani - Kata pikiranku adalah Tulisanku

Aku suka cara kopi yang menjadikan pahit sebagai kebahagiaan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Anak Jalanan dan Penguasa

14 Maret 2020   19:21 Diperbarui: 14 Maret 2020   19:41 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berdiri memaki terik melawan ego

Memaksa mentari sebagai payung

Menunggu sejuk membunuh pagi
Aku terlena dalam suara manismu
Merasukku dengan kata indahmu
Sampai aku lupa akan siapa aku bagimu dan kamu bagiku
Rumahmu begitu indah memaparkan kejayaan kaum tertindas
Mereka tertatih tatih memikul beban dan kau malah asik menikmati sejuknya angin bertabur teknologi
Argghh.......
Susahnya mengajakmu bersapa bertanya jawab sembari menikmati seruputan kopi racikan kaum kaum yang kau sayat karyanya demi utuhnya perut dan isimu
Heiii kau....!!!!
Sadarlah akan mereka yang berjuang menanti harap atas janji yang bukan hanya sekedar angin
Datang dan berlalu pergi

Mereka yang dengan sigapnya menutup diri demi harap banyak jiwa yang merana semgsara
Kau mungkin tertawa dirumahmu yang elit penuh sejuk damaimu sendiri
Tapi kau lupa barisan pejuang menabrak terik menolak lupa demi menolak ego penguasa
Manamai diri mereka anak jalanan lalu berlari menggapai pengeras suara lalu berteriak mencaci kebohongan yang terjadi
Menjadikan mentari sebagai naungan berteriak mengepal tangan kiri mencumbui terik
Panas tak terhiraukan demi suara hati banyak kasih
Keringat menjadi air mandi tak berpoleskan sabun
Lantas dimanakah pekamu wahai penguasa
Kau biarkan mereka diluar sana tanpa rasa iba dinaunganmu yang penuh dengan     hasil dari penolakan mereka
Punyakah dirimu hati nurani
Masihkah ada toleransi dijiwamu
Pernakah kau berpikir mencintai ketulusan perjuangan mereka
Semua itu hanyalah mimpiku yang penuh hayalan tinggi
Arghhhh......
Aku terlalu berharap akan perubahan derajat waktu yang semestinya tak terjadi

Kupang 14 maret 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun