Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Cari Kerja Sesimpel "I am Interested"

24 Maret 2025   16:25 Diperbarui: 25 Maret 2025   13:42 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi media jejaring profesional LinkedIn.(SHUTTERSTOCK/JULIUSKIELAITIS) 

"I am intersted, then I will be arrested!!" Inilah yang terjadi ketika reaksi atas sebuah postingan terkait lowongan kerja di platform penyedia kerja manapun, tidak memiliki kejelasan apa-apa.

Fenomena iklan dan boncoran informasi terkait lowongan pekerjaan, hari-hari ini makin masif membanjiri berbagai platform penyedia layanan kerja. 

Sedangkan di platform LinkedIn dan JobStreet misalkan, ada ribuan lowongan kerja yang di-publish begitu saja setiap hari. Dari ribuan job vacancy yang diobral, kepastian dan keakuratan informasi masih menjadi masalah serius yang harus didalami. 

Kalau JobSteet sebagai contoh, ada lowongan kerja yang jika ditelusuri di situs web (official web) perusahaan peyedia kerja, hampir pasti  tidak ada informasi kerja yang sesuai. 

Sekalipun perusahaan asli membuka lowongan kerja, akan tetapi posisi yang dibutuhkan tidak sama dengan yang di-publish di portal platform penyedia layanan kerja (JobStreet).

Fenomena ini memang aneh, tetapi banyak publik yang kurang detil mendalaminya atau setidaknya melakukan upaya crosscheck. Ketika berhadapan dengan lowongan yang ada, para pencari kerja hanya mengklik dan langsung mengisi kolom-kolom yang wajib diisi sebagi persyaratan perekrutan. 

Upaya untuk mengecek keabsahan informasi (crosscheck) dan kejelasan lowongan kerja di situs resmi perusahaan, mustahil dilakukan. 

Alhasil, dari ribuan lamaran yang dikirim, tak ada satu pun yang berbalas. Selain informasi lowongan yang tidak sesuai dan ketidakjelasan setelahnya, fenomena menarik lainnya justru muncul di platform LinkedIn. 

Jadi di LinkedIn, seorang penyedia lowongan kerja membuka interaksi terkait lowongan kerja dengan mekanisme follow akun, like postingan, komen postingan, dan direct message (DM). Sesimpel itu.

Alhasil, memang, pasca postingan terkait lowongan kerja (loker) yang di-publish si perekrut -- dalam hal ini mereka yang mengaku sebagai tim Human Resources Development (HRD) dan Talent Acquisition -- akun si perekrut pun dibanjiri like, komen, dan DM. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun