Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jejak Universalitas Keselamatan dalam Kitab Suci

21 September 2021   20:54 Diperbarui: 21 September 2021   21:04 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi salib Yesus. Foto: www.katedralpangkalpinang.com

Jika disinkronkan dengan pemahaman awal dari para ahli (Simmel dan Schuetz) dan teks Kitab Suci, Rut sebetulnya dikategorikan sebagai orang asing; bukan pendatang. Dalam beberapa hukum -- dalam teks Ulangan dan Imamat -- peran orang asing sangat dihormati. Dengan kata lain, sense of love dan sense of respect untuk orang asing mendapat tempat pertama dan hal ini selalu diingatkan dengan refren yang sama, yakni "karena kamu (bani Israel) juga adalah orang asing di tanah Mesir" (Im 19,34).

Kehadiran Rut adalah hasil sebuah keputusan yang bersifat spontanitas. Tidak ada perencanaan sebelumnya kalau ia akan pergi bersama mertuanya Naomi. Keputusan Rut adalah sebuah peringatan di mana orang asing sudah mulai diterima dan bahkan dijadikan sebagai instrumen proyek keselamatan Allah ke depan. Seperti kisah Hagar, perempuan Mesir yang menjadi budak Sarah dan Abraham (Kej 16,1-16), kehadiran Rut dalam proyek sejarah keselamatan patut dipertanyakan.

Bagaiamana Allah bisa menaruh perhatian dan tanggung jawab terhadapnya -- di mana ia merupakan orang asing dengan karakter allahnya sendiri. Dalam kisah Hagar, Sarah mendorong Abraham untuk menghampiri Hagar (Kej 16,2). Hal yang sama juga terjadi dalam kisah Rut dan Boas. Rut didorong oleh keinginan mertuanya Naomi, untuk mendekati Boas (Rut 3,6-7).

Cara Rut mengambil hati majikannya (Boas), sangat menarik. Boas tertarik dengan Rut, ketika Rut tiba-tiba bergabung dalam kelompok yang memungut jelai (Rut 2,5-7). Di sini, Rut berusaha beradaptasi dengan situasi dan tempat yang baru. Sebagai orang asing ia berusaha menjadi seperti penduduk asli (natives), di mana ia harus bekerja keras, berusaha, dan tekun dalam pekerjaannya.

Menurut Samuel C. Heilman, semakin seorang asing bekerja keras, berusaha dan berhasil, ia pun semakin dihormati oleh penduduk setempat (Samuel C. Heilman: 1890). Bronislow Malinowski, mengungkapkan tentang kecenderungan orang asli merasa seperti orang asing dan orang asing merasa seperti penduduk asli. Hal ini terjadi karena orang asing dan pendatang sukses membangun karya daripada penduduk asli. Rut sebagai orang asing dengan cepat diterima oleh Boas dan dengan segera memperistri Rut. Hal ini tentunya sangat bertentangan dengan hukum perkawinan di mana bani Israel menolak untuk menikah dengan orang asing.

Fokus problemnya ada pada dialog Rut -- Boas; "Mengapakah aku mendapat belaskasihan daripadamu, sehingga tuan memperhatikan aku, padahal aku ini seorang asing?" (Rut 2,10). Dalam hukum Taurat Musa (Ul 7,1-5), kontak dengan penduduk asing adalah sebuah bentuk pemalingan dari Yahwe. "Janganlah engkau melakukan perjanjian dengan mereka (orang Het, Grigasi, Amori, Moab, Kanaan, Feris, Hewi dan Yebus) dan janganlah engkau mengasihani mereka. Janganlah juga engkau kawin-mengawin dengan mereka: anakmu perempuan janganlah kauberikan kepada mereka ataupun anak perempuan mereka, janganlah kauambil untuk anakmu laki-laki, sebab mereka akan membuat anak laki-lakimu menyimpang daripada-Ku" (Ul 7,2-4).

Isi hukum ini kemudian dipertegas lagi dalam kitab Ezra. Orang awam dan Lewi di zaman Ezra juga tidak memisahkan diri dari orang asing dan bahkan mereka mengawini orang asing (Ezra 9,1-12). Secara umum, Boas sudah melanggar perjanjian yang tertera dalam Taurat Musa. Ia berani berdialog dengan Rut perempuan asing -- perempuan Moab dan bahkan mengawini Rut. Latar belakang Boas sebagai imam dan orang terhormat di negerinya pun dipertanyakan.

Sebagai orang asing, Rut diterima dengan baik oleh semua penduduk Betlehem -- kecuali oleh penebus pertama yang menolaknya (Rut 4,6). Di sini Boas memiliki memori sejarah yang cukup detail. Menurut Leon Sheleff, perlakuan baik yang dihidupi orang Israel terhadap orang asing menunjukkan betapa kisah sejarah keselamatan bani Israel dari perbudakan di Mesir masih menyimpan unsur moral yang perlu diterapkan kepada sesamanya. 

Sebagaimana ketika di Mesir, bani Israel menjadi orang asing, pengalaman sebagai orang asing ini pun tidak serta-merta dilupakan (Im 19,34). Sejatinya, Rut bukan merupakan representasi dari keturunan Boas (hadirnya Obed) secara gamblang, melainkan sebuah protipe dari gambaran anamnesis bani Israel sebagai budak di Mesir (Frymer-Kensky: 2016). Kenyataan ini tentunya memengarui orang Israel untuk bersikap welas terhadap orang-orang asing datang kepada mereka.

Peran Rut sebagai peselamat (survivor) mulai terlihat. Dalam komentar The Chatolic Bible Study, peran Rut dilihat sebagai permulaan universalitas keselamatan sang Mesias. Kehadiran sang Mesias kelak tidak lagi bersifat eksklusif -- hanya untuk orang Israel -- tetapi juga untuk bangsa-bangsa lain (prolog kehadirannya terwakili oleh Rut). Sementara jika menelusur pemahaman awal mengenai arti kata orang asing, kehadiran Rut lebih dikenal sebagai pendatang.

Pengalaman sebagai orang asing di Mesir (Kej 15,13; Kel 22,21; Ul 10,19; 23,7) adalah sebuah pelajaran berharga bagi orang Israel sendiri dalam memperlakukan orang asing. Dengan pengalaman itu, mereka dingatkan untuk memperlakukan orang asing dengan baik. Menurut Perjanjian Baru, mereka yang jauh dari Isreal adalah pendatang dan orang asing, akan tetapi, terhisap masuk kewargaan Israel (Ef 2,17;19-20). Masa kini orang Kristen merupakan orang asing dalam dunia ini, yakni hidup sebagai perantau (1Ptr 2,11).

Keberhasilan strategi Naomi juga sangat dipengarui iman Rut (Rut 1,16). Iman Rut untuk memilih jalan lain -- mengikuti Naomi -- menjadi sarana bagi Allah dalam menyelamatkan keturunan Naomi melalui Obed, yang membangkitkan keturunan bagi Daud hingga Mesias. Hal ini terlihat dari ekspresi para perempuan di Bethlehem, "Terpujilah Tuhan, yang telah rela menolong engkau (Naomi) pada hari ini dengan seorang penebus" (Rut 4,14).

Ekspresi ini merupakan kerinduan yang didambakan Naomi ketika pertama kali tiba di Betlehem, "Jangan sebutkan aku Naomi; sebutkanlah aku Mara, sebab Yang Mahakuasa telah banyak melakukan hal yang pahit kepadaku. Dengan tangan yang penuh aku pergi, tetapi dengan tangan kosong, Tuhan memulangkan aku" (Rut 1,20-21). Kerinduan Naomi pun dibahasakan secara simbolis melalui peran Rut sebagai orang asing. Allah melihat iman Rut yang sangat luar biasa dan mempergunakannya untuk meneruskankan keturunan Mesias kelak (bdk. Mat 1,1-17).

Di sini peran orang asing sangatlah penting. Keterlibatan pihak asing juga banyak memberi kontribusi -- baik langsung maupun dengan perantara -- menjadi catatan penting dalam sejarah keselamatan umat manusia. Bangsa pilihan Yahwe tidak sepenuhnya sempurna, maka pemain figurant (seperti Rut) sangat dibutuhkan untuk mengimbangi dan menyulam kembali celah-celah serta membantu dalam penyelesaian persoalan (bdk. Kisah Rahab, Yos 2,1-24) . Eklusivitas rahmat keselamatan pelan-pelan mulai tersingkap (1Samuel). Dari kisah Rut, peran Allah mulai terbuka terhadap bangsa-bangsa lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun