Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tentang Doa dan Keberanian

6 Oktober 2021   21:21 Diperbarui: 6 Oktober 2021   21:30 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Doa menjadi sarana komunikasi dengan Tuhan. Foto: pixabay.com

Kesulitan datang, Tuhan dekat adalah salah satu litani yang sering dihidupi setiap hari. Orang seringkali mendatangi Tuhan tidak dengan ritme yang pasti, tapi karena alasan kesulitan. Hal ini tentunya tidak membuat kita dewasa dalam beriman. Kadang ada pertanyaan untuk apa berdoa jika apa yang diminta dalam doa tidak pernah terjawab atau membutuhkan waktu yang lama 'tuk dijawab?

Berdoa pada dasarnya mengikutsertakan komitmen -- saya berdoa sekaligus disiplin menjaga ritme doa itu sendiri. Karakter ini dijaga dengan tujuan agar seseorang bisa memahami keyakinan yang tengah ia hidupi. Dalam Injil Lukas 18:1, misalkan Yesus menekankan tentang pentingnya doa. Seharusnya sebagai pengikut-Nya yang setia, kita tidak jemu-jemu berdoa (Lukas 18:1).

Berdoa adalah kegiatan aktif yang lahir dari keyakinan diri seseorang. Dikatakan sebagai kegiatan aktif karena doa merupakan inisiatif yang keluar dari pengalaman relasional seseorang dengan Tuhan. Tuhan selalu mengingatkan kita: "Sebelum kamu meminta sesuatu dalam doa, Aku sudah lebih dulu mengetahui apa yang kamu minta!" Jika Tuhan sudah mengetahui semua yang hendak kita minta, maka keberanian untuk berkomunikasi dengan-Nya adalah nilai tambah.

Perumpamaan tentang hakim yang tidak benar (Lukas 18:1-8) adalah salah satu contoh dimana orang selalu melihat ritme doa sebagai suatu beban. Karakter yang ditunjukkan oleh hakim yang tidak benar, sejatinya sudah pernah kita hidupi dalam hidup harian kita. Kita kadang malas berkomunikasi dengan Tuhan hanya karena kesibukan lain.

Kita kadang lupa menyapa Tuhan hanya karena sibuk menyapa mereka yang ada di dunia maya, sibuk mengurus harta, sibuk dengan pekerjaan, dll. Keengganan kita untuk berjumpa dengan Tuhan sejatinya didasari oleh kesadaran kita tentang seberapa pentingnya peran Tuhan dalam hidup kita.

Hal-hal sepele seperti kebiasaan mengucap syukur atas hari baru di pagi hari adalah salah satu cara dimana kita mempertahankan ritme hidup doa. "Tidakkah Allah membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang-malam berseru  kepada-Nya?" (Lukas 18:7). Kita menyadari bahwa Allah selalu memiliki waktu untuk kita -- siang-malam selalu Ia perhitungkan.

Mungkin jawaban atas doa-doa kita tidak secara gamblang hadir sesuai dengan kebutuhan-keyakinan kita, tetapi suatu saat Tuhan pasti mengabulkannya. Dalam ritme doa, kita sebenarnya tengah diarahkan pada tiga aspek relasioanl, yakni aspek vertikal, aspek horisontal, dan aspek internal.

Aspek vertikal pada intinya berkaitan dengan relasi antara manusia dan Tuhan -- bagaimana kita berkomunikasi dan seberapa sering kita menjumpainya dalam doa; sedangkan aspek horisontal mempertemukan kita denga kehidupan sosial -- relasi antara saya dan sesama saudara di sekitar dan alam tempat saya tinggal, dan aspek internal berkaitan dengan kedewasaan iman -- relasi antara saya dan diri saya sendiri. Ketiga aspek ini menjadi ruang gerak dari kehidupan doa. Jika kita kurang berkomunikasi secara vertikal, kehidupan sosial kita juga akan terganggu dan bahkan kemampuan kita untuk menginternalisasi pengalaman iman menjadi kendur.

Tuhan tidak pernah mengulur-ulur waktu jika kita berani meminta sesuatu kepada-Nya. Keberanian menjadi penting karena orang cenderung melihat relasi personal dengan Tuhan sebagai sesuatu yang asing dan menjenuhkan. Keberanian juga membantu kita dalam menjaga ritme hidup doa kita sehari-sehari. Semoga wejangan Yesus untuk selalu berkomunikasi dan menyapa-Nya kapan saja, mampu mempertajam mata iman kita sebagai seorang Katolik yang sejati.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun