Mohon tunggu...
Kristianus Indra
Kristianus Indra Mohon Tunggu... Lainnya - Peminat masalah sosial dan budaya

Berbagi melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenangan Masa Kecil, Jebakan

3 Mei 2021   14:13 Diperbarui: 3 Mei 2021   14:22 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Menugal adalah proses menanam padi di ladang, menugal menggunakan tugal. Kalau waktu saya masih kecil, di kampung kami ada tugal yang sudah dibuat dari kayu belian, yang ujung bagian atasnya bisa menghasilkan suara, kalau tugalnya ditancapkan di tanah, memunculkan irama yang enak didengar dan menjadi pertanda bahwa di ladang tersebut ada orang menugal. O ya, menugal dalam bahasa Dayak Tinying disebut "tomurok" dan alat untuk menugal disebut "turok".

Kembali ke jebakan, kami anak-anak yang bersekolah pagi harinya mendapat keistimewaan dari orang tua yang menugal dari pagi. Kami boleh mengikuti orang menugal setelah sekolah selesai. Pulang ke rumah, simpan buku, ganti pakaian dan pergi ke ladang orang yang sedang menugal. Kami pergi tidak sendiri-sendiri, biasanya sudah janjian dengan beberapa teman 2-3 orang. Teman-teman yang lain juga pasti pergi secara berkelompok, bisa duluan atau belakangan.

Biasanya lokasi ladang yang dituju tidak begitu jelas, informasi hanya didapat dari teman-teman atau orang tua pagi harinya, "nanti nugalnya di ladang Kek Koput, di dekat ladang Nek Buntat, di Tinying Soba". Melalui jalan setapak, kami melewati kebun karet dan ladang yang lain, orang tua yang terlebih dahulu menugal biasanya dan kadangkala membuat tanda penunjuk jalan.

Banyak persimpangan jalan setapak, simpang atau jalan yang tidak seharusnya dilalui akan ditutup dengan daun pohon-pohon kecil dengan batang-batangnya. Dibuat seperti penghalang, dan diletakkan di tengah jalan tetapi tetap dapat dilewati, dan memberi kode atau pesan "jangan melewati jalan ini, ikuti jalan yang tidak ditutup" begitu kira-kira pesannya.

Masalahnya, rombongan teman yang terlebih dahulu melewatinya akan memindahkan tanda tersebut ke jalan yang seharusnya dilewati. Begitu sampai di persimpangan, kita akan melewati jalan yang tidak seharusnya, karena tandanya sudah dipindahkan. Kita baru sadar setelah mendengar sura tugal semakin menjauh dan ladang yang dituju tidak sampai-sampai.

Syukurlah, rata-rata kami menguasai medan, dapat mencari jalan pintas, walaupun harus melewati semak belukar untuk sampai ke ladang yang dimaksud. Tentu kami akan mengira-ngira siapa gerangan teman yang sudah memindahkan tanda jalan tersebut.

Begitu sampai di ladang yang ditugal, kami akan melihat mimik muka dan prilakunya teman-teman yang datang terlebih dahulu siapa kira-kira yang memindahkan tanda. Agar nanti pulang bisa membuat jebakan simpul atau ikatan ilalang yang ditujukan kepada yang bersangkutan.

Demikian sebagian pengalaman masa kecil di kampung dalam hal jebak-menjebak. Saat ini, hal tersebut menjadi kenangan yang indah, begitu kreatifnya kami bermain, tanpa HP dan mainan elektronik lainnya. Kenangan yang tidak akan terlupakan sampai saat ini, bagaimana pengalaman masa kecilmu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun