Mohon tunggu...
Kristin Siahaan
Kristin Siahaan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Observer, Theological Student'15

Mulai dan nikmati prosesNya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lupa Nama, Ingat Rasa

27 Februari 2021   00:33 Diperbarui: 27 Februari 2021   07:16 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ya, aku serius. Kalau gak salah pemuda itu tinggal di komplek "Disini senang, di sana senang" deh..

"Eits...kamu stalker-in dia ya?" tanya Kanya

"Hi hi...enggak kok, cuma pernah melihat dia di toko buku aja dan sewaktu aku pulang dan sampai di toko bunga, aku melihat pemuda itu naik sepeda motor menuju kompleks perumahan "disini senang di sana senang" jelas Airin.

"Oh gitu ceritanya toh..." sahut Kanya.

"Nya.. Nya... Aku bisa gak ya punya kekasih hati yang seperti pemuda tadi. Udah tampan, sayang ibu, sama lagi kayak aku yang suka ke toko buku?" lagi dan lagi Airin berangan-angan.

"Ih kamu ini.. doain aja tau. Aku yakin kok, pasangan hidup yang akan mendampingi kita pastinya adalah cerminan diri kita" Ujar Kanya.

"Ok, Fix! Kita satu frekuensi sis." Tegas Airin.

Di akhir tahun 2012, Airin pergi ke toko buku kesayangannya untuk melihat buku baru yang akan menyuntik energi positif untuk menjalani tahun baru 2013. Melangkah dari rak satu ke rak buku lainnya. Di rak bagian novel ia menemukan buku yang berjudul "lupa nama, ingat rasa," ia langsung menghentikan langkah kakinya dan mengambil edisi buku yang bisa dibaca sebelum dibeli.

Sontak, ia mengingat pemuda yang membeli mawar putih kemarin. Ia merasa judul buku itu selaras dengan perasaannya pada pemuda itu. Ia mengingat rasa senangnya, tapi namanya belum sempat menanyakan nama pemuda itu. "Kok bisa ya, buku ini ada, aduh aduh...aku harus beli buku ini" serunya.

Karena di akhir tahun ada banyak orang yang akan mencari bunga, ia kembali ke toko bunga sesegera mungkin. Ketika menuruni tangga. Pemuda itu melihat Airin dan menyapanya.

"Hei...Airin. Ini kamu kan?" Panggil pemuda itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun