Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Omicron dan Geliat Kerja Sama Antarnegara

2 Desember 2021   16:56 Diperbarui: 2 Desember 2021   17:06 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mutasi Covid-19 menjadi Omicron. Sumber: www.antaranews.com.

Kemunculan varian baru Covid-19, Omicron adalah tantangan berikut yang akan dialami penduduk dunia. Belum selesai dengan program vaksinasi, kemunculan Omicron sudah mengganggu harapan dunia untuk keluar dari cengkeraman pandemi Covid-19.

Kemunculan Omicron bukanlah tanpa sebab. Omicron lahir dari inang lama, yaitu virus SARS-CoV-2. Mutasi yang cepat dari sel inang ini membuat beberapa orang di wilayah Afrika Selatan terpapar Omicron.

Menurut Peneliti Senior Departemen Mikrobiologi dan Imunologi Universitas Melbourne, Australia, Jennifer Juno, tiap jenis virus biasanya bermutasi secara alami. Ketika virus menyerang manusia, ia cukup mudah untuk menular. Mereka yang mampunyai daya tahan tubuh yang lemah, dengan demikian, akan mudah terpapar virus Omicron.  

Jennifer Juno juga membeberkan dugaannya terkait mutasi SARS-CoV-2 menjadi Omicron lahir karena kesenjangan distribusi vaksin yang terjadi saat ini. Di beberapa negara di Afrika, misalkan, program vaksinasi masih berada di bawah angka 40 persen. Menurut Pusat Pengendalian Penyakit Afrika, populasi warga Afrika yang menyentuh angka 1,2 miliar sangat berpotensi memudahkan proses terjadinya mutasi virus.

Kantor Pusat Pengendalian Penyakit Afrika bahkan memperlihatkan bahwa dari total penduduk 1,2 miliar, hanya 6,6 persen penduduk yang baru menerima vaksin. 

Vaksinasi di Afrika saat ini, bahkan hanya menyasar warga tertentu. Masyarakat biasa, hampir belum tersentuh vaksin sama sekali. Hal inilah yang kemungkinan besar menjadi faktor pemicu mutasi SARS-CoV-2 mudah berkembang dan menular menjadi Omicron.

Problem kesenjangan distribusi vaksin memang telah dibicarakan beberapa kali oleh para pemimpin dunia. Presiden Jokowi dalam beberapa agenda pertemuan internasional bahkan selalu menyinggung persoalan terkait keseimbangan distribusi vaksin. Masalah utama penanganan pandemi bisa jadi datang dari keengganan tiap-tiap negara untuk bekerja sama.

Setiap negara memang berlomba-lomba untuk memperlihatkan bagaimana sistem pertahanannya melawan wabah diakui dunia. Akan tetapi, sikap egois ini tak berarti apa-apa jika tidak dibarengi kerja sama. 

Kerja sama pada dasarnya membantu setiap usaha agar mampu mencapai kata berhasil. Karena pandemi adalah masalah krusial dan global, setidaknya semua warga dunia perlu bahu-membahu mengupayakan jalan keluar.

Setiap negara yang mengusahakan produksi vaksinnya sendiri bisa membuat kerja sama dengan negara-negara lain agar prospek untuk keluar dari pandemi bisa tercapai. Saat ini, misalkan pemerintah China mengalokasikan 1 miliar dosis vaksin untuk Afrika. Selain China, India juga tengah bersiap untuk membantu Afrika dengan menambah pasokan vaksin sekitar 25 juta dosis untuk 41 negara di Afrika.

Negara-negara lain tentunya tetap ditunggu untuk membantu upaya kerja sama dalam melawan problem kesenjangan distribusi vaksin. Negara-negara yang sudah hampir 70 persen warganya divaksin juga bisa ikut membantu negara-negara yang warganya masih di bawah angka 20 persen penduduknya yang belum divaksin. Hemat saya, kebijakan kerja sama solider ini mampu memotong mata rantai mutasi virus baru di kemudian hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun