Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pesan di Balik Kehadiran Perempuan dalam Tubuh PBNU

14 Januari 2022   09:32 Diperbarui: 14 Januari 2022   09:35 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Khoffifah Indar Parawansa. Sumber: https://www.antaranews.com.

Kehadiran perempuan dalam struktur organisasional sebuah lembaga adalah sebuah bentuk kampanye kesetaraan. Karakter perempuan dalam memerani sub-struktur sebuah lembaga, tak lain merupakan bobot ekstra yang harus yang diapresiasi ke depan.

Pada Rabu (12/1/2022), organisasi kemasyarakatan Islam Nahdlatul Ulama (NU) membuat sebuah gebrakan baru. Delapan perempuan dengan peran ekstra kelembagaan diberi kursi khusus dalam sistem Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2022-2027. Mereka adalah Nyai Hajjah Nafisah Sahal Mahfudz, Nyai Hajjah Sinta Nuriyah, Nyai Hajjah Mafudah Ali Ubeid, Nafisah Ali Maksum, Badiyah Fayumi, Ida Fatimah, Alissa Qotrunnada Wahid, dan Khofifah Indar Parawansa.

Delapan perempuan ini merupakan jebolan kelas pesantren. Khofifah Indar Parawansa, misalnya, adalah perempuan hasil didikan pesantren yang memiliki jiwa sosial tinggi. Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf menggarisbawahi keterlibatan perempuan dalam PBNU sangat berarti. Yahya Cholil mengungkapkan bahwa peran dan pemikiran perempuan kian diperlukan di tubuh PBNU.

PBNU memberi ruang khusus bagi kaum perempuan, tentu atas dasar sebuah pertimbangan pedagogi dan kesehatan organisasional secara fungsionaris. Ketika bilik perempuan mulai terisi dalam struktur PBNU, postur PBNU justru lebih solid dan terbuka. Dalam hal ini, PBNU merasakan kehadiran sosok perempuan sebagai sebuah "jedah formasi" kelembagaan.

Watak keputusan NU memang sangat diapresiasi. Ketika NU membuat langkah progresif dalam struktur kepengurusan rumah tangganya, publik merasa ada nilai transformasi yang sangat dijunjung tinggi oleh lembaga ini. Keputusan PBNU menempatkan delapan perempuan di tubuh lembaganya bahkan menjadi "sorotan positif" masyarakat.

Ada bebarapa pesan yang mungkin bisa dipetik dari semangat transformasi kelembagaan PBNU. Pertama, NU sebagai sebuah organisasi kemasyarakatan Islam mengapresiasi keterlibatan perempuan. Wujud apresiasi ini dikebumikan lewat pemberian jatah kursi kepemimpinan dalam tubuh PBNU.

Kedua, NU sebagai organisasi kemasyarakatan Islam mengampanyekan nilai-nilai keterbukaan dan kesetaraan gender kepada masyarakat. Meski dalam lajur kelembagaan yang tersistematisasi, kampanye keterbukaan dan kesetaraan ini menjadi "stepping stone" untuk konsep kelembagaan lain di tengah masyarakat. Dalam hal ini, NU menyekolahkan gerakan kesadaran terkait peran perempuan di tengah masyarakat.

Ketiga, perempuan menjadi tokoh penting dalam membangun umat, bangsa, dan perabadan dunia. Masuknya delapan perempuan ke dalam tubuh fungsionaris PBNU menjadi kekuatan baru bahwa perempuan memiliki peran sentral dalam membuat transformasi.

Publik berharapa, kehadiran delapan tokoh perempuan dalam PBNU menjadi kekuatan transformasi bagi seluruh program dan masa depan NU. Keputusan Ketua Umum NU KH Yahya Cholil Staquf bisa menjadi benang merah sistem formasi kelembagaan apapun. Perempuan, kepemimpinan, dan perubahan adalah tiga kata yang mungkin akan menjadi kunci perubahan di kemudian hari.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun