Hal ini berarti Gereja tidak mau orang Kristiani jatuh dalam relativisme terhadap kebenaran agamanya sendiri, yakni beranggapan seolah-olah agama Kristiani "sama saja" dengan agama lain. Dalam relasi dengan agama lain, setiap umat beriman wajib mendalami dan mematangkan kebenaran imannya terlebih dahulu; kemudian mewartakannya dengan setia, membelanya dengan berani, tanpa menggunakan upaya-upaya yang berlawanan dengan semangat Injil.
Dan, di saat yang sama, cinta kasih Kristus mendesaknya untuk bertindak penuh kasih, kebijaksanaan, dan kesabaran terhadap mereka yang berada dalam keadaan sesat atau tidak tahu-menahu mengenai imannya (cf. DH 14d). Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!