Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Waspada Akrobat Paspor Palsu yang Mengelabui

27 September 2021   10:12 Diperbarui: 27 September 2021   10:16 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paspor dan visa sebagai jaminan perjalanan ke luar negeri. Foto: https://ladypinem.com/.

Dua tersangka pengguna paspor palsu ditangkap petugas Keimigrasian Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada Mei 2021. Keduanya ditangkap ketika sedang dalam proses "check in" untuk terbang ke Doha, Qatar. Polres Bandara Soekarno-Hatta mengatakan bahwa kedua tersangka ini berasal dari negara yang tidak sesuai dengan keterangan yang tercantum dalam dokumen paspor.

Tertangkapnya kedua pengguna dokumen palsu ini sebenarnya mau menunjukkan bahwa sistem keamanan kita perlu diantisipasi. Kedatangan kedua warga negara asing (WNA) ini sejatinya menjadi catatan serius untuk formasi sistem keamanan kita berhadapan dengan kasus-kasus serupa di kemudian hari. 

Jika ditelisik secara melebar, kedatangan WNA mau memberi sebuah sinyal bahwa Indonesia di kemudian hari bisa menjadi lokasi tujuan bersembunyi para pelaku kriminal.

Dua tersangka pengguna paspor palsu dengan inisial KAS (31) asal Suriah dan AAQ (31) asal Ekuador bisa jadi menjadi "mata-mata" di saat sistem keamanan kita lengah. 

Menurut Kepala Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi Kemigrasian Bandara Soekarno-Hatta, Sam Fernando, para tersangka datang dengan latar sebagai pencari suaka. "Umumnya, tersangka berasal dari negara yang sedang berkonflik," kata Fernando (Kompas, 14/9/2021).

Di masa pandemi Covid-19 ini, banyak orang sebetulnya memanfaatkan kesempatan. Kisruh internal negara, ketidakmampuan negara dalam menangani pandemi Covid-19, bencana kemanusiaan, perang saudara, terorisme, dan krisis ekonomi membuat banyak warga berlari mencari tempat perlindungan. Berkaca pada situasi gelombang pengungsi pada tahun 2011 ketika rezim Assad berkuasa di Suriah, banyak warga Suriah berlari mencari suaka ke Eropa. 

Menariknya, gelombang pengungsi ini dimanfaatkan oleh para kelompok kejahatan tertentu (teroris) sebagai celah masuk ke negara-negara target.

Peristiwa-peristiwa semacam adalah alat uji bagi setiap negara -- termasuk Indonesia. Ketika WNA berusaha masuk ke wilayah Indonesia, siaga satu dengan mekanisme proteksi yang berlapis tidak hanya dikerahkan pada jalur kesehatan semata -- prosedur administrasi pelaku perjalanan selama masa pandemi Covid-19. 

Momen pandemi oleh sebagian kelompok bisa jadi memberi peluang untuk melebarkan afiliasi dan target jahat. Peristiwa serangan mematikan di World Trade Center (WTC) pada 11 September 2001 adalah salah satu cuplikan wajah suram dari sistem keamanan yang ada di setiap negara.

Menurut Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana, pada umumnya WNA pengguna paspor palsu datang ke Indonesia dengan bekal mencari kehidupan yang lebih baik dari negara asalnya. 

Akan tetapi, lanjutnya, hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa kedatangan WNA justru menjadi modus untuk melakukan kejahatan di Indonesia. Kemungkinan-kemungkinan seperti ini perlu diprediksi sedini mungkin sebagai bagian dari antisipasi terisinya ruang kejahatan dengan memanfaatkan dokumen-dokumen palsu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun