Gendis akan memasak sayur asam manis, namun lupa ada bahan yang kurang. Pertemuannya dengan ibu pedagang sayur dan Amir, menyadarkannya pada asam manis kehidupan.
Langit gelap ditemani bintang kelap-kelip. Sinar lampu menyuar di tengah gelap memberikan secercah cahaya.
Malam itu, Gendis membawa motor menuju perempatan jalan di daerah kost. Dia mau belanja asam dan kacang panjang, akan masak sayur asam, ehh lupa bahan-bahan belum disiapkan. Gendis anak kost, yang dekat dengan kampusnya. Beruntung di tempat kost ada dapur, sehingga bisa makan sehat dan agak irit.
Untunglah, mlijo di perempatan masih ada. Kalau begitu, tak perlu putar balik, keluar jalan raya untuk mendapatkan bumbu dan bahan masakan.
Diparkir motor di samping toko yang tutup. Terlihat beberapa orang, ada yang memilih sayur, buah, kemudian ada yang antri membayar.
Gendis tak membuang waktu, dia ikut memilih-milih kacang. Kemudian, dilihat sayur selada air yang segar, diambilnya seikat.
"Lumayan buat besok sarapan dengan sambel," katanya dalam pikiran. Lalu Gendis mengantri untuk membayar.
Tiba-tiba pandangannya melayang pada anak bayi berselimutkan woll tebal. Terlihat begitu pulas tertidur, di atas gelaran tikar plastik di depan ruko yang tutup.
Dingin malam, tak menghalangi untuk memejamkan mata.
"Kasian adiknya," pikir Gendis, sambil terus menatap pipi tembem itu.